Caddy Amatiran

"Selamat pagi, Tuan Kendrick," Sapa Robert menyambut pelanggan tetap KGRJ, dan merupakan donatur terbesar dalam setiap pembangunan dan pengembangan klub.

Kendrick hanya menganggukkan kepala, netranya sibuk menatap Dara, gadis aneh yang dia temui di tengah jalan tadi.

Merasa diperhatikan Dara langsung menundukkan kepala, sungguh dia merutuki diri karena sudah menyumpahi bos besar dan terkenal seperti Kendrick Mahanta.

Kini bukanlah Kendrick yang sial, melainkan Dara sendiri yang sial karena harus menjadi pelayan Kendrick selama bos besar itu main golf.

Selama ini Dara hanya mendengar tentang pebisnis muda dan sukses seperti Kendrick, dia belum pernah melihat wajahnya apalagi bertemu secara langsung.

Wajar saja jika kelakuan pria tersebut angkuh dan sombong, lah dia pebisnis yang terkenal. Sudah pasti memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan.

"Perkenalkan, ini Dara, caddy baru yang akan melayani anda selama bermain disini. Semoga berkenan."

Satu hal yang Robert takuti, Kendrick tidak menyukai Dara. Karena Kendrick tipe orang yang begitu pemilih, meskipun hanya untuk urusan pelayan di olahraga kesukaannya itu.

Kendrick kembali mengangguk, "Adam! Berikan tas saya pada pelayan baru ini!" Serunya kepada sang supir yang selalu setia berjalan di belakangnya.

"Baik, Tuan." Sang sopir mengangguk patuh dan segera menyerahkan tas yang berisi sekitar lima jenis stik golf.

Si supir terbelalak saat mengetahui caddy atau pramugolf tuannya, adalah wanita yang mencak-mencak di jalan tadi.

Dara menerima tas tersebut sembari tersenyum kikuk, sungguh dia merasa malu banget, karena sudah marah-marah sama seorang bos besar yang bahkan sangat dihormati oleh Robert.

Padahal Robert juga kategori bos besar, tapi dia masih jauh dibawah Kendrick. Wajah Robert yang tadinya tegang, kini berubah sumringah saat mengetahui Kendrick tidak banyak protes dengan caddy barunya.

"Terima kasih, Tuan Robert. Saya akan berkeliling lapangan dulu sebelum bermain."

"Baik, Tuan Kendrick." Robert mengangguk patuh. "Dara, tolong kamu temani klienmu dan jangan buat beliau kecewa." Lanjutnya berbisik kepada Dara.

Dara tersenyum, saat ini dia sedang merasa malu sekaligus gugup. Bagaimana dia akan mendampingi orang yang sudah dia marahi? terlebih hanya karena masalah genangan air.

"I-iya, Om." Sahut Dara tergagap, dia segera mengikuti tuannya yang sudah berjalan menuju deretan buggy car yang berbaris rapi.

Sementara Robert dan Adam pergi dari area lapangan, yang jelas tujuan mereka berdua berbeda. Robert akan menemui para klien lain yang akan bermain golf, sedangkan Adam sudah pasti menunggu tuannya selesai sambil menikmati kopi.

Ken lebih suka bermain golf seorang diri, kecuali kalau ada undangan bermain bersama dari rekan bisnisnya, mau tidak mau dia bermain rame-rame.

Setelah meletakkan tas di bagian belakang, Dara berjalan dengan ragu. Dia sungguh gugup karena sebelumnya tidak belajar menyetir buggy car terlebih dahulu.

Ken yang sudah duduk di jok belakang, dia mulai jengah karena harus menunggu caddy baru yang kurang cekatan.

"Apa meletakkan tas saja butuh waktu dan pake irama?" Tanya Ken yang sudah kesal karena Dara tak kunjung naik.

Dara tersentak kaget, "Mma-maaf Tuan," Sahutnya kemudian segera duduk di bagian kemudi. Dia mengingat-ingat pesan Shyna, 'Ayo Dara, cuma injak gas dan rem aja.' Batinnya meyakinkan diri.

Namun netra Dara terbelalak saat menjumpai adanya tombol bertuliskan F&R di dashboard, kemudian tangannya tak sengaja menyentuh tombol di dekat jok bertuliskan tow & run.

Dara semakin gugup karena tidak paham dengan maksud semua tombol tersebut, keringat dingin perlahan mulai keluar di sekujur tubuhnya.

Ken sudah tidak bisa menunggu lagi, waktunya terbuang sia-sia hanya untuk menunggu caddy yang tidak profesional.

"Kamu sebenarnya bisa bawa buggy car nggak sih? Celingukan kaya orang bingung gitu."

Dara terpaksa menoleh kebelakang dan tersenyum sembari menggeleng pelan.

"Astaga! Bisa-bisanya orang nggak bisa apa-apa macam kamu dipekerjakan disini. Hanya modal tampang dan rayuan pada bos kamu?"

Deg!

Seketika Dara merasa terhina dengan ucapan Ken, dia memang tidak bisa apa-apa masalah caddy, golf dan semacamnya. Semua dia lakukan demi mendapatkan uang untuk pengobatan ibunya.

Rasanya ingin sekali Dara menjawab semua cacian tersebut, tapi Dara masih memikirkan kesembuhan ibunya. 'Dara, tahan. Demi ibu.' batinnya kembali menguatkan diri.

"Udah turun! Biar aku yang menyetir. Menyusahkan saja." Titah Ken yang kemudian bertukar posisi dengan Dara.

Beruntung suasana hati Ken cukup bersahabat, meskipun Dara tidak bisa diandalkan sebagai pelayannya, tidak munafik wajah Dara paling enak dipandang daripada para caddy senior. Itulah mengapa Ken tetap menjadikan Dara caddy nya.

"Mm-maaf Tuan." Ucap Dara mengangguk takzim, meskipun dalam hati ingin rasanya Dara mengacak-acak rambut Ken karena sudah menghinanya, tapi dia tetap berusaha baik-baik saja.

"Perhatikan caraku mengendarai, biar kalau aku datang lagi tidak jadi sopir begini!" Titah Ken mencontohkan cara mengendarai buggy car.

Dara mengangguk patuh, dia memperhatikan betul-betul tombol mana saja yang ditekan. "Oh, begitu?" Gumamnya mengerti.

"Jangan ah-oh doang, diperhatikan baik-baik. Heran aku, bisa-bisanya aku malah jadi men training kamu begini. Apa Robert tidak mencoba skill kamu sebelum menerima?"

Baru saja Dara membuka mulut untuk menjawab, Ken sudah berbicara lagi. "Ah, iya. Aku lupa, kan kamu modal tampang sama rayuan doang. " Lanjut Ken yang membuat Dara melotot kesal.

Sepanjang berkeliling lapangan, mereka jadi pusat perhatian, terutama para caddy senior.

"Eh, itu caddy Tuan Ken yang baru?"

"Pake pelet apa dia, bisa-bisanya klien yang menyetir?"

"Anak mana dia? Aku baru pernah lihat? Masih cantikan juga aku!"

Berbagai suara sumbang terdengar seakan mengolok-olok Dara, tapi Dara mencoba biasa saja dan menganggap semua omongan tersebut angin lalu.

Ini yang Dara tidak sukai dengan pekerjaan yang hanya mengandalkan tampang, aksi sikut-sikutan sesama pekerja terlihat jelas.

Udara sejuk di pagi hari mengalihkan kegelisahan Dara, dari sikap para seniornya yang tidak suka dengan kehadiran Dara. Ditambah pemandangan di sisi lapangan memang sengaja dibuat untuk memanjakan mata.

Dara memejamkan mata dan merentangkan tangannya, hal itu membuat Ken yang tidak sengaja sedang melirik spion sedikit terkesima.

Namun tak bertahan lama, Ken segera mengalihkan pandangan dan berhenti di dekat kantin.

"Buatkan aku kopi!" Titah Ken yang sontak mengagetkan Dara.

Dara memperhatikan sekelilingnya, ternyata sudah berada di area kantin. "Bba-baik Tuan." Sahutnya dan segera turun.

Dara bergegas dan bertanya pada senior disana dimana dapurnya, setelah menemukan dapur Dara segera membuatkan kopi hitam.

"Ini Tuan," Ucap Dara seraya menyodorkan segelas kopi hitam yang masih mengepul.

Ken mengernyit saat menerima gelas tersebut, "Kamu bikinin aku kopi hitam?" Pertanyaan Ken terdengar lebih kearah menyalahkan. Melihat Dara mengangguk pelan membuatnya mengusap wajah dengan kasar. "Kamu pikir aku kakek-kakek? Aku minumnya white coffee!"

Dara terkejut dan segera meraih kembali gelas tersebut, "Biar saya ganti, Tuan." Tapi sungguh sial, karena terburu-buru merebutnya alhasil kopi panas tumpah ke celana Ken.

"Ahh! Panas!" Pekik Ken yang sontak membuat semua mata tertuju pada mereka berdua.

****

Terpopuler

Comments

Yem

Yem

Awal yang bagus buat Ken sama Dara.. Lanjutkan kak..😊

2023-03-04

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!