"Nadya?"
Belum selesai kejutan Maudy karena tau suaminya meminta untuk menikah lagi. Kini Nadya datang dan Farhan bilang kalau ia mau menikah sama Nadya. Wanita yang tak lain adik kembarnya sendiri.
"Nad?" kaget Maudy lalu menggeleng. "Ini bohong kan? Kalian lagi bercanda doang kan sama aku? Iya dong ... mana mungkin kalian sejahat ini sama aku. Duh kalau mau bercanda jangan sekarang deh. Kita ini masih dalam suasana berduka, nggak baik bercanda kayak gini."
Nadya maju dan berdiri di depan Maudy.
"Aku tahu kalau kakak masih kaget sama semua ini. Tapi memang kenyataannya kayak gini kak. Aku sama mas Farhan tuh udah jatuh cinta dan sekarang nggak ada lagi ayah yang bakalan marahin kita. Jadi aku rasa ini waktu yang tepat buat jujur sama kakak."
Maudy tertawa lirih dan menggeleng. Ia melangkah mundur dan menatap kecewa sama mereka. Kenapa lagi dan lagi ada masalah di hidupnya? Kenapa hidupnya nggak pernah berhenti sama sekali bercanda? Kenapa dirinya yang harus merasakan ini semua? Kenapa lagi dan lagi dirinya yang harus ngerasain perihnya hidup.
"Kalian jangan bercanda deh. Saling jatuh cinta apanya. Wong selama ini aku yang terus bareng sama mas Farhan dan kamu tinggal di rumah sama bunda dan ayah. Terus gimana caranya kalian bisa jatuh cinta." Maudy mengibastkan tangan di udara dan menggeleng. "Gak usah bercanda kayak gini. Gak lucu sama sekali."
Nadya pasrah dan menoleh pada Farhan, meminta Farhan untuk yang jelasin.
"Maudy ..."
Maudy mengelak dan melepas tangan Farhan sambil melangkah mundur. Dari tempatnya ia menunjuk pada mereka.
"Jangan ada yang maju! Kalian ceritain dari sana. Aku nggak mau dekat-dekat kalian dulu! Aku mohon banget," seru Maudy dengan suara gemetar.
"Okei ... kamu pasti kaget kan karena tadi pagi mas baru aja bilang sama kamu kalau mas mau nikah lagi dan sekarang malah bawa adik kamu buat jadi orang yang mas mau nikahin. Di sini mas ngak minta restu kamu. Karena tanpa kamu kasih jawaban. Mas bakalan tetap nikah sama Nadya. Apapun caranya!"
"Jahat!"
"Mas tau ... tapi mas nggak bisa apa-apa. Mas mau anak dan mas juga jatuh cinta sama adik kamu. Jadi, dari pada kamu lihat mas nikah sama orang lain. Mending mas nikah sama kembaran kamu sendiri kan? Jadi ... kamu nggak akan sesakit itu dan juga, mas nggak akak ceraiin kamu kok. Kamu bakalan tetep jadi istri mas. Tapi ya gitu. Kamu harus sediain hati. Karena mas akan bagi waktu buat kalian berdua."
Berita apa ini?
Lucu sekali!
Maudy merasa semuanya begitu lucu tapi bukan tawa yang ia tunjukkan. Ia menangis. Mulai menatap mereka dengan matanya yang berair.
"Kenapa kalian jahat banget? Sejak kapan ... sejak kapan kalian berhubungan di belakang kakak."
"Kak," panggil Nadya yang mendekat tapi Maudy langsung melangkah mundur dan menggeleng. Nadya spontah menatap kecewa. "Kak ... jangan gini dong. Masa cuma karena masalah gini doang. Buat hubungan adik kakak kita jadi hancur? Kakak tau sendiri kan kita ini kembar! Kalau yang satu ngerasa sedih pasti yang lain ikut sedih dan kalau aku bahagia, kakak juga bakalan bahagia. Jadi nggak bakalan terlalu sulit bagi kita berdua untuk lakuin ini semua. Boleh ya kak ..."
Maudy menatap nggak percaya sama mereka.
Bahkan nggak ada yang meminta maaf sama dirinya. Mereka seolah memaksa hubungan ini dengan mengancam dia di tengah masalah ini?
"Bentar deh ... kalian jahat banget ya. Kalian tau kan kalau beberapa hari terakhir aku masih sedih karena kepergian ayah. Tapi di sini kalian malah ngasih tahu hal ini yang buat aku makin hancur? Kalian mau bunuh aku secara perlahan."
"Bukankah lebih cepat lebih baik?" jawab Farhan yang membuat Maudy tertawa sakit.
"Di sini mas cuma mau bilang aja sama kamu kalau mas nggak butuh validasi dari kamu. Mas cuma mau bilang juga kalau hubungan mas sama adik kamu ini udah lama. Udah dari tahun lalu dan kita berusaha cari kesempatan untuk bilang sama kamu. Dan ini waktu yang tepat. Jadi kami nggak akan pikir panjang lagi dan langsung aja bilang sama kamu."
Maudy meraba laci di belakangnya dan melempar asal vas bunga ke arah mereka. Napasnya memburu dan ia menatap benci sama mereka.
"Kalian!" pekiknya lalu menekan kedua telinga dengan kuat. Ia memukul dada dengan kencang dan menatap tajam ke mereka. "Jahat," lirihnya dengan pelan.
"JAHAT KALIAN!" serunya lalu menangis lagi. "Satu tahun ... satu tahun bukan waktu yang bentar dan udah selama itu kalian bohongin aku. Kalian jahat ... jahat banget. Kalian nggak mikir kah jadi aku. Kalian nggak mikir gimana sakitnya aku. Ya ampun ..."
Maudy berbalik dan memijat kepalanya.
"Diselingkuhin nggak pernah ada di benak aku sama sekali dan sekarang aku malah dapat fakta kalau adik aku sendiri yang selingkuhin suami aku? Kembaran aku sendiri yang udah rebut suami aku dan ini bener-bener diluar nalar."
Maudy kembali menatap mereka dan bertepuk tangan sambil menggeleng.
"Apa yang kalian dapat selama ini? Kalian sembunyi-bunyi di belakang aku untuk lakuin ini kan? Demi apa? Demi kepuasan kalian doang. Apa selama kalian lakuin itu. Kalian nggak mikir perasaan aku sama sekali? Kalian nggak ada mikir kalau aku bakalan sesakit ini."
Farhan terdiam dan malah menggenggam tangan Nadya.
"Sekarang terserah. Mas udah bilang dari tadi kalau kamu nggak perlu jawab apapun. Karena mas bakalan tetap nikah sama adik kembaran kamu. Kamu cukup mikirin ini aja dan nenangin diri. Karena nanti waktunya akan tiba dan mas nggak mau kamu makin bikin malu dengan sifat histeris kamu itu."
Farhan menarik Nadya keluar rumah buat Maudy terdiam dan tubuhnha luruh ke lantai. Ia menatap kosong pecahan vas bunga di depannya itu dan tertawa lirih lalu menggeleng.
"Woah ... double kill banget nggak sih? Selama ini ternyata suami tuh selingkuh di belakang aku dan selingkuh sama adik aku sendiri?"
Maudy meremas bajunya dengan kencang. Menyalurkan emosi yang benar-benar sakit. Sampai ia mendongak saat mendengar suara langkah kaki lagi. Ia melihat Farhan masuk untuk mengambil kunci mobil di atas nakas dan menatap dirinya.
"Nggak usah sedih gitu lah, berlebihan banget. Dari pada sedih mikirin hal ini. Mendingan kamu mulai cari WO yang bagus buat mas nikah sama adik kamu," ucapnya dengan santai lalu melangkah pergi lagi.
Meninggalkan Maudy yang kembali menunduk.
"Jahat ... bener-bener jahat banget."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments