Bunga Desa Terdampar Di Kota
Suatu pagi, seorang gadis duduk termenung menatap ke arah luar jendela. Ia terlihat gelisah menunggu sesuatu. Tak lama kemudian, ponselnya berdering. Membuat gadis itu terlonjak senang, gadis tersebut segera berlari lalu meraih benda berbentuk persegi yang berada di atas nakas.
"Halo, Assalamualaikum Bunga, di tempat kerjaku ada lowongan kerja. Bukankah kamu sedang menganggur?" Rifki mengawali pembicaraan di seberang telepon.
"Waalaikumsalam, maaf ini siapa ya ... nomornya tidak tertera nama di layar," sahut Bunga dengan ramah.
"Ini aku, Rifki. Lupa ya gak simpan nomorku," ucap Rifki berbasa-basi.
Bisa diterka, jika ia sedang cengengesan di kejauhan. Ya. seperti kebiasaan yang selama ini ia lakukan.
"Oh, maaf ponselku habis rusak, memangnya ada lowongan kerja di perusahaan tempat kamu bekerja?" tanya Bunga.
Setelah ingat pemilik suara itu adalah teman lamanya.
"Ya, kebetulan ada posisi yang kosong," sahut Rifki.
"Tentu aku mau, apakah pasti diterima kerja ya?" tanya Bunga, yang merasa risau memastikan.
Namun, Bunga adalah gadis lugu yang bahkan tidak menyadari kelicikan sahabatnya.
"Tentu, aku usahain deh buat kamu," jawab Rifki merayu.
"Karena rumahku jauh dari kota, jika aku ingin melamar kerja aku juga harus mencari tempat kost untuk tinggal. Sehingga untuk kost dan hidup aku harus meminta bantuan uang saku dari ayah, jika belum pasti ada pekerjaan, aku tidak berani berangkat. Karena aku tidak mau mengecewakan keluarga, terlebih ayah," jelas Bunga. Berharap Rifki mengerti tentang kondisi keluarganya.
"Aku janji bisa menjamin kamu pasti bisa diterima, karena aku HRD disana," ujar Rifki dengan bangga.
"Jika kamu bersedia, besok aku tunggu di kota Surabaya, serta bawa juga surat lamaran kerjamu. Jangan terlambat ya! Persiapkan juga segala sesuatunya," ucap Rifki menekankan.
"Tapi pastikan dulu di terima ya, Rifki. Aku tidak mau mengecewakan keluarga, karena aku berkorban materi dan waktu. Kota itu jauh dari tempat tinggalku. Jika ternyata pekerjaannya batal, untuk apa aku berada di kota sambil kost," ucap Bunga penuh keraguan karena mengingat watak ayahnya yang keras, dia takut membuat kecewa hingga ayahnya marah besar petaka baginya.
"Bukankah aku sudah berjanji Bunga. Kamu tidak usah khawatir. Lagi pula aku suka jika kita bekerja di tempat yang sama," ucap Rifki kembali meyakinkan.
Rifki memang menyukai Bunga, dia bahkan ingin Bunga bekerja dengannya semata-mata hanya karena agar selalu berdekatan dengannya. Dia merencanakan banyak hal agar bisa berdekatan dengan Bunga, dia tidak tahu kalau Bunga sudah memiliki seorang kekasih yang nantinya justru membuatnya kecewa.
"Kita akan memiliki banyak waktu untuk ngobrol, jika nanti kita bisa bekerja bersama-sama," rayu Rifki memberikan penjelasan kepada Bunga.
"Iya, terimakasih sudah memberikan info pekerjaan untukku, dan meluangkan waktu untukku," balas Bunga. Bunga segera berkemas dan mengakhiri telponnya.
Setelah berkemas, dia menghampiri keluarga nya yang ketika itu sedang berkumpul di meja makan.
"Ayah, Ibu. Aku ingin bekerja ke kota, temanku memberikan sebuah tawaran pekerjaan. Katanya ada lowongan pekerjaan di sana ayah," terang Bunga terlihat menggebu-gebu.
"Kamu itu kan tidak pernah tinggal di kota, bagaimana jika terjadi hal yang tidak diinginkan, ayahpun tidak bisa menolongmu nanti. Jika pekerjaannya belum pasti kamu mau makan apa disana, sedangkan nantinya kamu akan hidup jauh dari orang tua," jelas Pak Samsudin menasehati.
"Katanya sudah pasti ayah. Temanku itu bilangnya dia HRD," ucap Bunga mencoba meyakinkan sang Ayah agar setuju.
"Kalau begitu ayah hanya bisa memberikan dukungan terhadapmu, ayah hanya bisa memberikan uang saku untuk satu bulan Kamu hidup dan membayar kost saja. Karena ini keinginanmu, kau harus bertanggung jawab atas ucapan kamu. Jangan pulang jika kamu tidak jadi bekerja! Karena sebelumnya Ayah sudah memberikan peringatan agar Kamu tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan," omel Pak Samsudin pada anak gadisnya sebab rasa khawatirnya.
"I-iya Ayah," balas Bunga dengan suara serak serta gugup. Wajahnya memerah tertunduk, dia takut hal buruk terjadi pada hidupnya.
Perasaan seketika berubah berkecamuk.
Dengan penuh keraguan Bunga menyiapkan surat lamaran kerjanya. Dia memasukkan semua berkas yang di butuhkan untuk memenuhi persyaratan kerjanya pada sebuah amplop coklat.
Setelah semua siap, Bunga memasukkan kedalam tas yang berisi pakaian dan perlengkapan hidupnya selama di kota nanti.
Ibu Bunga mengetuk kamar, kemudian memeluk Bunga sambil menangis tersedu-sedu. Bukan tanpa alasan ibunya menangis. tapi memang Bunga belum pernah tinggal jauh dari kedua orang tuanya. Dia gadis yang sangat lugu, membuat ibunya takut terjadi hal buruk menimpa hidup putrinya.
"Jika nanti kau jauh dari ibu, jaga dirimu dan juga kehormatan mu nak. Meskipun ayahmu keras, tapi ketahuilah Kami sangat menyayangi kamu. Usahakan beri kabar secepatnya agar Kami tidak khawatir," ujar ibu Bunga memberikan wejangan terhadap anaknya.
Bunga menatap sendu kearah ibunya kemudian memeluk tubuh ibunya dengan mata berkaca-kaca.
"Aku berjanji akan menjaga diri dan akan mengingat pesan ayah ibu, jangan khawatir denganku. Aku sudah dewasa Bu," ujar Bunga menegaskan pada Ibunya.
"Jadi temanmu itu sudah berjanji padamu kan? Tagih janjinya agar dia tidak ingkar padamu, Nak. Ingatlah ayahmu itu keras kalau nanti kamu dipermainkan orang , Ayahmu pasti akan mencari orang yang menyakitimu. Kami sayang padamu Nak. Kamu adalah permata kami yang sangat berharga, kamu gadis desa, adat di desa harus Kamu jaga. Jauhi pergaulan bebas dan jagalah nama baik keluargamu," ujar Ibu Bunga memberikan wejangan dan arahan terhadap anaknya.
"Aku melanjutkan berkemas dulu, Bu. Takut ada barang yang tertinggal, di sana sangat jauh bukan? Dari pada beli, lebih baik bawa barang-barang dari rumah saja," kilah Bunga berharap segera berlalu.
"Iya Nak, luangkan waktu dulu untuk ngobrol sebentar dengan keluarga sebelum pergi ya," pinta ibu Bunga.
"Iya Bu," balas Bunga kemudian melenggang pergi menuju kamarnya.
Bunga bergegas menelpon kekasihnya yang sedang mengurus bisnis keluarganya di kota Surabaya, tempat Bunga melamar pekerjaan.
"Halo Assalamualaikum Dirga, aku besok memulai pekerjaan baruku, temanku menawarkan pekerjaan padaku. Kamu bisa jemput aku di terminal?" tanya Bunga terjeda, "antar ke tempat tujuan kemudian pulangnya bantu aku mencari tempat kost bisa?" tanyanya lagi kemudian. Bunga merasa ragu-ragu.
"Waalaikumsalam, tentu apapun akan ku lakukan untukmu," sahut seorang pria diujung telp yang bernama Dirga.
Setelah itu mereka berdua mengakhiri panggilan telepon tersebut. Kemudian kedua orang tua Bunga menghampiri lagi ke kamar Bunga sebab merasa khawatir.
"Bunga, ini ayah dan ibu ada sedikit uang untuk keperluanmu nanti, yang hemat ya, kamu jauh dari keluarga yang hati-hati jaga diri. Tidurnya lebih cepat ya. Jangan malam-malam, besok bangun yang subuh langsung berangkat biar tidak terlambat," ucap ayah Bunga.
"Iya Ayah Bunga akan segera tidur, besok Dirga yang akan jemput dan temani Bunga mencarikan tempat kost," ucap Bunga sambil tersenyum.
"Ayah tenang jika begitu," lirih Pak Samsu kemudian.
Keesokan paginya Bunga menaiki Bus. Ayah Bunga hanya mengantar sampai di haltenya saja. Bunga sudah berada di dalam Bus yang dia naiki, lalu dia menoleh kearah samping jendela kaca Bus.
Bunga melihat ayahnya sedang melambaikan tangannya kearahnya. Air matanya luruh seketika. Hatinya teriris takut mengecewakan sosok laki-laki paruh baya yang menyayanginya. Laki-laki yang bekerja tanpa mengenal lelah dan waktu, laki-laki yang menurutnya sangat keras namun penyayang.
"Aku akan merindukanmu Ayah...hiks...hiks...hiks... Ayah, ibu, apakah aku bisa hidup tanpa kalian," lirihnya dalam hati sembari terisak menangis.
Bunga memang selama ini belum pernah berpisah dari keluarganya. Ini adalah pertama kalinya dia jauh dari keluarganya.
Bunga mengedarkan pandangannya di sekeliling penumpang bus, ada pengamen yang bertato, ada juga yang merayunya karena menangis. Sontak semua itu membuat dirinya risih dan juga takut.
"Apakah di kota nanti aku akan hidup dikelilingi dengan orang seperti ini? Bagaimana aku menjalani hari-hari ku ya Allah. Semoga Allah selalu melindungi diriku, Amien," gumamnya dalam hati. Lagi. Bunga cemas.
"Karcisnya Mbak! Mau ke mana?" tanya seorang kondektur bus membuyarkan lamunan Bunga.
"Ke Surabaya Pak," jawab Bunga dengan suara bergetar. Merasa gugup. Maklum, dia gak pernah naik bus.
Setelahnya Bunga kembali duduk sambil memegangi tas besar yang dia bawa. Dia takut jika preman yang duduk di dekatnya akan mengganggunya. Ini adalah awal mula Bunga pertama kali menginjakkan kaki di kota, dia memang gadis lugu. Membuat penumpang lain menatapnya geli karena memeluk tas besar, tetapi Bunga tidak menghiraukannya.
Jangan lupa LIKE DAN VOTE YA...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Raga
Hay, aku mampir
2022-06-29
1
Ami
Halo cantik, aku hadir menyapa
2022-06-29
1
Abi
Author favorit di manapun
2022-06-29
0