Bab 04 - Masa Lalu

Flashback

 

“Aku mau ini!”

Maudy kecil hanya mampu memeluk boneka pink kelincinya yang baru saja ayahnya kasih. Ia menggeleng kecil dan menunduk.

“Bunda ... kakaknya pelit. Masa aku minta boneka yang ayah kasih. Kakak nggak mau kasih!” pekik Nadya kecil membuat sang bunda langsung terpogoh-pogoh menghampiri mereka.

Maudy semakin memeluk erat bonekanya, karena tau sebentar lagi akan dirampas dan benar saja, bonekanya direnggut.

“Bunda ... aku udah kasih adek semuanya. Aku izinin adek buat pakai semua mainan aku, baju yang aku punya, bahkan aku udah izinin adek buat pakai tabungan aku. Tapi jangan yang ini. Ayah kasih aku mainan yang ini dan ayah juga udah kasih boneka ke adek kok. Jadi nggak usah ambil punya aku!”

“TAPI AKU NGGAK MAU BONEKA BERUANG! Aku mau yang punya kakak,” pekik Nadya sambil menyilangkan tangan di dada. “Bunda ... aku maunya boneka yang itu. Nggak mau yang beruang.”

Maudy menunduk.

“Kamu kan tau sendiri kakak suka kelinci, kamu kan yang suka beruang? Ayah udah kasih apa yang kamu mau. Kenapa kamu minta boneka punya kakak juga?”

“Kakak ...,” sela sang bunda

“Bunda?” balas Maudy sambil menggeleng. “Jangan ya. Jangan boneka yang satu ini. Aku benar-benar minta ampun sama bunda. Bunda boleh kasih semua barang yang aku punya tapi jangan boneka aku.”

“Kamu pelit banget sih jadi anak!” marah bunda Salma merampas boneka kelinci gitu aja dan memberinya ke Nadya.

Nadya kecil memekik riang.

Wajah merengut nya labgsung berubah jadi penuh bahagia. “Makasih bunda! Memang cuma bunda doang yang sayang sama aku. Aku senang!”

Dan pada akhirnya mata Maudy cuma bisa melihat bonekanya di bawa sang adik, menjauhi dirinya.

“Bunda ...”

“Jangan nangis! Berisik tahu. Udah, tugas kamu jadi seorang kakak tuh cuma nurut dan kasih kebahagiaan buat adik kamu. Bunda nggak mau lagi denger kamu yang nggak bisa ngalah.”

Pada akhirnya anak kecil itu menangis. Masa kecilnya selalu aja seperti ini.

Beranjak dewasa, Maudy mulai paham kalau semuanya berbeda. Seakan Nadya punya dua orang tuanya dan ia hanya punya sang ayah yang peduli sama dirinya.

Sakit rasanya melihat bagaimana adik kembar nya sendiri yang di treatment seperti ratu dan dirinya yang seperti orang asing. Bahkan Maudy merasa kalau dirinya bukan bagian dari mereka, sangking asingnya. Sayang wajah mereka begitu mirip membuat Maudy membuang jauh pikiran kalau mereka membawa dirinya dari panti asuhan.

***

“BUNDA NGGAK SAYANG SAMA AKU!”

Saat itu umur Maudy sekitar tujuh belas tahun? Iyaps, masa di mana ia harus memilih tempat kuliah untuk melanjutkan masa sekolahnya dan ini yang menjadi batas dirinya.

“Nak ... bukannya bunda nggak sayang sama kamu. Tapi biaya tempat kuliah yang kamu maksud tuh nggak murah. Apa lagi swasta kan? Jadi bunda rasa kamu bisa pilih tempat kuliah yang lain ya. Bunda mohon ...”

Maudy hanya mampu menatap Nadya yang mengamuk, bunda nya yang berusaha untuk memenangkan sang adik, dan ayahnya yang cuma memijat kepala. Karena pada saat itu usaha mereka mulai menurun dan biaya yang masuk sangat kecil. Membuat keluarga mereka harus irit.

Dan, Maudy hanya mampu mengumpulkan brosur kuliah yang baru saja mau ia bicarakan sama orang tuanya. Mengurungkan niat untuk membicarakan masalah ini.

“Bunda ... aku tuh udah kasih tahu temen aku buat masuk ke tempat kuliah ini dan semua temen aku juga pada kuliah di sini. Aku malu bun kalau aku nggak jadi kuliah di sini. Apa lagi karena alesan nggak ada biaya.”

Nadya menyukai rambutnya dan menggeleng.

“Pokoknya aku nggak mau tahu, aku harus kuliah di sana! Dan besok bunda sama ayah harus daftarin aku. Karena kalau enggak, aku beneran bakalan marah dan pergi dari sini! Karena nggak ada yang sayang sama aku.”

Nadya pergi meninggalkan mereka, menyisakan seruan dan panggilan dari bunda Salma yang nggak di dengarkan sama sekali.

Malamnya,

Maudy dibuat bingung saat bunda Salma dan ayah Bima yang masuk ke kamarnya. Mereka sangat serius dan meminta Maudy untuk dengerin apa perkataan mereka.

“Bunda di sini memutuskan untuk kuliahin adik kamu dan mungkin tadi siang kamu udah denger sendiri kan? Jadi, bunda harap kamu sebagai yang tertua sadar apa yang lagi di hadapi sama adik kamu. Gimana? Kamu bisa kan dan nggak bakalan mengeluh sama sekali.”

Maudy terdiam.

“Maksudnya?”

“Ck ... iya kamu harusnya sadar kalau biaya kuliah adik kamu tuh nggak sedikit. Jadi bunda harap kamu nggak pusingin kamu dengan kuliah kamu juga. Kamu bisa kerja dulu. Kamu bisa kan ngertiin kami?”

Pecah tangis Maudy malam itu. Dengan gemetar dia mengeluarkan brosur yang ia punya dan menunjukkannya ke orang tuanya.

“Kamu dapat beasiswa?” tanya ayah Bima yang langsung di angguki Maudy.

Maudy mengangguk cepat.

“Sekolah kasih aku beasiswa ini dengan harapan aku bisa lanjut yah. Walaupun nggak sampai seratus persen, tapi aku dapet beasiswa. Kalau aku nggak kuliah, sayang banget yah. Masa aku sia-siain impian ini dan nggak semua orang bisa sembarangan dapat beasiswa ini.”

Maudy menunduk.

“Aku mohon ... jangan larang aku buat kuliah. Aku janji nggak bakalan buat bunda sama ayah pusing karena biaya, karena aku bakalan tetep bantuin. Tapi aku nggak bisa janji karena aku juga nggak tahu apa yang terjadi ke depannya. Tapi ... jangan larang aku buat kuliah.”

“Bun,” panggil ayah Bima

“Tidak-tidak ... kamu yang ambil beasiswa itu, tapi nanti malah kita yang mikirin biayanya. Udah nggak usah macem-macem lah jadi anak. Kamu tinggal nurut aja buat nggak kuliah dan kerja. Lagian bunda nyaranin kayak gini juga karena sayang sama kamu. Bunda nggak mau kalau kamu pusing mikirin pelajaran di kuliah atau nanti sakit karena tugas kuliah. Terus, kalau kamu kerja juga. Kamu bakalan punya uang kan? Jadi bunda rasa kamu kuliah aja.”

“Bun ...”

Maudy menatap kecewa.

“Aku dapet beasiswa loh, bun. Bukannya yang harus kuliah itu malahan aku? Bukannya Nadya. Kenapa nggak dia aja yang kuliah tahun depan? Kenapa harus aku lagi ...”

“Ck, berisik banget kamu jadi anak. Udah bunda biayain hidup kamu selama ini, tapi ternyata ini ya balesannya? Nggak bisa ... bunda beneran nggak bisa deh. Kamu cuma bisa ngeluh doang. Udah lah ... jangan banyak mau. Kamu cukup kerja dan cuma itu yang bisa bantu kami.”

Maudy menatap ayah Bima, berharap bisa membantu tapi ayah Bima juga nggak bisa apa-apa tanpa sang istri.

Dan pada akhirnya, ia kembali mengalah.

Hidupnya selalu begini. Dari kecil, masa remaja dan saat dewasa juga masih sama. Ini menjadi luka terdalam bagi Maudy. Tapi kini ada alasan lain yang buat Maudy benar-benar kecewa sama bundanya.

Saat bundanya mengizinkan suaminya sendiri menikah sama adik kembarnya.

 

Episodes
1 Bab 01 - Kepergian Ayah
2 Bab 02 - Jahatnya Farhan dan Nadya
3 Bab 03 - Suami Yang Sama
4 Bab 04 - Masa Lalu
5 Bab 05 - Kenapa?!
6 Bab 06 - Ceraikan Aku!
7 Bab 07 - Tetangga Yang Kepo
8 Bab 08 - Fakta Yang Menyakitkan
9 Bab 09 - Mulai Sadar
10 Bab 10 - Mulai Berani
11 Bab 11 - Luka Lama
12 Bab 12 - Benarkah Janji Itu?
13 Bab 13 - Tentang Honeymoon
14 Bab 14 - Tentang Honeymoon (2)
15 Bab 15 - Ini Sangat Sakit
16 Bab 16 - Benar-benar Benci
17 Bab 17 - Amanat Almarhum Ayah
18 Bab 18 - Janji Akan Selalu Ada
19 Bab 19 - Tega
20 Bab 20 - Keputusan Maudy
21 Bab 21 - Tentang Nadya
22 Bab 22 - Dua Bulan Berlalu
23 Bab 23 - Ancaman Kecil
24 Bab 24 - Sudah Tidak Tahan!
25 Bab 25 - Keegoisan Nadya
26 Bab 26 - Dendam Maudy
27 Bab 27 - Tidak Ada Pilihan Lain
28 Bab 28 - Mendapat Dukungan
29 Bab 29 - Setajam Silet
30 Bab 30 - Panti Asuhan
31 Bab 31 - Nasib Yang Sama
32 Bab 32 - Misi Maudy
33 Bab 33 - Bukti Baru
34 Bab 34 - Sepuluh Perjanjian (1)
35 Bab 35 - Sepuluh Perjanjian (2)
36 Bab 36 - Rencana Buruk
37 Bab 37 - Janji Nadya
38 Bab 38 - Tipuan Pertama
39 Bab 39 - Keduanya Egois
40 Bab 40 - Nurunin Ego
41 Bab 41 - Hilang Tanpa Kabar
42 Bab 42 - Keputusan Maudy
43 Bab 43 - Pesan Menyakitkan
44 Bab 44 - Dokter Maya
45 Bab 45 - Mulai Belajar Hal Baru
46 Bab 46 - Tak Ada Kabar
47 Bab 47 - Surat Cerai
48 Bab 48 - Aku Pasti Bisa
49 Bab 49 - Maafin Bunda
50 Bab 50 - Bukan Ini Yang Aku Mau
51 Bab 51 - Pingsan
52 Bab 52 - Tetap Salah
53 Bab 53 - Apa Itu Harga Diri?
54 Bab 54 - Musibah
55 Bab 55 - Ancaman
56 Bab 56 - Sedikit Terkuak
57 Bab 57 - Mulai Terkuak (Sedikit)
58 Bab 58 - Orang Tua Farhan
59 Bab 59 - Sinis
60 Bab 60 - Tersudut
61 Bab 61 - Tahu Semua
62 Bab 62 - Tuduhan
63 Bab 63 - Tentang Luka
64 Bab 64 - Permohonan Maudy
65 Bab 65 - Sumber Masalah
66 Bab 66 - Izin
67 Bab 67 - Kekecewaan
68 Bab 68 - Menyesal
69 Bab 69 - Dituduh
70 Bab 70 - Gak Boleh Takut
71 Bab 71 - Janji
72 Bab 72 - Terpengaruh
73 Bab 73 - Ancaman
74 Bab 74 - Air Mata
75 Bab 75 - Terima Kasih
76 Bab 76 - Tak Ada Harapan
77 Bab 77 - Keresahan Kecil
78 Bab 78 - Sebuah Tawaran
79 Bab 79 - Sedikit Informasi Tentang Farhan
80 Bab 80 - Kebingungan Farhan
81 Bab 81 - Keributan Kecil
82 Bab 82 - Terbongkar
83 Bab 83 - Fitnah (1)
84 Bab 84 - Fitnah (2)
85 Bab 85 - Cemburu
86 Bab 86 - Perjodohan
87 Bab 87 - Tentang Hermawan
88 Bab 88 - Permintaan Farhan
89 Bab 89 - Bertemu
90 Bab 90 - Selesai
91 Bab 91 - Ingat
92 Bab 92 - Manipulatif
93 Bab 93 - Keputusan Akhir
94 Bab 94 - Maaf!
95 Bab 95 - Satu Masalah Selesai
96 Bab 96 - Tindakan Lisa
97 Bab 97 - Maaf
98 Bab 98 - Yang Diinginkan Sama Maudy
99 Bab 99 - Bantuan
100 Bab 100 - Fakta Baru
101 101 - Keputusan Hermawan
102 Bab 102 - Pesan
103 Bab 103 - Kita Nikah Yuk!
104 Bab 104 - Kita Pasti Kuat
105 Bab 105 - Masih Belum Dapat Restu
106 Bab 106 - Jangan Khawatir
107 Bab 107 - Gagal?
108 Bab 108 - Akhirnya
109 Bab 109 - Penantian Panjang
110 Bab 110 - Jangan Berubah
111 Bab 111 - Ajakan
112 Bab 112 - Keresahan
113 Bab 113 - Bakalan Baik Baik Saja
114 Bab 114 - Mereka Yang Peduli
115 Bab 115 - Ribut
116 Bab 116 - Perkara Hal Kecil
117 Bab 117 - Bersama
118 Bab 118 - Perkara Anak
119 Bab 119 - Rutinitas
120 Bab 120 - Anak?
121 Bab 121 - Kembali
122 Bab 122 - Harapan
123 Bab 123 - Lisa dan Masalah
124 Bab 124 - Selesai
125 Bab 125 - Kabar Mengejutkan
126 Bab 126 - Kabar Menyedihkan Lainnya
127 Bab 127 - Berlalu
128 Bab 128 - Akhir Yang Indah
129 Usai
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 01 - Kepergian Ayah
2
Bab 02 - Jahatnya Farhan dan Nadya
3
Bab 03 - Suami Yang Sama
4
Bab 04 - Masa Lalu
5
Bab 05 - Kenapa?!
6
Bab 06 - Ceraikan Aku!
7
Bab 07 - Tetangga Yang Kepo
8
Bab 08 - Fakta Yang Menyakitkan
9
Bab 09 - Mulai Sadar
10
Bab 10 - Mulai Berani
11
Bab 11 - Luka Lama
12
Bab 12 - Benarkah Janji Itu?
13
Bab 13 - Tentang Honeymoon
14
Bab 14 - Tentang Honeymoon (2)
15
Bab 15 - Ini Sangat Sakit
16
Bab 16 - Benar-benar Benci
17
Bab 17 - Amanat Almarhum Ayah
18
Bab 18 - Janji Akan Selalu Ada
19
Bab 19 - Tega
20
Bab 20 - Keputusan Maudy
21
Bab 21 - Tentang Nadya
22
Bab 22 - Dua Bulan Berlalu
23
Bab 23 - Ancaman Kecil
24
Bab 24 - Sudah Tidak Tahan!
25
Bab 25 - Keegoisan Nadya
26
Bab 26 - Dendam Maudy
27
Bab 27 - Tidak Ada Pilihan Lain
28
Bab 28 - Mendapat Dukungan
29
Bab 29 - Setajam Silet
30
Bab 30 - Panti Asuhan
31
Bab 31 - Nasib Yang Sama
32
Bab 32 - Misi Maudy
33
Bab 33 - Bukti Baru
34
Bab 34 - Sepuluh Perjanjian (1)
35
Bab 35 - Sepuluh Perjanjian (2)
36
Bab 36 - Rencana Buruk
37
Bab 37 - Janji Nadya
38
Bab 38 - Tipuan Pertama
39
Bab 39 - Keduanya Egois
40
Bab 40 - Nurunin Ego
41
Bab 41 - Hilang Tanpa Kabar
42
Bab 42 - Keputusan Maudy
43
Bab 43 - Pesan Menyakitkan
44
Bab 44 - Dokter Maya
45
Bab 45 - Mulai Belajar Hal Baru
46
Bab 46 - Tak Ada Kabar
47
Bab 47 - Surat Cerai
48
Bab 48 - Aku Pasti Bisa
49
Bab 49 - Maafin Bunda
50
Bab 50 - Bukan Ini Yang Aku Mau
51
Bab 51 - Pingsan
52
Bab 52 - Tetap Salah
53
Bab 53 - Apa Itu Harga Diri?
54
Bab 54 - Musibah
55
Bab 55 - Ancaman
56
Bab 56 - Sedikit Terkuak
57
Bab 57 - Mulai Terkuak (Sedikit)
58
Bab 58 - Orang Tua Farhan
59
Bab 59 - Sinis
60
Bab 60 - Tersudut
61
Bab 61 - Tahu Semua
62
Bab 62 - Tuduhan
63
Bab 63 - Tentang Luka
64
Bab 64 - Permohonan Maudy
65
Bab 65 - Sumber Masalah
66
Bab 66 - Izin
67
Bab 67 - Kekecewaan
68
Bab 68 - Menyesal
69
Bab 69 - Dituduh
70
Bab 70 - Gak Boleh Takut
71
Bab 71 - Janji
72
Bab 72 - Terpengaruh
73
Bab 73 - Ancaman
74
Bab 74 - Air Mata
75
Bab 75 - Terima Kasih
76
Bab 76 - Tak Ada Harapan
77
Bab 77 - Keresahan Kecil
78
Bab 78 - Sebuah Tawaran
79
Bab 79 - Sedikit Informasi Tentang Farhan
80
Bab 80 - Kebingungan Farhan
81
Bab 81 - Keributan Kecil
82
Bab 82 - Terbongkar
83
Bab 83 - Fitnah (1)
84
Bab 84 - Fitnah (2)
85
Bab 85 - Cemburu
86
Bab 86 - Perjodohan
87
Bab 87 - Tentang Hermawan
88
Bab 88 - Permintaan Farhan
89
Bab 89 - Bertemu
90
Bab 90 - Selesai
91
Bab 91 - Ingat
92
Bab 92 - Manipulatif
93
Bab 93 - Keputusan Akhir
94
Bab 94 - Maaf!
95
Bab 95 - Satu Masalah Selesai
96
Bab 96 - Tindakan Lisa
97
Bab 97 - Maaf
98
Bab 98 - Yang Diinginkan Sama Maudy
99
Bab 99 - Bantuan
100
Bab 100 - Fakta Baru
101
101 - Keputusan Hermawan
102
Bab 102 - Pesan
103
Bab 103 - Kita Nikah Yuk!
104
Bab 104 - Kita Pasti Kuat
105
Bab 105 - Masih Belum Dapat Restu
106
Bab 106 - Jangan Khawatir
107
Bab 107 - Gagal?
108
Bab 108 - Akhirnya
109
Bab 109 - Penantian Panjang
110
Bab 110 - Jangan Berubah
111
Bab 111 - Ajakan
112
Bab 112 - Keresahan
113
Bab 113 - Bakalan Baik Baik Saja
114
Bab 114 - Mereka Yang Peduli
115
Bab 115 - Ribut
116
Bab 116 - Perkara Hal Kecil
117
Bab 117 - Bersama
118
Bab 118 - Perkara Anak
119
Bab 119 - Rutinitas
120
Bab 120 - Anak?
121
Bab 121 - Kembali
122
Bab 122 - Harapan
123
Bab 123 - Lisa dan Masalah
124
Bab 124 - Selesai
125
Bab 125 - Kabar Mengejutkan
126
Bab 126 - Kabar Menyedihkan Lainnya
127
Bab 127 - Berlalu
128
Bab 128 - Akhir Yang Indah
129
Usai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!