Wanita Tanpa Rahim

Wanita Tanpa Rahim

Bab 01 - Kepergian Ayah

Hai ... Namaku Maudy. Aku salah satu wanita yang bisa dibilang berbeda dari perempuan lain. Berbeda dalam artian yang buruk. Aku terlahir tanpa memiliki rahim. Ya, kalian nggak salah dengar. Aku tidak bisa memiliki seorang anak. Hal yang di bilang sama orang bukan perempuan sempurna kalau nggak bisa punya anak. Dan akulah perempuan tidak sempurna itu.

Fakta ini sering buat aku sedih. Karena, dari jutaan manusia aku dipilih Tuhan untuk mendapat peran ini. Peran yang membuat hidupku benar-benar berbeda dari kembaranku.

Ya ... Akulah si wanita tanpa rahim dan inilah kisahku.

***

"Ayah ... Kenapa ayah tega ninggalin Maudy di sini? Siapa lagi yang bakalan sayang sama Maudy kalau udah gini? Nggak bakalan ada yang bisa sayang sama aku kayak yang ayah limpahin ke aku selama ini."

Maudy menjerit di kuburan yang baru saja beberapa saat lalu dikubur itu. Ia masih tidak terima kepergian ayahnya yang tiba-tiba. Begitu cepat direnggut membuat Maudy syok hingga detik ini dan nggak tahu harus melakukan apa selain meraung dan menolak fakta ini.

"Ck ... berlebihan banget sih lu. Ayah memang udah sakit kali selama ini. Memang udah waktunya ayah pergi. Udah, bikin malu aja tahu. Mendingan pulang dan urusin itu para tamu di rumah."

Maudy berdiri dan berbalik. Menatap sengit kepada kembarannya, Nadya.

"Kamu nggak bakalan paham, Nad. Selama ini kamu gak pernah mau ngurus ayah. Kamu sama bunda selalu aja suruh aku ini itu dan aku sendiri yang rawat ayah. Lihat perkembangan ayah selama sakit. Cuma aku dan kamu pasti nggak paham liat orang yang selama ini kita rawat sekarang benar-benar pergi ninggalin aku."

Nadya mengendikan bahu dan tertawa.

"Bukannya malah bagus ya? kamu nggak perlu repot-repot lagi ngurus ayah? Duh ... aku mah jadi kamu bakalan seneng sih. Nggak perlu ngurus orang sakit yang ngeribetin doang."

"NADYA!"

"MAUDY!" bentak bundanya membalas perbuatan si sulung. "Berani bentak kembaran kamu, bunda beneran bakal marahin kamu. Bunda nggak habis pikir sama kamu. Ah ... sudahlah. Lebih baik bunda sama Nadya pulang aja."

Maudy mengepalkan tangan dan menatap kecewa pada bunda sama Nadya yang pergi gitu aja.

"Ayah ... kenapa mereka jahat banget?"

Setelah puas menumpahkan air mata di makam ayahnya. Maudy bangkit dan menatap sekitar. Tidak ada orang lain di sana. Hanya ada dirinya di tengah siang bolong. Langsung saja dia langsung melangkah keluar TPU dan menapakkan kaki di sepanjang jalan menuju rumahnya.

"Kenapa semua orang nggak punya hati banget? Kenapa mereka sama sekali gak mikirin aku sama sekali? Kenapa mereka nggak mikirin keadaan ayah sama sekali. Kenapa lagi dan lagi aku yang selalu tersakiti?"

Maudy nggak peduli orang mau ngatain hal buruk tentang dirinya. Melihat dirinya yang menangis di tengah jalan. Tapi air matanya benar-benar nggak bisa berhenti.

Teringat kembali, di mana kejadian tadi pagi.

Saat Maudy sedang membuatkan sarapan untuk Farhan alias suaminya. Ia mendapat kabar kalau ayahnya meninggal dan udah siap dikuburi tanpa menunggu dirinya.

Ia juga nggak bisa melihat wajah ayahnya bahkan disaat ayahnya bakalan pergi untuk selamanya. Setelah itu juga, Farhan sang suami malah mengedepankan pekerjaan dan nggak peduli sama dia.

Ia benar-benar ditinggal sendiri dan Maudy benar-benar nggak punya seseorang yang bisa mendengarkan ia menangis. Ia belum bisa mengeluarkan suaminya.

Tidak ada yang memahaminya dan selamanya ia akan terus sendiri. Tersakiti dan nggak ada yang paham sama sekali gimana rasanya. Ini benar-benar nggak enak dan sesakit itu. Lalu berakhir dirinya yang cuma bisa menahan semuanya sendiri dan menangis tanpa ada yang tahu.

"Sakit ... kenapa bisa sesakit ini?" ucap Maudy sambil memukul kasar dadanya yang sesak. "Aku benci kehidupanku."

***

Sudah tiga hari ayahnya pergi ninggalin dia di dunia ini dan sudah tiga hari juga Maudy murung. Ia benar-benar kehilangan kebahagiaannya. Bahkan ia nggak sempat untuk makan, mengurus rumah dan sebagainya. Maudy benar-benar hanya terdiam di kamar dan sesekali menangis kalau ingat tentang ayahnya.

"Maudy ... mas beneran muak lihat kamu yang kerjaannya cuma nangis. Mas tahu di rumah ini banyak mbok yang bersihin rumah. Tapi nggak nutup kemungkinan kalau kamu harus bantu mereka juga dong. Terus tugas kamu ngapain kalau cuma diem aja? Mas nggak mau punya istri yang nggak guna kayak gini."

Maudy tidak terima dan langsung berdiri. Ia menatap kesal suaminya itu.

Ia menarik napas dalam dan menatap nyalang Farhan yang nggak mau kalah sama dirinya itu.

"Mas! Aku tuh masih dalam suasana berduka. Kamu yang nggak paham sama perasaan aku dan nggak pernah berusaha mahamin aku! Kamu yang nggak ada buat aku dan hibur aku sama sekali dan apa kata kamu? Aku istri gak berguna. Woah ... Mulut kamu jahat banget ya mas. Aku ikut istri kamu loh dan dengan jahatnya kamu ngomong kayak gitu," marah Maudy yang benar-benar udah meledak.

Farhan mengancingkan kerah jasnya dan mendengus. Ia menatap sinis Maudy dari kaca di depannya.

"Memang benar kan? Seorang istri ada buat bantu suaminya. Ngurus rumah, masak, kasih anak. Dan kamu? Selama beberapa hari terakhir kamu nggak pernah kasih semuanya. Kamu cuma murung dan nangis. Memangnya mas nggak muak? Dan untuk yang terakhir. Untuk selamanya kamu nggak bisa kasih anak kan buat mas? Huh ... benar-benar mengesalkan."

Farhan berdecak dan menggeleng. Tidak merasa bersalah akan ucapannya sama sekali

Maudy menunduk. Ia mengepalkan tangan dan memejamkan mata. Sakit rasanya mendengar ini yang selalu di ungkit sama suaminya setiap mereka bertengkar. Nggak pernah ada habisnya sampai membuat Maudy selalu ingat setiap kata jahat yang terlontar dari mulut suaminya itu.

"Mas ... aku udah bilang berulang kali kan? Stop ungkit masalah ini. Dari awal nikah kamu udah tahu dan setuju kalau aku nggak bisa kasih anak ke kamu. Tapi kenapa sekarang kamu selalu ungkit lagi?"

"Ya karena kamunya yang benar-benar di bawah bayangan mas! Kamu nggak seperti yang mas kira. Ah ... udahlah. Berisik kamu. Bikin mas nggak mood aja."

Maudy semakin menunduk.

"Maaf mas ... maaf karena aku yang nggak bisa kasih kamu anak dan maaf karena aku yang selalu buat kamu gak mood."

Farhan terdiam dan berbalik. "Mas bakal maafin tapi satu. Kamu harus setujuin apapun permintaan mas."

"Seperti?" tanya Maudy

Jantungnya berdegup kencang, menunggu jawaban suaminya.

"Membiarkan mas nikah lagi ..."

Dan jawaban Farhan berhasil buat tubuh Maudy merosot. Ia terdiam dan melamun. Apa ini akhirnya?

Episodes
1 Bab 01 - Kepergian Ayah
2 Bab 02 - Jahatnya Farhan dan Nadya
3 Bab 03 - Suami Yang Sama
4 Bab 04 - Masa Lalu
5 Bab 05 - Kenapa?!
6 Bab 06 - Ceraikan Aku!
7 Bab 07 - Tetangga Yang Kepo
8 Bab 08 - Fakta Yang Menyakitkan
9 Bab 09 - Mulai Sadar
10 Bab 10 - Mulai Berani
11 Bab 11 - Luka Lama
12 Bab 12 - Benarkah Janji Itu?
13 Bab 13 - Tentang Honeymoon
14 Bab 14 - Tentang Honeymoon (2)
15 Bab 15 - Ini Sangat Sakit
16 Bab 16 - Benar-benar Benci
17 Bab 17 - Amanat Almarhum Ayah
18 Bab 18 - Janji Akan Selalu Ada
19 Bab 19 - Tega
20 Bab 20 - Keputusan Maudy
21 Bab 21 - Tentang Nadya
22 Bab 22 - Dua Bulan Berlalu
23 Bab 23 - Ancaman Kecil
24 Bab 24 - Sudah Tidak Tahan!
25 Bab 25 - Keegoisan Nadya
26 Bab 26 - Dendam Maudy
27 Bab 27 - Tidak Ada Pilihan Lain
28 Bab 28 - Mendapat Dukungan
29 Bab 29 - Setajam Silet
30 Bab 30 - Panti Asuhan
31 Bab 31 - Nasib Yang Sama
32 Bab 32 - Misi Maudy
33 Bab 33 - Bukti Baru
34 Bab 34 - Sepuluh Perjanjian (1)
35 Bab 35 - Sepuluh Perjanjian (2)
36 Bab 36 - Rencana Buruk
37 Bab 37 - Janji Nadya
38 Bab 38 - Tipuan Pertama
39 Bab 39 - Keduanya Egois
40 Bab 40 - Nurunin Ego
41 Bab 41 - Hilang Tanpa Kabar
42 Bab 42 - Keputusan Maudy
43 Bab 43 - Pesan Menyakitkan
44 Bab 44 - Dokter Maya
45 Bab 45 - Mulai Belajar Hal Baru
46 Bab 46 - Tak Ada Kabar
47 Bab 47 - Surat Cerai
48 Bab 48 - Aku Pasti Bisa
49 Bab 49 - Maafin Bunda
50 Bab 50 - Bukan Ini Yang Aku Mau
51 Bab 51 - Pingsan
52 Bab 52 - Tetap Salah
53 Bab 53 - Apa Itu Harga Diri?
54 Bab 54 - Musibah
55 Bab 55 - Ancaman
56 Bab 56 - Sedikit Terkuak
57 Bab 57 - Mulai Terkuak (Sedikit)
58 Bab 58 - Orang Tua Farhan
59 Bab 59 - Sinis
60 Bab 60 - Tersudut
61 Bab 61 - Tahu Semua
62 Bab 62 - Tuduhan
63 Bab 63 - Tentang Luka
64 Bab 64 - Permohonan Maudy
65 Bab 65 - Sumber Masalah
66 Bab 66 - Izin
67 Bab 67 - Kekecewaan
68 Bab 68 - Menyesal
69 Bab 69 - Dituduh
70 Bab 70 - Gak Boleh Takut
71 Bab 71 - Janji
72 Bab 72 - Terpengaruh
73 Bab 73 - Ancaman
74 Bab 74 - Air Mata
75 Bab 75 - Terima Kasih
76 Bab 76 - Tak Ada Harapan
77 Bab 77 - Keresahan Kecil
78 Bab 78 - Sebuah Tawaran
79 Bab 79 - Sedikit Informasi Tentang Farhan
80 Bab 80 - Kebingungan Farhan
81 Bab 81 - Keributan Kecil
82 Bab 82 - Terbongkar
83 Bab 83 - Fitnah (1)
84 Bab 84 - Fitnah (2)
85 Bab 85 - Cemburu
86 Bab 86 - Perjodohan
87 Bab 87 - Tentang Hermawan
88 Bab 88 - Permintaan Farhan
89 Bab 89 - Bertemu
90 Bab 90 - Selesai
91 Bab 91 - Ingat
92 Bab 92 - Manipulatif
93 Bab 93 - Keputusan Akhir
94 Bab 94 - Maaf!
95 Bab 95 - Satu Masalah Selesai
96 Bab 96 - Tindakan Lisa
97 Bab 97 - Maaf
98 Bab 98 - Yang Diinginkan Sama Maudy
99 Bab 99 - Bantuan
100 Bab 100 - Fakta Baru
101 101 - Keputusan Hermawan
102 Bab 102 - Pesan
103 Bab 103 - Kita Nikah Yuk!
104 Bab 104 - Kita Pasti Kuat
105 Bab 105 - Masih Belum Dapat Restu
106 Bab 106 - Jangan Khawatir
107 Bab 107 - Gagal?
108 Bab 108 - Akhirnya
109 Bab 109 - Penantian Panjang
110 Bab 110 - Jangan Berubah
111 Bab 111 - Ajakan
112 Bab 112 - Keresahan
113 Bab 113 - Bakalan Baik Baik Saja
114 Bab 114 - Mereka Yang Peduli
115 Bab 115 - Ribut
116 Bab 116 - Perkara Hal Kecil
117 Bab 117 - Bersama
118 Bab 118 - Perkara Anak
119 Bab 119 - Rutinitas
120 Bab 120 - Anak?
121 Bab 121 - Kembali
122 Bab 122 - Harapan
123 Bab 123 - Lisa dan Masalah
124 Bab 124 - Selesai
125 Bab 125 - Kabar Mengejutkan
126 Bab 126 - Kabar Menyedihkan Lainnya
127 Bab 127 - Berlalu
128 Bab 128 - Akhir Yang Indah
129 Usai
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 01 - Kepergian Ayah
2
Bab 02 - Jahatnya Farhan dan Nadya
3
Bab 03 - Suami Yang Sama
4
Bab 04 - Masa Lalu
5
Bab 05 - Kenapa?!
6
Bab 06 - Ceraikan Aku!
7
Bab 07 - Tetangga Yang Kepo
8
Bab 08 - Fakta Yang Menyakitkan
9
Bab 09 - Mulai Sadar
10
Bab 10 - Mulai Berani
11
Bab 11 - Luka Lama
12
Bab 12 - Benarkah Janji Itu?
13
Bab 13 - Tentang Honeymoon
14
Bab 14 - Tentang Honeymoon (2)
15
Bab 15 - Ini Sangat Sakit
16
Bab 16 - Benar-benar Benci
17
Bab 17 - Amanat Almarhum Ayah
18
Bab 18 - Janji Akan Selalu Ada
19
Bab 19 - Tega
20
Bab 20 - Keputusan Maudy
21
Bab 21 - Tentang Nadya
22
Bab 22 - Dua Bulan Berlalu
23
Bab 23 - Ancaman Kecil
24
Bab 24 - Sudah Tidak Tahan!
25
Bab 25 - Keegoisan Nadya
26
Bab 26 - Dendam Maudy
27
Bab 27 - Tidak Ada Pilihan Lain
28
Bab 28 - Mendapat Dukungan
29
Bab 29 - Setajam Silet
30
Bab 30 - Panti Asuhan
31
Bab 31 - Nasib Yang Sama
32
Bab 32 - Misi Maudy
33
Bab 33 - Bukti Baru
34
Bab 34 - Sepuluh Perjanjian (1)
35
Bab 35 - Sepuluh Perjanjian (2)
36
Bab 36 - Rencana Buruk
37
Bab 37 - Janji Nadya
38
Bab 38 - Tipuan Pertama
39
Bab 39 - Keduanya Egois
40
Bab 40 - Nurunin Ego
41
Bab 41 - Hilang Tanpa Kabar
42
Bab 42 - Keputusan Maudy
43
Bab 43 - Pesan Menyakitkan
44
Bab 44 - Dokter Maya
45
Bab 45 - Mulai Belajar Hal Baru
46
Bab 46 - Tak Ada Kabar
47
Bab 47 - Surat Cerai
48
Bab 48 - Aku Pasti Bisa
49
Bab 49 - Maafin Bunda
50
Bab 50 - Bukan Ini Yang Aku Mau
51
Bab 51 - Pingsan
52
Bab 52 - Tetap Salah
53
Bab 53 - Apa Itu Harga Diri?
54
Bab 54 - Musibah
55
Bab 55 - Ancaman
56
Bab 56 - Sedikit Terkuak
57
Bab 57 - Mulai Terkuak (Sedikit)
58
Bab 58 - Orang Tua Farhan
59
Bab 59 - Sinis
60
Bab 60 - Tersudut
61
Bab 61 - Tahu Semua
62
Bab 62 - Tuduhan
63
Bab 63 - Tentang Luka
64
Bab 64 - Permohonan Maudy
65
Bab 65 - Sumber Masalah
66
Bab 66 - Izin
67
Bab 67 - Kekecewaan
68
Bab 68 - Menyesal
69
Bab 69 - Dituduh
70
Bab 70 - Gak Boleh Takut
71
Bab 71 - Janji
72
Bab 72 - Terpengaruh
73
Bab 73 - Ancaman
74
Bab 74 - Air Mata
75
Bab 75 - Terima Kasih
76
Bab 76 - Tak Ada Harapan
77
Bab 77 - Keresahan Kecil
78
Bab 78 - Sebuah Tawaran
79
Bab 79 - Sedikit Informasi Tentang Farhan
80
Bab 80 - Kebingungan Farhan
81
Bab 81 - Keributan Kecil
82
Bab 82 - Terbongkar
83
Bab 83 - Fitnah (1)
84
Bab 84 - Fitnah (2)
85
Bab 85 - Cemburu
86
Bab 86 - Perjodohan
87
Bab 87 - Tentang Hermawan
88
Bab 88 - Permintaan Farhan
89
Bab 89 - Bertemu
90
Bab 90 - Selesai
91
Bab 91 - Ingat
92
Bab 92 - Manipulatif
93
Bab 93 - Keputusan Akhir
94
Bab 94 - Maaf!
95
Bab 95 - Satu Masalah Selesai
96
Bab 96 - Tindakan Lisa
97
Bab 97 - Maaf
98
Bab 98 - Yang Diinginkan Sama Maudy
99
Bab 99 - Bantuan
100
Bab 100 - Fakta Baru
101
101 - Keputusan Hermawan
102
Bab 102 - Pesan
103
Bab 103 - Kita Nikah Yuk!
104
Bab 104 - Kita Pasti Kuat
105
Bab 105 - Masih Belum Dapat Restu
106
Bab 106 - Jangan Khawatir
107
Bab 107 - Gagal?
108
Bab 108 - Akhirnya
109
Bab 109 - Penantian Panjang
110
Bab 110 - Jangan Berubah
111
Bab 111 - Ajakan
112
Bab 112 - Keresahan
113
Bab 113 - Bakalan Baik Baik Saja
114
Bab 114 - Mereka Yang Peduli
115
Bab 115 - Ribut
116
Bab 116 - Perkara Hal Kecil
117
Bab 117 - Bersama
118
Bab 118 - Perkara Anak
119
Bab 119 - Rutinitas
120
Bab 120 - Anak?
121
Bab 121 - Kembali
122
Bab 122 - Harapan
123
Bab 123 - Lisa dan Masalah
124
Bab 124 - Selesai
125
Bab 125 - Kabar Mengejutkan
126
Bab 126 - Kabar Menyedihkan Lainnya
127
Bab 127 - Berlalu
128
Bab 128 - Akhir Yang Indah
129
Usai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!