"Pekerjaan yang gampang yang pasti disukai oleh semua gadis. Kamu cukup menjadi kekasihku."
Mata Lyla membulat sempurna setelah mendengar ucapan Arham.
Pria di hadapannya ini pasti sudah gila. Bagaimana bisa ia menawarinya menjadi kekasih, padahal mereka baru kenal lima menit lalu.
"Maaf, sebaiknya saya pulang daripada meladeni ucapan Anda." Lyla memutar tubuhnya lalu segera berlalu menjauhi Arham.
Pria itu tak tinggal diam. Lyla benar-benar sempurna untuk melancarkan rencana di kepalanya. Gadis itu tak boleh lolos.
Arham melihat kios-kios kecil di sekitar danau. Banyak penjual jagung bakar menjajakan dagangannya.
"Tunggu Lyla!" Arham berteriak untuk menghentikan langkah gadis itu. Arham mempercepat langkahnya hingga dia berhasil menjejeri Lyla.
"Aku akan menjelaskan semuanya. Kita bicara di warung itu." Arham menunjuk sebuah warung yang lumayan lebar. Ada beberapa orang di sana yang sedang mengobrol.
Sejenak Lyla ragu, karena ini bisa menjadi bahan omongan orang sekampung. Tapi ia juga penasaran dengan apa yang ingin dikatakan Arham.
Mereka duduk setelah memesan dua jagung bakar.
"Kamu mau minum apa?" tanya Arham. Angin berembus cukup kencang. Lyla merapatkan bajunya. Dia tidak memakai jaket karena tak menyangka udara akan sedingin ini.
"Apa aja," sahut Lyla pendek.
"Sayangnya di menu tidak tertulis minuman apa aja," gumam Arham.
Lyla mendelik kesal lalu mengambil lembar menu di hadapannya.
"Mang saya pesan susu jahe anget, ya."
Mamang penjual mengangguk.
"Saya teh manis panas, Mang."
Arham ikut berseru. "Tapi jangan terlalu banyak gula, karena saya udah manis." Arham terkekeh. Mamang penjual ikut tertawa. Sedangkan Lyla memutar bola matanya.
"Narsis," batinnya.
"Jadi begini." Arham mulai menjelaskan khawatir Lyla salah paham.
"Saat ini aku sedang menjalin hubungan dengan seseorang, namanya Linda."
"Glek."
Lyla menelan saliva. Jadi malam ini dia sedang berduaan dengan pacar orang. Sedikit beringsut mundur, Lyla memperhatikan sekitar.
"Hubungan kami sudah sangat serius. Aku bahkan berkali-kali melamar Linda, tapi sayangnya Linda belum mau menikah karena beberapa alasan. Tapi alasan utamanya, Linda tidak mau jika harus berubah untuk menyenangkan hati mama."
Lyla memperhatikan semua perkataan Arham.
"Jadi intinya aku harus mencari orang lain untuk menjadi Linda yang akan menjadi sosok seperti yang mama mau."
Lyla berpikir sebentar, mencoba mencerna maksud dan tujuan Arham.
"Dari ribuan gadis kota di luar sana, kenapa harus saya?" tanyanya penasaran. Mengenal Arham secara tiba-tiba seperti memberinya potongan -potongan puzzle yang harus ia rangkai sendiri.
Arham mengambil ponsel lalu memperlihatkan foto Linda.
Lagi-lagi Lyla dibuat kaget melihat foto itu. Linda sangat mirip dengan dirinya. Lyla tahu setidaknya ada tujuh kembaran kita di dunia ini, tapi sulit percaya jika kembaran itu benar-benar ada. Seolah bercermin, Lyla terus memandang foto Linda.
Sayangnya Arham segera meletakkan ponselnya. Lyla menarik napas panjang. Kini dirinya mulai paham tentang apa yang terjadi.
"Kau lihat sendiri, kan? Wajah kalian sangat mirip. Hanya ... sedikit beda penampilan saja."
Tentu saja. Lyla tak menampik jika wajahnya mirip Linda. Ah, bukan. Linda yang mirip dirinya. Tapi menurutnya Linda jauh lebih cantik dan modis. Dia bahkan belum pernah memakai lipstik merah merona seperti yang dipakai Linda.
Gaun hitam one piece yang memperlihatkan bahu terbuka Linda, yang tidak pernah Lyla kenakan dan tidak pernah ingin dia kenakan. Lalu sepatu high heels yang terlihat mengkilap, Lyla bergidik ngeri membayangkan tumitnya pasti sangat tersiksa menggunakan heels setinggi itu.
"Aku akan menikahi Linda. Tapi saat bertemu keluargaku, kamu yang harus berperan menjadi Linda."
Lyla kehabisan kata-kata. Tenggorokannya seperti tercekat. Permainan macam apa ini? Pernikahan bukan sesuatu yang bisa dimainkan seenak hatinya. Butuh komitmen dan ketulusan, bukan hanya sekedar bermain peran.
"Mama menginginkan menantu seperti kamu."
"Seperti Saya? Perempuan desa yang tak pernah memakai lipstik menor ini?"
Lyla menunjuk dirinya sendiri.
Arham tersenyum. Rupanya Lyla sangat detil memperhatikan foto Linda tadi. Dia bahkan tidak menyadari Lyla tak memakai lipstik. Tapi sekarang mau tak mau Arham mengamati bibir mungil di hadapannya. Entah kenapa Arham suka melihat warna bibir alami tanpa pemerah. Benar-benar terlihat lebih cantik dari bibir Linda.
Diperhatikan begitu rupa, membuat Lyla sedikit tak nyaman. Arham segera mengalihkan pandangan.
"Iya perempuan baik." Kali ini Arham menjelaskan maksudnya.
"Apakah Linda bukan perempuan baik?"
Arham bingung harus menjawab apa.
Tentu saja Linda juga baik. Mana mungkin dia mau menikah dengan perempuan yang tidak baik.
"Maksudku Linda juga baik tapi kurang sesuai dengan selera mamaku." Arham mencoba menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami Lyla.
Bukan tidak paham, tapi Lyla juga penasaran, apakah alasan terbesar Arham ingin menjadikannya peran pengganti. Jika hanya penampilan, bukankah Linda bisa mengubahnya? Bukankah di kota justru semua jadi lebih mudah?
Pakaian bermerek, salon ternama bisa mengubah penampilan seseorang, lalu kenapa harus dia yang justri hanya menggunakan dress motif bunga sepelanjang lutut yang lebih cocok di sebut daster rumahan.
"Bukan hanya penampilan fisik saja. Tapi juga sikap, cara bicara, gestur tubuh, semuanya. Linda sangat berbeda dengan kamu, Lyla. Saat melihatmu dari dekat begini, aku yakin mama menyukaimu. Jadi aku akan membayarmu mahal untuk menjadi pengganti istriku. Bagaimana?"
Lyla mengerutkan dahi. Baru kali ini ada tawaran gila bernilai ratusan juta. Uang segitu cukup untuk menebus rumah yang digadaikan pamannya. Tapi menjadi istri pengganti, ini hal gila lain harus ia pikirkan secara matang.
"Jadi saya akan tinggal di rumah kalian, bersama kalian?"
"Iya. Rumahku cukup besar untuk kita bertiga. Ada beberapa orang pelayan juga yang tinggal di sana."
Itu artinya dia akan tinggal serumah dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Hal ini cukup mengusik pikirannya. Rasanya tak pantas untuk gadis dewasa tinggal serumah dengan suami orang.
Tapi mungkin ini kesempatan satu-satunya untuk segera melunasi rumah yang digadaikan pamannya. Mungkin Allah memberinya jalan keluar melalui Arham.
"Ini jagung bakarnya sudah matang. Neng tadi pesan yang pedas, kan? Yang ini buat Si Mas. Cowok memang kebanyakan tidak suka pedas."
"Iya Mang, saya emang suka yang manis-manis."
"Oh itu mah udah jelas. Kelihatan selera Si Mas emang manis," ujar Mamang sambil melirik Lyla.
Arham tertawa. Dia memang penyuka manis. Dia lebih memilih martabak telur dengan toping banyak susu dan keju daripada martabak telur. Pria itu juga lebih menyukai roti bakar, ketimbang omelette untuk menu sarapan.
Tapi melihat Mamang melirik Lyla, Arham jadi menyadari maksud Si Mamang. Terlambat. Karena Lyla sudah mengirimkan lirikan maut kepadanya.
Arham mendadak menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
'Sial, sejak kapan aku jadi bisa bercanda seperti ini?' batin Arham menanggapi sikapnya sendiri yanh tak biasa.
""Baiklah, aku bersedia. Namun, dengan satu syarat," ucap Lyla.
"Katakan!"
"Jadikan aku sebagai istri sirimu!" cetus Lyla mengajukan syarat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Iqlima Al Jazira
mantap
2023-01-23
1