Mengajukan Syarat

"Jadikan aku sebagai istri sirimu!" cetus Lyla mengajukan syarat. Tentu saja persyaratan itu membuat

Arham tertawa.

Laki-laki beralis tebal itu tidak menyangka ternyata wanita sederhana dari desa seperti Lyla punya pemikiran yang licik. Belum-belum sudah melunjak. Baru saja ditawarkan menjadi kekasih, itupun hanya pura-pura, tapi justru mengajukan syarat untuk dinikahi secara siri.

"Sungguh aku tak menyangka kalau kamu akan memanfaatkan keadaan," tudingnya membuat Lyla tak terima.

"Kamu sendiri yang bilang kita akan tinggal serumah. Kamu pikir aku perempuan murahan yang bisa seenaknya tinggal dengan laki-laki yang bukan mahram? Dosa, tahu," sangkal Lyla kesal.

Arham tertawa hingga deretan giginya yang putih terlihat. Sosok Lyla menjadi satu-satunya orang asing yang dapat dengan mudah membuat Arham tersenyum apalagi tertawa.

"Memangnya kenapa? Aku sudah bilang akan menikah dengan Linda, bukan denganmu."

Lyla menatap seorang wanita dengan pakaian syar'i yang baru saja melintasi mereka. "Meski penampilanku tidak seperti dia, tetapi aku sangat tahu batasan," ucapnya.

"Zina termasuk dosa besar." Lyla tak melanjutkan kalimatnya lagi karena Arham terus menertawakan dirinya.

'Ada apa dengan pria ini? Apakah dia tak punya adab?' batin Lyla.

"Hahaha, kamu ini lucu sekali. Mana mungkin aku menyentuhmu!"

Sontak ucapan Arham itu mengoyak harga diri Lyla. Semacam hinaan yang menyakiti perasaannya.

"Baiklah jika kamu tak mau menuruti syarat yang aku minta, anggap saja pembicaraan ini tak pernah ada."

Lyla meminum susu jahe hingga tandas, lalu bersiap untuk pergi. Arham panik. Dia tak mau gadis ini lepas begitu saja.

"Tunggu, jangan pergi dulu!" Arham sontak memegang lengan Lyla, mencegahnya supaya tidak pergi.

"Kamu lihat sendiri, kamu bahkan menyentuhku tanpa aku izinkan."

Lyla menoleh melihat tangan Arham. Lelaki itu langsung melepaskan cengkraman tangannya.

Lyla kembali duduk. Wajahnya menatap ke depan. Inilah hal yang paling ia hindari. Bersentuhan dengan lawan jenis. Sejak dulu Lyla selalu menghindari berbicara dengan lawan jenis jika tidak diperlukan.

"Tinggal satu rumah, apalagi berpura-pura menjadi istri, sedikit banyak pasti akan ada kontak fisik. Sejak kecil orang tuaku mengajarkan anak perempuan harus pandai menjaga diri. Jadi syarat yang aku ajukan tadi bukan lelucon untuk kamu tertawakan."

Menyadari telah salah bersikap, Arham langsung meminta maaf.

"Maaf, aku tidak berpikir sejauh itu," ucapnya demi meluluhkan hati Lyla.

"Kamu yang meminta aku jadi istri pengganti untuk menyenangkan hati mamamu. Jadi bagaimana aku harus bersikap denganmu jika berhadapan dengan mereka?"

Hal-hal seperti itu tak ada dalam pikiran Arham. Meskipun mungkin tak bisa dihindari, paling tidak bisa disiasati. Lagian juga tidak mungkin meskipun suami istri harus selalu bermesraan di depan mamanya.

Saat ini yang ada dalam pikiran Arham adalah bagaimana misinya ini bisa berjalan lancar. Linda segera menjadi istrinya tanpa kendala, mamanya juga senang punya menantu yang sesuai dengan kriteria. Itu saja.

"Sampai usiaku sebesar ini aku belum pernah pacaran. Aku punya prinsip hidup yang selalu kujunjung tinggi. Kalau kamu setuju kita menikah secara agama, aku juga setuju menerima peran yang kamu tawarkan."

Arham melihat raut wajah Lyla begitu serius saat mengatakan ini. Mungkin tadi dia salah ucap, dan sudah meminta maaf. Kenapa Lyla tak bisa ngobrol santai dengannya?

"Tapi jika kamu keberatan, sebaiknya kita akhiri obrolan ini. Hari sudah malam, aku harus segera pulang." Lyla benar-benar tak bisa diajak bercanda.

Arham masih tidak yakin dengan apa yang dikatakan Lyla. Zaman sekarang mana ada wanita dewasa belum pernah pacaran. Keponakan temannya yang masih SMP saja sudah punya pacar, sepertinya Lyla ini terlalu berlebihan.

"Kamu dengar apa yang aku katakan? Tolong minggir, aku mau pulang."

"Baiklah aku setuju dengan syarat yang kamu ajukan." Akhirnya Arham menyerah. Dia yang punya rencana ini, demi bisa bersama perempuan yang ia sayangi.

Linda pasti setuju dengan idenya. Arham hanya ingin segera menjadi pasangan halal untuk Linda. Rasanya sudah terlalu lama ia menunggu kesempatan itu.

Lyla terkesiap, tak menyangka syaratnya akan dipenuhi Arham. Tadinya dia berpikir Arham pasti mundur dengan syarat menikah yang ia ajukan. Sungguh ini membuat pikirannya kacau.

"Sebaiknya kamu pikirkan lagi. Menikah tidak semudah ucapanmu barusan." Kali ini Lyla jadi takut dengan ucapannya sendiri. Memutuskan menjadi istri seseorang hanya dalam hitungan menit? Ini benar-benar tak masuk akal.

Arham jadi kesal karena merasa Lyla berbelit-belit dan ingin mempermainkannya. Tadi wanita berwajah polos ini minta dinikahi, sekarang sudah dituruti justru minta dipikirkan ulang. Rumit.

"Kamu yang mulai sekarang harus berpikir bagaimana caranya memerankan peranmu dengan baik. Ingat, aku membayar dengan harga mahal," tandas Arham sebelum Lyla berubah pikiran.

Gadis itu sedang butuh uang, seharusnya dia tidak mengajukan banyak syarat dan jual mahal. Sudah untung dapat rezeki nomplok, bukannya disambut gembira malah sok jual mahal.

Otak Lyla terus berputar, menimbamg sebelum memutuskan. Jika saja Lyla tak sedang butuh uang, rasanya tak sudi ia menerima tawaran ini. Tapi demi melihat anak asuh kesayangannya tetap memiliki tempat tinggal, Lyla melakukan pekerjaan apa saja asalkan halal.

Lyla teringat obrolan salah satu anak asuhnya yang sedang berbincang dengan temannya. Kayla dan Arum, keduanya tinggal di rumah orangtuanya.

"Mama kamu udah lama pergi?" tanya Kayla.

"Iya. Kata nenek pas aku lahir mama berjuang. Pas aku udah nangis keluar dari perut mama, dokter nggak bisa nolongin mama. Jadi mama meninggal."

"Kalau papa kamu kemana?"

"Papa nggak mau ketemu aku. Papa nggak suka karena pas aku lahir mama jadi pergi. Jadi aku tinggal sama nenek." Arum memegang boneka lusuh yang selalu menemaninya tidur.

"Kata kamu nenek sudah meninggal juga?"

"Baru seminggu yang lalu. Aku sedih nenek meninggal. Trus ada Kak Lyla yang menjemputku ke rumah, dan ngajakin buat tinggal di rumah ini. Kata Kak Lyla di sini banyak temannya. Ternyata benar, banyak teman di sini. Aku jadi nggak sedih lagi."

Lyla meneteskan air mata saat mendengar obrolan dua anak kecil itu.

"Kalau kamu kenapa tinggal di sini?" Arum ganti bertanya.

"Aku juga udah nggak punya orang tua. Papaku meninggal saat aku TK. Kalau mama ..."

"Mamamu meninggal juga?"

Kayla menggelengkan kepala.

"Mamaku kerjanya jauh. Di negeri Arab katanya, tapi sampai sekarang nggak pernah pulang."

Raut muka sedih Arum dan Kayla itu yang ingin dihapus Lyla. Ia tak akan membiarkannya rumah itu berganti pemilik. Baiklah, sepertinya memang Lyla sudah memutuskan sesuatu yang benar.

Lyla menarik napas lalu mengembuskan nya perlahan. Kini dadanya terasa lebih lapang.

"Oh ya satu lagi. Jangan menuntut apa pun nanti, dan jangan sampai ada orang lain tahu pernikahan kita, terutama Linda."

Dalam sekejap dada yang semenit lalu terasa lapang, kini terasa sesak kembali. Merahasiakan pernikahan kepada istri pertama, tinggal seatap dengan pria yang baru dikenal, harus berpura-pura menjadi menantu yang baik.

'Tadi dia bilang pekerjaannya sangat gampang, kenapa sekarang menjadi sulit?' batin Lyla.

Episodes
Episodes

Updated 55 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!