Penyesalan Suami Arogan
🌹🌹 Happy Reading 🌹🌹
" *Justin Kakek mengatur kencan buta untuk mu, lokasinya di Kafe C\*\* pukul 14.00 ingat datang tepat waktu jika tidak maka kakek akan memukul mu menggunakan tongkatku sebanyak 14 kali* ." ucap Kakek David di telfon.
" Maaf Kek, Justin lagi sibuk kerja lagi pula buat apa Justin ikut kencan buta pada akhirnya aku akan menolaknya." balas Justin.
" *Dasar cucu kurang ajar, kau harus pergi kencan buta titik* ." teriak Kakek David, membuat Justin menjauhkan hpnya dari telinganya dengan wajah datar.
"*Kakek tidak mau tau, pokoknya kau harus pergi jika tidak kakek akan mati*." tegas Kakek David dan mengakhiri panggilan tersebut.
Di sebuah rumah yang seperti sebuah Istana megah Kakek David melempar hpnya ke meja dengan kesal. " Dasar cucu gunung es."
Sri yang melihat ayah mertuanya yang kesal khawatir melihat Kakek David yang hampir setiap hari marah karena kelakuan anaknya.
" Ayah jangan terus marah-marah Sri khawatir stroke ayah kumat." ucap Sri khawatir.
Kakek David menghembuskan nafas dengan kasar saat melihat menantunya berjalan ke arahnya setelah dari dapur. " Bagaimana ayah tidak marah jika anak mu sering menolak perjodohan dan membuat teman kencan butanya kesal kepadanya." Kesal Kakek David.
Sri meletakkan secangkir teh ke atas meja depan Kakek David. " Ayah silakan di minum tehnya dan redahkan emosi Ayah." ucap Sri dengan lembut.
Kakek David mengambil gelas tersebut dan meminumnya. " Sri, Ayah sangat kasihan kepada anak mu Justin dia setiap hari kerja dari pagi sampai pagi bahkan dia lupa untuk makan apalagi istirahat." mata Kakek David sayu saat mengingat cucunya yang tidak menjaga kondisi kesehatannya.
" Ayah takut jika Justin terus seperti ini kondisi kesehatannya akan semakin memburuk, kau bujuk anak mu agar menerima perjodohan yang akan Ayah atur."
" Baik Ayah, Sri akan membujuk Justin agar menerima perjodohan yang Ayah atur." ucap Sri menenangkan kakek.
" *Nak sampai kapan kamu akan seperti ini*." Batin Sri dalam hati.
\# Grup Beste L.B
Justin terlihat menghembuskan nafas kasar setelah menelfon dengan sang Kakek David, tidak mau ambil pusing Justin melanjutkan pekerjaannya yang terjedah tadi. Jam 10.00 Brian sekertaris pribadi Justin mengetuk pintu dan masuk saat pemilik ruangan berdehem.
" Permisi Pak, Jam 10.30 rapat akan dimulai." ucap Brian dengan sopan dan wajah datar.
Justin yang mendengar itu mengangkat tangannya, dan lanjut fokus ke komputernya dengan wajah datar namun tetap tampan. Brian yang melihat isyarat dari Bos nya undur diri dan menelfon staf agar segera kumpul di ruang rapat. Justin keluar dari ruangannya dengan stelan jas hitam tidak lupa dengan wajah dingin nya serta mata indahnya yang melihat lurus, sambil memperbaiki jam tangannya.
Justin berjalan memasuki lift dan turun ke lantai 10 tempat rapat dilaksanakan. Saat keluar dari lift semua karyawan lelaki yang melihatnya menunduk hormat tetapi berbeda dengan karyawan wanita mereka terpanah melihatnya bahkan ada yang saling tabrakan karena tidak fokus pada jalan tetapi malah fokus ke Justin dan tidak lupa di belakang Justin ada Sekertaris Brian yang tidak kalah tampan dari bosnya.
Saat memasuki ruang rapat semua orang sudah hadir dan berdiri menunduk hormat kepada Justin. Justin langsung duduk di kursi ke besarannya dengan wajah dingin nya dan mengangkat tangannya sebagai isyarat untuk duduk.
"Silakan rapatnya dimulai." ucap Brian, seketika semua orang di dalam ruangan tersebut yang dari sebelumnya dingin tambah dingin karena takut akan kemurkahan Justin.
Justin orang yang disiplin bahkan datang sebelum 30 menit rapat dimulai dan jika ada yang tidak sesuai dengan keinginannya maka dia akan murka sehingga membuat orang lain ketakutan. Jam 12.00 rapat sudah selesai dan Justin meninggalkan ruang rapat tersebut, seketika orang yang di dalam ruangan tersebut menghembuskan nafas lega.
" Aku hampir mati ketakutan!! " ucap karyawan lelaki.
Justin dan Brian masuk ke lift. " Brian, kau saja yang menghadiri kencan buta yang Kakek jadwalkan."
" Maaf Pak, saya tidak bisa karena Tuan David sudah mengatur dan bahkan beliau menyiapkan seseorang untuk mengawasi anda." Brian menolak perintah Justin dengan halus.
" Aah sial, kenapa Kakek selalu mengatur kencan buta untuk ku." kesal Justin.
"*Karena anda harus membuang kebiasaan penyakit gila kerja anda tuan." batin Brian*.
"Arggh, kalau kakek seperti ini terus aku bisa gila nanti." teriak kesal Justin.
"*Yaah, saya bisa lebih gila jika anda terus menerus seperti ini tuan." curhat Brian dalam hati*.
Justin keluar dari dalam lift dan menuju ke ruangannya tidak lupa setelah sampai di ruangganya bukannya istirahat dan makan malah melanjutkan pekerjaannya padahal ini adalah waktu istirahat.
waktu menunjukkan pukul 13.30 berarti istirahat berakhir namun Justin belum juga beranjak dari tempat kebesarannya.
Brian mengetuk pintu ruangan Justin dan masuk ke dalam saat Justin berdehem. " Tuan kenapa belum menyentuh makanan anda ?" tanya Brian yang sedari tadi menyiapkan makanan tersebut tapi 1 jam berlalu Justin masih belum menyentuh sedikit pun.
" Aku tidak selera." jawab Justin tanpa mengalihkan pandangannya pada komputer di depannya.
" Apakah anda tidak menyukai makanan ini ?, kalau begitu saya akan membelikan makanan lain ?." tanya Brian lagi.
Justin mengalihkan pandangannya ke arah Brian, dan menatap Brian dengan tatapan tajamnya.
" Brian kenapa kamu selalu cerewet saat jam makan ? kalau kau lapar makah makanlah." teriak Justin kepada Brian dan kembali menatap komputernya.
"Dasar mengganggu ku saja."
"Astaga, aku rasanya sangat ingin menyumpal makanan ini ke mulut mu tuan" kesal Brian dalam hati.
"Tapi tuan anda harus makan, jika tidak Tuan besar dan Nyonya akan memarahi saya karena tidak memperhatikan anda." ucap Brian.
"Arggh, baiklah-baiklah aku akan makan." ucap Justin sambil memukul meja kerjanya.
Brian seringai saat Justin berjalan ke arah meja tamu di depan meja kerjanya dan melahap makanannya tapi hanya lima suap saja Justin sudah berhenti makan.
" Biarkan saja, yang penting dia sudah makan setidaknya perutnya tidak kosong." batin Brian.
Jam 14.00 Brian mengantar Justin ke Cafe Cris, Justin sengaja pergi jam 14.00 agar dia terlambat dan membuat pasangan kencang butanya marah dan tidak menyukainya. Jam 15.00 Justin sampai di Cafe Cris, sebenarnya Cafe Cris dekat dari perusahaan tapi Justin memarahi Brian dan menyuruhnya memutar agar lama dijalan.
Justin memasuki Cafe tersebut dan melihat seorang gadis yang berpakaian dres putih yang sangat minim. Dari kejauhan terlihat mimik wajah gadis itu sangat kesal dan hal itu membuat Justin tersenyum.
"Astaga, kali ini kakek memilih seorang gadis yang pakaiannya kekurangan kain." ucap Justin melihat jijik wanita tersebut.
Saat Justin berjalan ke meja gadis tersebut, gadis itu melihat Justin dan terpanah kepada ketampanan dan tubuh berotot Justin. Justin duduk di kursi di depan gadis tersebut seketika gadis tersebut tambah melotot karena ternyata Justin adalah teman kencannya.
" Hayy, kamu Justin ?" tanya gadis itu.
"Hemm."
" Oiya, kenalin nama aku Gisel." ucap gadis itu merapikan rambutnya ke belakang telinganya sambil mengulurkan tangannya.
"Tidak usah aku kesini bukan untuk kencan buta dengan mu tapi aku akan memberitahu mu bahkan kencan buta ini berakhir karena aku tidak menyukai mu." ucap Justin dingin dengan seringai di bibirnya.
Gisel melihat itu sangat kesal karena seakan di rendahkan. " Dasar lelaki breng\*\*k." umpat Gisel dan menyiram Justin dengan minumannya.
Tapi Justin lebih cepat menghindar dari lemparan Gisel. "Ini cek, kau bisa menulis berapapun yang kamu mau itu sebagai ganti rugi untuk mu." ucap Justin meletakkan cek tersebut dan pergi tanpa merasa bersalah.
"Dasar pria breng\*\*k." teriak Gisel.
Justin tersenyum tipis dan keluar dari Cafe meninggalkan Gisel yang memakinya.
"Kembali ke perusahaan." perintah Justin.
"Baik tuan." Brian membuka pintu mobil dan mengendarai mobil menuju ke perusahaan. Brian melirik ke seberang jalan yang dia yakini kalau itu suruhan kakek David.
"Apaaa, Justin melakukan itu lagi ?." teriak Kakek David.
" Iya Tuan Besar."
"Dasar bocah tengil bisa-bisanya dia memberikan cek kosong pada pasangan kencang butanya." Kakek David sangat emosi.
" Dia pikir siapa dia bersikap seperti itu."
" Ayah redahkan emosi ayah." Sri mencoba merendahkan emosi mertuanya.
" Bagaimana aku bisa tidak emosi Sri kalau cucu ku seperti ini, Arrg sudah umur 28 tahun tapi belum juga menikah." Kakek David mendaratkan bokongnya di sofa.
" Kau tau Sri semua teman ku sudah memiliki cicit bahkan, cicitnya hendra sudah memiliki anak, sedangkan aku bahkan memiliki cicit saja belum ada." curhat Kakek David pada menantunya.
" Kalau Justin seperti ini terus bisa-bisa aku tidak memiliki cicit tapi cicak, dasar cucu jomblo." ejek Kakek David yang membuat Sri dan beberapa pelayan mendengarnya tertawa.
Kakek David tidak tinggal diam dia mengambil hpnya dan menelfon Justin.
" Halo kek, maaf kek aku lagi sibuk."
" Sibuk sibuk, kau selalu saja sibuk pantas saja kau selalu jomblo bocah tengil." teriak Kakek David.
" Aku memeng jomblo kek tapi banyak gadis yang mengantri untuk ku tapi aku tidak menyukai mereka." ucap Justin sombong.
" Hahaha, percuma ganteng kalau jomblo bahkan cicak saja tidak jomblo dan memiliki anak tapi kau bahkan menikah saja tidak, kau kalah oleh seekor cicak anak tengil." ejek Kakek David.
" Terserah Kakek saja, aku akan mengakhiri panggilan ini aku masih memiliki sangat banyak pekerjaan yang belum selesai." ucap Justin dan mengakhiri panggilan sepihak sehingga membuat Kakek murka.
"Kakek sangat kekanak-kanakan bisa-bisanya membandingkan cucunya dengan seekor cicak." ucap Justin menggeleng dan lanjut fokus pada komputer dan berkas didepannya.
" Halo halo halo bocah tengil." teriak Kakek David.
" Lihat Sri anak cicak ini menutup telepon secara sepihak dasar anak cicak." umpat Kakek David sambil menunjuk hpnya kepada Sri, Sri hanya tertawa melihat kelakuan ayah mertuanya dan anaknya.
" Sri, ayah tidak bisa membiarkannya seperti ini." Kakek David berdiri dari sofa.
" Apa maksud ayah ?"
"Ayah harus balik ke Eropa untuk mencari gadis baik-baik yang bisa merubah Justin."
" Apa sampai harus pulang ke Eropa Ayah ?"
" Iya, siapkan perlengkapan ku aku akan pulang sore ini." perintah Kakek David.
" Baik Ayah, Sri akan menyiapkannya." Sri undur diri dan ke kamar kakek david bersama pelayan untuk merapikan koper kakek David.
Jam 16.00 Kakek David berangkat ke Eropa menggunakan pesawat pribadinya, sebelum itu Kakek David berangkat ke bandara di antar oleh supir keluarga Batvin.
" Sri, kau seharusnya di rumah saja kenapa harus mengantarku ke sini ?" omel Kakek David.
" Biarkan Sri mengantar Ayah." ucap Sri.
" Heem, terserah kau saja."
" Apa, Ayah harus pergi ?" tanya Sri memastikan.
" Yah tentu saja aku harus pergi ini semua demi masa depan cucuku." tegas Kakek David.
" Selama Ayah tidak ada disini kamu harus mengawasi David dengan baik." perintah Kakek David dan dibalas anggukan dari Sri.
Saat memasuki bandara Kakek David menyuruh supir mengantar Sri, Sri menolak tapi karena deheman kakek David yang tandanya tidak ingin di bantah membuat Sri undur diri dan meninggalkan Kakek David.
Kakek David bersama 2 perawatnya dan 2 pengawalnya pulang ke Eropa. Kakek David berjalan menggunakan tongkatnya menuju ruangan VIP yang sudah disediakan, Kakek David duduk di sofa yang di tunjukkan perawat untuk menunggu pengawal mengurus keberangkatannya.
Mata Kakek David tidak tinggal diam, dia selalu melihat suasana di luar ruangan VIP yang di lindungi kaca cermin atau
biasa disebut reflective glass sehingga orang dalam ruangan bisa melihat orang luar tapi orang luar tidak bisa melihat orang yang ada di dalam ruangan.
...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Liu Zhi
kekurangan kain haha
2023-04-26
1
Liu Zhi
janji gak mukul pake tongkat wkwk
2023-04-26
1
in_JUMI
Hai, kak aku mampir nih ke cerita kk, seru ceritanya, di tunggu mampiranya di cerita aku
2023-04-24
0