Caddy Kesayangan CEO

Caddy Kesayangan CEO

Tawaran Kerja

"Apa?" seketika amplop coklat yang berada di tangan Dara terjatuh saat menerima telepon dari tetangganya. Baru saja dia pergi dari rumah untuk mencari pekerjaan, tiba-tiba mendapat kabar ibunya terjatuh di halaman dan tidak bisa bergerak lagi.

"Tolong jagain ibuku sebentar ya, Tan. Aku akan segera pulang." pinta Dara yang kemudian langsung menutup panggilannya.

Dara mengedarkan pandangan berharap ada tukang ojek atau angkot yang lewat ke arah rumahnya. Tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak, tidak ada satupun angkot atau tukang ojek yang lewat.

Mau naik taksi tapi ongkos yang dia punya tidak cukup, mau jalan kaki juga jaraknya terlalu jauh, Dara sungguh gelisah memikirkan bagaimana keadaan ibunya.

Tin! Tin!

Sebuah mobil honda jazz merah tiba-tiba berhenti di hadapan Dara, dia mengernyit siapakah pemilik mobil tersebut? Apakah sebuah taksi online? Tapi Dara tidak memesan karena ongkosnya tidak akan cukup.

Perlahan kaca mobil terbuka dan memperlihatkan seorang wanita cantik tengah duduk dibalik kemudi.

"Hai, Dara! Kamu mau kemana?" sapa wanita tersebut.

Dara mengernyit heran kenapa wanita tersebut mengenalnya, "Maaf siapa ya?" ucapnya tak enak hati.

Wanita yang ada di dalam mobil tergelak, "Ya ampun Dara, masa kamu lupa sama aku sih? Aku Shyna, Margareth Shyna, teman SMA kamu."

Netra Dara terbelalak begitu mengingat sosok wanita cantik itu. Dia membekap mulutnya sendiri, "Sh-Shyna?"

Shyna mengangguk sambil tersenyum, "Masuk! Biar aku antar ke tempat tujuan kamu."

Sebenarnya Dara tidak enak hati jika merepotkan orang lain, tapi keadaan saat ini cukup genting dan membuatnya harus segera tiba dirumah.

Sontak Dara mengangguk dan masuk ke dalam mobil. "Kebetulan banget aku ketemu kamu, Na. Aku harus segera pulang, aku baru dapat kabar ibuku jatuh."

Shyna terbelalak dan segera menancap mobilnya. Sepanjang perjalanan mereka tidak banyak bicara karena tegang memikirkan bagaimana keadaan ibunya Dara.

Tak lama kemudian mobil yang mereka tumpangi berhenti di halaman rumah yang sederhana, terlihat ada beberapa warga sedang mengelilingi seorang ibu yang tergeletak di dipan teras rumah.

"Ibu!" seru Dara sambil keluar dari mobil dan berlari ke arah kumpulan para tetangganya. "Bu, Ibu." panggilnya seraya mengusap wajah sang ibu yang masih sadar, namun badannya terlihat kaku.

"Dda-Dara," panggil ibunya dengan suara yang tergagap dan hampir tidak jelas.

"Ibu kenapa? Mana yang sakit?" tanya Dara begitu panik.

Saat yang bersamaan Shyna bergabung juga, dia menatap pilu keadaan ibunya Dara.

"Dari, kita bawa ibumu ke rumah sakit saja ya." celetuk Shyna memberi saran.

"Tapi aku nggak ada uang untuk biaya rumah sakit, Na."

"Itu urusan gampang, keselamatan ibumu lebih penting."

Dara berfikir sejenak, hingga akhirnya dia mengangguk setuju. Dia meminta bantuan para tetangganya untuk menggotong sang ibu ke mobil Shyna.

Dara merupakan anak tunggal dan hanya tinggal bersama ibunya, ayahnya pergi dari rumah sejak Dara masih kecil. Dia bahkan tidak tahu seperti apa wajah sang ayah.

"Terimakasih banyak ya Om, Tante," ucap Dara kepada para tetangganya yang sudah mau menolong sang ibu. Dia kemudian naik di bangku belakang sambil memangku kepala ibunya.

Shyna kembali mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, "Ibu kamu ada riwayat jantung apa gimana, Dar?" tanya Shyna sambil terus fokus mengemudi.

"Nggak kok, Na. Hanya darah tinggi yang kadang suka kumat."

Shyna mengangguk paham, mungkin itu akibat dari darah tinggi juga. Beruntung rumah Dara cukup dekat dengan rumah sakit, sehingga tidak butuh waktu lama.

Begitu tiba Shyna langsung keluar mobil dan berlari meminta bantuan para perawat yang sedang berjaga. "Sus, tolong ibu temanku jatuh dan tidak bisa bergerak lagi!"

Seruan Shyna sontak membuat para perawat yang berjaga bergerak cepat, ada yang mengambil brankar, ada juga yang memanggil dokter.

Ibu Nisa alias ibunya Dara langsung dibawa ke UGD untuk ditangani. "Ibu yang sabar, ya. Nanti pasti sembuh." ucap Dara menatap ibunya dengan pilu.

Terlihat Bu Nisa ingin mengatakan sesuatu tapi sangat kesusahan, netra Dara langsung berkaca-kaca melihat keadaan ibunya yang tak berdaya.

Dara terduduk lemas di kursi tunggu selama ibunya ditangani, Shyna hanya bisa mengusap punggung teman lamanya itu, agar Dara bisa lebih tenang.

Klek!

Dara langsung berdiri begitu melihat dokter keluar dari ruang IGD. "Dokter, bagaimana keadaan ibu saya, Dok?"

Sang Dokter menghela nafas, "Ibu Nisa mengalami stroke, dan dia harus dirawat secara intensif disini."

Seketika tubuh Dara terasa lemas begitu mendengar keadaan ibunya. "Ibu saya masih bisa sembuh kan, Dok?"

"Bisa, tapi butuh waktu yang cukup lama. Bu Nisa harus menjalani beberapa fisioterapi jika selama dirawat di sini tidak menunjukkan perubahan."

"Kami boleh masuk, Dok?" Sambung Shyna yang ingin melihat keadaan ibunya Dara.

"Nanti saja, setelah pasien dipindahkan ke ruang rawat." Pungkasnya kemudian pamit pergi.

Saat yang bersamaan pintu ruang UGD kembali terbuka dan Bu Nisa keluar dengan didorong oleh para perawat. Dara dan Shyna langsung mengikuti kemana Bu Nisa akan di rawat.

"Sus, tolong bawa ke ruangan yang nyaman saja ya!" Pinta Shyna saat melihat suster sedang mengedarkan pandangan akan dibawa kemana pasiennya itu.

Dara terbelalak, "Na! Aku nggak punya uang, kenapa kamu malah minta ruangan yang nyaman?" Bisiknya.

Shyna mengibaskan tangannya, "Sudah tenang saja, itu urusanku."

Dara menghela nafas, entah beruntung atau apes namanya dia bertemu dengan Shyna. Dia beruntung karena ibunya bisa ditangani dengan baik, tapi merasa apes juga karena jadi memiliki hutang.

Setelah tiba di ruang rawat kelas medium, para suster pamit keluar. Tersisa Dara dan Shyna di ruangan tersebut menemani Bu Nisa yang hanya bisa mengerjapkan matanya.

Bu Nisa sudah tidak bisa mengucap lagi, padahal tadi saat dirumah masih bisa memanggil putrinya. "Ibu kenapa? Haus? Lapar?" Tanya Dara mengartikan pandangan sang ibu.

Terlihat Bu Nisa mengangguk, beruntung saat itu perawat kembali masuk dengan membawakan jatah makan untuk pasien.

Dara segera menyuapi ibunya, walaupun butuh waktu yang sangat lama, karena Bu Nisa kesusahan untuk membuka mulut dan mengunyah.

Setelah cukup kenyang, Bu Nisa terlelap, beliau tidak bisa minum obat, sehingga obatnya hanya melalui cairan yang disuntikkan ke infus.

"Huh! Aku harus cari uang kemana untuk pengobatan ibu?" Gumam Dara seraya menghempaskan tubuh di sofa tepat di samping Shyna.

"Kamu nggak usah khawatir, Ra."

"Nggak Shyna, sudah cukup dari dulu aku merepotkan kamu. Masa sekarang juga harus merepotkan lagi? Lagi pula biaya pengobatan ini tidak sedikit, Na."

Shyna menghela nafas, dia tahu jika Dara itu anaknya tidak enakan, tak heran setelah lulus SMA Dara seperti menjauhinya.

Tak!

Shyna memetik jarinya, "Kalau begitu kamu kerja di tempat papahku saja." Ucapnya memberi solusi.

Dara mengernyit, bisnis papah Shyna cukup banyak, dia tidak tahu pekerjaan mana yang ditawarkan oleh Shyna itu.

"Maksud kamu aku harus kerja kantoran? Kamu kan tahu aku harus jagain ibu."

Shyna menggeleng pelan, "Aku tahu pekerjaan yang pas untukmu dan bisa menemani ibu disini juga."

"Apa?"

"Caddy" Sahut Shyna seraya menarik turunkan kedua alisnya.

Dara menautkan kedua alisnya. "Caddy? Maksud kamu aku jadi pelayan para bos besar yang main golf itu?"

Shyna mengangguk, "Jadi caddy tidak terlalu dituntut jam kerja, Ra. Kamu bisa memilih shift yang berapa jam, dan yang paling penting, tipsnya besar Ra."

Dara menggaruk kepalanya, dia sedikit ragu dengan pekerjaan tersebut. "Tapi aku kan nggak ada pengalaman tentang golf, Na."

"Nanti aku kasih tahu, aku akan bawa rekaman para caddy yang sedang bekerja nanti. Gimana?"

****

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!