Bab 05 - Kenapa?!

“Sudah ... terima saja semuanya. Jangan jadi wanita egois. Kamu masih bisa jadi istri seorang Farhan aja alhamdulillah. Karena dia nggak akan mengurangi apapun. Kamu akan tetap dapat yang terbaik.”

 

Tidak, bukan ini maksud dari Maudy. Rasanya ia mau berkeluh kesah pun nggak akan ada tempat yang bisa menampungnya. Ia hanya bisa meratapi semuanya sendiri, tanpa terkecuali.

 

“Bun ... sebenarnya apa sih alesan bunda lakuin ini semua? Kenapa bunda jahat banget sama aku. Kenapa bunda nggak pernah mikirin hati dan perasaan aku sama sekali? Pastinya di sini bunda paham kan, gimana sakitnya melihat suami sendiri nikah sama adik kandungnya sendiri.”

 

“Bunda nggak jahat, bunda hanya nggak mau melihat adik kamu sedih.”

 

Dengan mengorbankan perasaan dirinya?

 

“Maudy ... kamu mau marah juga nggak buat semua ini berubah kan? Menurut bunda, kamu cuma harus sabar aja kok. Mungkin untuk sekarang masih sulit. Tapi nggak kok untuk ke depannya. Setelah kamu nerima semua ini, bunda yakin kalau kamu pasti bisa lewatin semua ini dengan baik. Asal kamunya sendiri yang enggak terus mengungkit masalah ini. Karena, semakin kamu mengungkitnya. Mereka bakalan terus ungkit balik dan hubungan kalian akan buruk. Bunda nggak mau kalau punya anak yang terus ribut.”

 

Maudy memalingkan wajahnya dan menghela napas dalam.

 

Bahkan alasan Maudy selama ini bertengkar sama Nadya juga karena sang bunda yang gak pernah adil. Tapi apa sekarang?

 

Bisa-bisanya bunda Salma mengatakan hal kayak gini.

 

“Bun ... nggak bisa. Aku beneran nggak bisa. Ngebayangin dua orang yang selama ini deket sama aku terus khianatin aku tuh bener-bener sakit banget.”

 

Maudy mencengkram ujung bajunya.

 

“Kalau saja aku punya hati yang lapang, aku juga bakalan nggak kuat kalau kagak gini. Gak ada orang yang bisa menerima suaminya sendiri nikah sana adiknya. Dan Nadya ini adik kembar aku.”

 

Maudy menutup wajahnya. Tubuh perempuan itu kembali bergetar.

 

Entah sudah berapa kali dia menangis. Matanya sudah lelah. Tapi hatinya masih terlalu sakit.

 

“Nadya ... aku sama Nadya selalu aja bareng-bareng. Bahkan kita ada di perut yang sama. Dari kecil aku sayang banget sama dia. Tapi ya bukan gini. Aku juga punya prioritas kebahagiaan aku dan aku nggak bisa kasih gitu aja ke adik aku. Aku tau ... aku tau banget kalau di sini mungkin bunda bakalan bilang aku ini egois atau aku yang nggak tahu diri.”

 

“Itu kamu tau!”

 

Maudy spontan memalingkan wajahnya dan narik napas.

 

“Tapi, selama ini Nadya udah punya banyak kebahagiaan. Aku nggak mau mengungkitnya, tapi memang bener kan kalau Nadya jauh lebih punya semuanya. Dia selalu dimanjain sama bunda, dia selalu dituruti ini itu, dia yang selalu dikedepanin sama bubda. Tapi aku?”

 

“Ck ... berisik kamu.”

 

“Mungkin bagi bunda biasa aja, tapi enggak bun bagi aku. Aku capek ngalamin ini semua. Aku tuh benar-benar dalam definisi yang muak. Aku nggak tahu lagi harus melakukan apa selain nangis.”

 

Bunda Salma berdiri. Ia menepuk kepala anak pertamanya.

 

“Nggak usah di pikirin, mendingan kamu mulai mikir gimana ke depannya. Membagi waktu yang baik sama adik kamu. Jadi, kamu nggak akan merasa tersakiti lagi. Pokoknya ya terserah kamu aja gimananya."

 

"Mana bisa begitu .."

 

***

 

Protesnya sama sekali nggak diizinkan. Maudy memilih untuk pulang dengan motornya. Di sana ia masuk ke dalam kamar dan duduk membuka barang yang dulu ia miliki.

Ia tersenyum tipis, mengeluarkan barang kecil miliknya yang nggak pernah ia lupakan sama sekali.

“Semuanya ada dua dan selalu aja begitu. Milik aku dan Nadya. Walau bunda selalu buat akun sama Nadya berantem terus. Tapi namanya anak kembar kita selalu aja bareng. Kita terus main bareng dan nangis kalau nggak punya barang yang sama. Entah aku yang mengamuk atau Nadya yang marah kalau nggak di beliin barang yang sama.”

Maudy memeluk scraft kembar miliknya. Ia memeluk barang kesayangannya itu dan kembali menangis.

“Tapi di antara semua barang yang sama, apa perlu suami juga punya yang sama? Aku nggak paham sama apa yang di pikirin sama Nadya tentang hal ini. Kenapa mereka bisa kenal sejauh itu? Atau kenapa mereka yang nggak pernah mikirin perasaan aku.”

Lagi terus menangis,

Suara mobil yang sangat dikenal Maudy mulai terdengar. Ia menaruh semua barang kembali ke tempatnya dan bergegas keluar. Tapi langkah Maudy terhenti saat di belakang tubuh Farhan ada Nadya yang mengikutinya. Masih dengan mengenakan kebaya yang sama.

Tubuh Maudy seakan kaki. Ia hanya menatap dari atas sampai bawah dan berakhir menghela napas dalam.

“Mas ...”

“Nggak usah protes ya Maudy, sekarang mas sama adik kamu itu suami istri. Udah seharusnya kita tinggal bareng dan mas nggak akan pernah bisa ngebiarin dia gitu aja cuma karena keegoisan kamu doang.”

“Tapi kan ini rumah atas nama aku!” bentak Maudy dengan kencang.

Napas Maudy memburu.

“Iya ... tapi kan rumah ini mas yang beli. Mas cuma taruh nama kamu sebagai jaminan aja dan sekarang mas punya dua istri. Yang berarti Nadya juga tinggal di sini. Jadi, kamu nggak usah egois dulu ya untuk kali ini. Mas bener-bener sangat mohon sama kamu. Sekarang Nadya juga istri mas. Jadi, kamu sambut dia dengan baik ya.”

Sebelah alis Maudy terangkat dan ia terkekeh.

“Menyambut—

Maudy memandang Nadya dari atas sampai bawah. Lalu mengangkat kedua lengannya. Ia tersenyum lebar di tengah air matanya yang terus turun.

“Halo adik kembarku sayang, selamat ya jadi karena udah jadi istri kedua suami aku. Selain punya barang yang sama, ternyata kita punya suami yang sama juga,” papar Maudy dengan riang di tengah tangisnya.

“KAYAK GITU, MAS? Kayak gitu yang kamu maksud? Puas kamu ... puas kamu udah buat hubungan aku sama adik aku rusak.”

Maudy memukuli tubuh Farhan, Laki-laki itu tau dirinya salah dan memilih untuk diam. Ia biarin dada bidangnya di pukulin Maudy.

“Kamu jahat mas, kamu nggak cuma melukai aku. Tapi kamu juga melukai hubungan aku sama adik aku. Seakan aku ini nggak ada apa-apa nya di mata kamu.”

Maudy terdiam, tangannya semakin terkepal dan dia beralih menatap Nadya.

Tatapan penuh luka itu benar-benar terlihat.

“Dek ... selama ini kakak udah ngorbanin semuanya. Selalu kamu dan memang kamu yang selalu jadi pemeran utamanya. Tapi walau pun gitu, kakak nggak pernah ngeluh. Kakak mau kamu dapat yang terbaik. Kakak nggak mau kamu sedih. Makanya kakak kasih semua, walau akhirnya kakak yang nangis sendirian karena nggak ada yang peduli sama kakak.”

Maudy terdiam dan menunduk.

“Tapi untuk sekarang? Kenapa kamu tega ... kakak selalu baik sama kamu. Tapi ini balasannya? Kenapa kamu nggak pernah mikir perasaan kakak sama sekali? Kenapa kamu nggak mikir hubungan kita selama ini?”

Maudy mencengkram lengan Nadya.

“Kenapa kamu ambil suami kakak!!!”

Episodes
1 Bab 01 - Kepergian Ayah
2 Bab 02 - Jahatnya Farhan dan Nadya
3 Bab 03 - Suami Yang Sama
4 Bab 04 - Masa Lalu
5 Bab 05 - Kenapa?!
6 Bab 06 - Ceraikan Aku!
7 Bab 07 - Tetangga Yang Kepo
8 Bab 08 - Fakta Yang Menyakitkan
9 Bab 09 - Mulai Sadar
10 Bab 10 - Mulai Berani
11 Bab 11 - Luka Lama
12 Bab 12 - Benarkah Janji Itu?
13 Bab 13 - Tentang Honeymoon
14 Bab 14 - Tentang Honeymoon (2)
15 Bab 15 - Ini Sangat Sakit
16 Bab 16 - Benar-benar Benci
17 Bab 17 - Amanat Almarhum Ayah
18 Bab 18 - Janji Akan Selalu Ada
19 Bab 19 - Tega
20 Bab 20 - Keputusan Maudy
21 Bab 21 - Tentang Nadya
22 Bab 22 - Dua Bulan Berlalu
23 Bab 23 - Ancaman Kecil
24 Bab 24 - Sudah Tidak Tahan!
25 Bab 25 - Keegoisan Nadya
26 Bab 26 - Dendam Maudy
27 Bab 27 - Tidak Ada Pilihan Lain
28 Bab 28 - Mendapat Dukungan
29 Bab 29 - Setajam Silet
30 Bab 30 - Panti Asuhan
31 Bab 31 - Nasib Yang Sama
32 Bab 32 - Misi Maudy
33 Bab 33 - Bukti Baru
34 Bab 34 - Sepuluh Perjanjian (1)
35 Bab 35 - Sepuluh Perjanjian (2)
36 Bab 36 - Rencana Buruk
37 Bab 37 - Janji Nadya
38 Bab 38 - Tipuan Pertama
39 Bab 39 - Keduanya Egois
40 Bab 40 - Nurunin Ego
41 Bab 41 - Hilang Tanpa Kabar
42 Bab 42 - Keputusan Maudy
43 Bab 43 - Pesan Menyakitkan
44 Bab 44 - Dokter Maya
45 Bab 45 - Mulai Belajar Hal Baru
46 Bab 46 - Tak Ada Kabar
47 Bab 47 - Surat Cerai
48 Bab 48 - Aku Pasti Bisa
49 Bab 49 - Maafin Bunda
50 Bab 50 - Bukan Ini Yang Aku Mau
51 Bab 51 - Pingsan
52 Bab 52 - Tetap Salah
53 Bab 53 - Apa Itu Harga Diri?
54 Bab 54 - Musibah
55 Bab 55 - Ancaman
56 Bab 56 - Sedikit Terkuak
57 Bab 57 - Mulai Terkuak (Sedikit)
58 Bab 58 - Orang Tua Farhan
59 Bab 59 - Sinis
60 Bab 60 - Tersudut
61 Bab 61 - Tahu Semua
62 Bab 62 - Tuduhan
63 Bab 63 - Tentang Luka
64 Bab 64 - Permohonan Maudy
65 Bab 65 - Sumber Masalah
66 Bab 66 - Izin
67 Bab 67 - Kekecewaan
68 Bab 68 - Menyesal
69 Bab 69 - Dituduh
70 Bab 70 - Gak Boleh Takut
71 Bab 71 - Janji
72 Bab 72 - Terpengaruh
73 Bab 73 - Ancaman
74 Bab 74 - Air Mata
75 Bab 75 - Terima Kasih
76 Bab 76 - Tak Ada Harapan
77 Bab 77 - Keresahan Kecil
78 Bab 78 - Sebuah Tawaran
79 Bab 79 - Sedikit Informasi Tentang Farhan
80 Bab 80 - Kebingungan Farhan
81 Bab 81 - Keributan Kecil
82 Bab 82 - Terbongkar
83 Bab 83 - Fitnah (1)
84 Bab 84 - Fitnah (2)
85 Bab 85 - Cemburu
86 Bab 86 - Perjodohan
87 Bab 87 - Tentang Hermawan
88 Bab 88 - Permintaan Farhan
89 Bab 89 - Bertemu
90 Bab 90 - Selesai
91 Bab 91 - Ingat
92 Bab 92 - Manipulatif
93 Bab 93 - Keputusan Akhir
94 Bab 94 - Maaf!
95 Bab 95 - Satu Masalah Selesai
96 Bab 96 - Tindakan Lisa
97 Bab 97 - Maaf
98 Bab 98 - Yang Diinginkan Sama Maudy
99 Bab 99 - Bantuan
100 Bab 100 - Fakta Baru
101 101 - Keputusan Hermawan
102 Bab 102 - Pesan
103 Bab 103 - Kita Nikah Yuk!
104 Bab 104 - Kita Pasti Kuat
105 Bab 105 - Masih Belum Dapat Restu
106 Bab 106 - Jangan Khawatir
107 Bab 107 - Gagal?
108 Bab 108 - Akhirnya
109 Bab 109 - Penantian Panjang
110 Bab 110 - Jangan Berubah
111 Bab 111 - Ajakan
112 Bab 112 - Keresahan
113 Bab 113 - Bakalan Baik Baik Saja
114 Bab 114 - Mereka Yang Peduli
115 Bab 115 - Ribut
116 Bab 116 - Perkara Hal Kecil
117 Bab 117 - Bersama
118 Bab 118 - Perkara Anak
119 Bab 119 - Rutinitas
120 Bab 120 - Anak?
121 Bab 121 - Kembali
122 Bab 122 - Harapan
123 Bab 123 - Lisa dan Masalah
124 Bab 124 - Selesai
125 Bab 125 - Kabar Mengejutkan
126 Bab 126 - Kabar Menyedihkan Lainnya
127 Bab 127 - Berlalu
128 Bab 128 - Akhir Yang Indah
129 Usai
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Bab 01 - Kepergian Ayah
2
Bab 02 - Jahatnya Farhan dan Nadya
3
Bab 03 - Suami Yang Sama
4
Bab 04 - Masa Lalu
5
Bab 05 - Kenapa?!
6
Bab 06 - Ceraikan Aku!
7
Bab 07 - Tetangga Yang Kepo
8
Bab 08 - Fakta Yang Menyakitkan
9
Bab 09 - Mulai Sadar
10
Bab 10 - Mulai Berani
11
Bab 11 - Luka Lama
12
Bab 12 - Benarkah Janji Itu?
13
Bab 13 - Tentang Honeymoon
14
Bab 14 - Tentang Honeymoon (2)
15
Bab 15 - Ini Sangat Sakit
16
Bab 16 - Benar-benar Benci
17
Bab 17 - Amanat Almarhum Ayah
18
Bab 18 - Janji Akan Selalu Ada
19
Bab 19 - Tega
20
Bab 20 - Keputusan Maudy
21
Bab 21 - Tentang Nadya
22
Bab 22 - Dua Bulan Berlalu
23
Bab 23 - Ancaman Kecil
24
Bab 24 - Sudah Tidak Tahan!
25
Bab 25 - Keegoisan Nadya
26
Bab 26 - Dendam Maudy
27
Bab 27 - Tidak Ada Pilihan Lain
28
Bab 28 - Mendapat Dukungan
29
Bab 29 - Setajam Silet
30
Bab 30 - Panti Asuhan
31
Bab 31 - Nasib Yang Sama
32
Bab 32 - Misi Maudy
33
Bab 33 - Bukti Baru
34
Bab 34 - Sepuluh Perjanjian (1)
35
Bab 35 - Sepuluh Perjanjian (2)
36
Bab 36 - Rencana Buruk
37
Bab 37 - Janji Nadya
38
Bab 38 - Tipuan Pertama
39
Bab 39 - Keduanya Egois
40
Bab 40 - Nurunin Ego
41
Bab 41 - Hilang Tanpa Kabar
42
Bab 42 - Keputusan Maudy
43
Bab 43 - Pesan Menyakitkan
44
Bab 44 - Dokter Maya
45
Bab 45 - Mulai Belajar Hal Baru
46
Bab 46 - Tak Ada Kabar
47
Bab 47 - Surat Cerai
48
Bab 48 - Aku Pasti Bisa
49
Bab 49 - Maafin Bunda
50
Bab 50 - Bukan Ini Yang Aku Mau
51
Bab 51 - Pingsan
52
Bab 52 - Tetap Salah
53
Bab 53 - Apa Itu Harga Diri?
54
Bab 54 - Musibah
55
Bab 55 - Ancaman
56
Bab 56 - Sedikit Terkuak
57
Bab 57 - Mulai Terkuak (Sedikit)
58
Bab 58 - Orang Tua Farhan
59
Bab 59 - Sinis
60
Bab 60 - Tersudut
61
Bab 61 - Tahu Semua
62
Bab 62 - Tuduhan
63
Bab 63 - Tentang Luka
64
Bab 64 - Permohonan Maudy
65
Bab 65 - Sumber Masalah
66
Bab 66 - Izin
67
Bab 67 - Kekecewaan
68
Bab 68 - Menyesal
69
Bab 69 - Dituduh
70
Bab 70 - Gak Boleh Takut
71
Bab 71 - Janji
72
Bab 72 - Terpengaruh
73
Bab 73 - Ancaman
74
Bab 74 - Air Mata
75
Bab 75 - Terima Kasih
76
Bab 76 - Tak Ada Harapan
77
Bab 77 - Keresahan Kecil
78
Bab 78 - Sebuah Tawaran
79
Bab 79 - Sedikit Informasi Tentang Farhan
80
Bab 80 - Kebingungan Farhan
81
Bab 81 - Keributan Kecil
82
Bab 82 - Terbongkar
83
Bab 83 - Fitnah (1)
84
Bab 84 - Fitnah (2)
85
Bab 85 - Cemburu
86
Bab 86 - Perjodohan
87
Bab 87 - Tentang Hermawan
88
Bab 88 - Permintaan Farhan
89
Bab 89 - Bertemu
90
Bab 90 - Selesai
91
Bab 91 - Ingat
92
Bab 92 - Manipulatif
93
Bab 93 - Keputusan Akhir
94
Bab 94 - Maaf!
95
Bab 95 - Satu Masalah Selesai
96
Bab 96 - Tindakan Lisa
97
Bab 97 - Maaf
98
Bab 98 - Yang Diinginkan Sama Maudy
99
Bab 99 - Bantuan
100
Bab 100 - Fakta Baru
101
101 - Keputusan Hermawan
102
Bab 102 - Pesan
103
Bab 103 - Kita Nikah Yuk!
104
Bab 104 - Kita Pasti Kuat
105
Bab 105 - Masih Belum Dapat Restu
106
Bab 106 - Jangan Khawatir
107
Bab 107 - Gagal?
108
Bab 108 - Akhirnya
109
Bab 109 - Penantian Panjang
110
Bab 110 - Jangan Berubah
111
Bab 111 - Ajakan
112
Bab 112 - Keresahan
113
Bab 113 - Bakalan Baik Baik Saja
114
Bab 114 - Mereka Yang Peduli
115
Bab 115 - Ribut
116
Bab 116 - Perkara Hal Kecil
117
Bab 117 - Bersama
118
Bab 118 - Perkara Anak
119
Bab 119 - Rutinitas
120
Bab 120 - Anak?
121
Bab 121 - Kembali
122
Bab 122 - Harapan
123
Bab 123 - Lisa dan Masalah
124
Bab 124 - Selesai
125
Bab 125 - Kabar Mengejutkan
126
Bab 126 - Kabar Menyedihkan Lainnya
127
Bab 127 - Berlalu
128
Bab 128 - Akhir Yang Indah
129
Usai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!