Suatu sore saat akhir pekan tiba, Bunga duduk bersantai di sebuah kamar kost sederhana sambil membaca novel, kebiasaan Bunga selalu begitu, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Terlihat sebuah panggilan bertuliskan nama Jeny di layarnya.
Ada apa Kak Jeny menghubungiku? Batin Bunga.
"Halo ... Assalamualaikum Kak, ada apa ya?" tanya Bunga dengan suara lirih.
"Waalaikumsalam, besok pagi kamu ada janji atau sibuk enggak?" tanya Jeny terdengar ramah di seberang telepon.
"Enggak Kak kenapa?" tanya Bunga penasaran.
"Aku jemput besok ya, pokoknya ikut saja deh, Kakak ada kejutan buat kamu. Aku mau bikin Bunga gak dihina lagi sama orang kantor. Pokoknya seru-seruan deh," ujar Jeny pada Bunga.
"Siap Kakak, jemput aku yang pagi ya," sahut Bunga terdengar manja seperti bertingkah pada kakaknya sendiri.
"Oke," jawab Jeny singkat lalu mengakhiri panggilannya.
Keesokan paginya Jeny menjemput Bunga di alamat kost yang telah dikirimkan Bunga melalui pesan singkat sebelumnya.
Terlihat Bunga berdiri di depan pintu gerbang kost, dengan setelan celana jeans berwarna biru dan kaos berwarna pink kesukaannya, tak lupa tas selempang berwarna biru yang senada dengan celana jeans yang dia kenakan. Netranya mengedar mencari-cari keberadaan Jeny.
Bunga melambaikan tangannya ke arah Jeny ketika mobil Jeny melaju melintasi Bunga.
"Hey Kak Jen, aku di sini!" teriak Bunga yang refleks memanggil Jeny.
"Ayo lekas masuk, biar gak lama di sana," sahut Jeny membuat Bunga makin penasaran akan di ajak kemana dan terlihat bersemangat.
Mobil Jeny pun melaju kencang menuju ke arah pertokoan yang ramai di pusat kota.
Mereka saling diam saat berada di dalam mobil, Bunga memandang ke arah luar jendela mobil melihat kesibukan kota yang terpampang di sepanjang jalan.
"Bunga, ayo turun," ucap Jeny membuyarkan lamunan Bunga.
"Iya Kak, mau kemana ini kita?" tanya Bunga yang bingung karena mobil Jeny terhenti di depan sebuah salon kecantikan.
"Aku mau bikin kamu tambah cantik Bunga, menurutku kamu itu sangat cantik tapi kurang terawat, aku akan mengubah kamu di sini. Aku akan bikin semua karyawan yang telah menghina kamu memaku nanti," ujar Jeny bersemangat.
"Aku rasa gak perlu Kak Jen," sahut Bunga memberikan penolakan, sambil memundurkan langkahnya.
"Kenapa?" Jeny mengerutkan kening penasaran.
"Aku karyawan baru Kak, belum gajian," tutur Bunga sangat polos, terdengar geli di telinga pendengarnya.
"Aduh astaga Bunga, polos dan jujur banget Kamu," balas Jeny sambil menepuk keningnya sendiri.
"Lagi pula aku tidak peduli Kak orang kantor ngomongin aku, yang penting aku niatnya kerja. Omongan mereka itu memang benar kok Kak, aku memang hanya gadis desa," balas Bunga yang masih bersih keras menolak.
"Eh Bunga, aku gak minta kamu keluarkan uang untuk biaya salon. Aku yang akan bayar, anggap aja ini tanda persahabatan kita. Kamu mau 'kan jadi adik angkatku? Kebetulan Adikku baru meninggal Bunga. Jangan bikin aku sedih dengan penolakan kamu." Jeny menatap penuh harap. Sementara Bunga terkejut mendengar ucapan Jeny.
"Adik Kakak sudah meninggal?" tanya Bunga lirih memastikan bahwa yang didengarnya benar.
"Iya, seumuran kamu, sebulan yang lalu. Ayo masuk, gak pakek lama." Jeny berkata sambil menarik tangan Bunga agar segera memasuki salon.
"Mbak, dirapikan sedikit rambutnya ya, terus lulur dan diluruskan juga rambutnya ya mbak," ucap Jeny memberikan perintah pada karyawan salon sambil menunjuk ke arah Bunga.
Karyawan salon tersebut mengangguk setuju dan mempersilahkan Bunga duduk di depan sebuah cermin. Bunga akhirnya menyetujui keinginan Jeny. Ini sebenarnya pengalaman pertama Bunga, tapi dia berusaha tidak canggung.
Jeny tersenyum misterius penuh arti menatap Bunga sembari menyesap soda kaleng di genggaman.
Banyak rencana di benaknya, yang ingin merubah penampilan Bunga. Sosok gadis desa yang lugu di depannya itu membuatnya teringat dengan adik kandungnya yang baru saja meninggal. Jeny merasa menemukan sosok pengganti adiknya dalam diri Bunga, itu sebabnya dia sangat peduli pada Bunga.
Beberapa saat kemudian, Bunga telah selesai dengan ritual salonnya.
"Wah, kamu cantik banget, Dek. Kita lanjut makan dulu ya. Terus ikut aku ke rumah," ajak Jeny.
"Iya Kak," jawab Bunga pasrah.
Jeny menarik tangan Bunga dan bergegas memasuki mobil dengan riang. Di dalam mobil, Jeny berkali-kali menoleh dan memandangi Bunga. Membuat Bunga merasa aneh dan canggung di buatnya.
"Kenapa Kak? Aku aneh ya?" tanya bunga yang merasa aneh saat Jeny berkali-kali menatapnya.
"Enggak Kamu cantik banget Dek, kayak artis BCL. Hahahaha," ucap Jeny sambil tertawa lepas.
"Ada saja kamu Kak Jen," ujar Bunga menggelengkan kepala.
Tiba-tiba Jeny menghentikan laju mobilnya di sebuah rumah makan. Terlihat keluarga Jeny yang sudah menunggu, menyambut kedatangan mereka.
Jeny menggenggam tangan Bunga, saat menuju rumah makan milik keluarganya.
"Bunga ini semua mama, papa, dan kakekku, rumah makan ini milik keluargaku." Jeny memperlihatkan nuansa rumah makan sambil memperkenalkan seluruh anggota keluarganya pada Bunga.
"Hallo semua, saya Bunga, teman sekantor Kak Jenny," sapa Bunga sambil mengulurkan tangannya memperkenalkan diri pada keluarga Jeny.
Semua anggota keluarga menyambut dengan ramah kedatangan Bunga. Sebelumnya, ternyata Jeny sudah menceritakan tentang Bunga pada keluarganya.
Berbagai macam makanan dihidangkan di meja makan, Bunga merasa bahagia saat itu. Serasa berada di tengah keluarganya, perlakuan baik keluarga Jeny membuat haru hati Bunga diperlakukan dengan baik seperti itu.
Makan siang telah usai, semua keluarga Jeny terlihat bahagia. Mereka tertawa dan berbincang bersama. Sedangkan Bunga duduk termenung di samping Jeny. Tentu saja dengan pikiran yang entah.
"Hey, ada apa? Kenapa melamun?" tanya Jeny pada Bunga yang seketika membuyarkan lamunannya.
"Aku merasa tidak pantas berada di tengah-tengah kalian Kak," balas Bunga.
"Kita sama-sama manusia Bunga, tidak ada bedanya di hadapan Allah. Tidak ada perbedaan gadis kota atau pun gadis desa. Semua manusia sama pada dasarnya di mata Tuhan Bunga. Jadi buang jauh rasa tidak percaya dirimu jika ingin sukses," ujar Jeny memberikan rasa tenang dan percaya diri pada Bunga.
"Iya Kak Jeny yang cantik dan baik, terimakasih untuk hari ini ya kak," ucap Bunga yang terlihat mengembangkan senyumnya.
"Eh Bunga, masih ada lagi kejutan untuk memperbaiki penampilanmu. Ayo ikut aku pulang," ajak Jeny sambil menarik tangan Bunga agar bangun dari duduknya.
Keduanya pun berpamitan pada keluarga Jeny dan keduanya berlalu pergi.
Setelah beberapa saat mereka sampai di kediaman Jeny. Kemudian Jeny mengajak Bunga memasuki salah satu kamar di dalam rumah tempat tinggalnya.
"Bunga, ini dulu kamar adikku, namanya Dilla, dia meninggal satu bulan yang lalu. Kamu mau tinggal bersama aku di rumah ini bersama keluargaku? Dari pada kost Bunga," ucap Jeny pada Bunga setengah memaksa.
Bunga tersentak kaget mendengar ucapan Jeny.
"Aku gak enak sama keluarga Kakak," ujar Bunga menolak halus.
"Enggak apa Bunga, aku sudah ijin keluargaku," kata Jeny sambil memegang pundak Bunga.
"Iya deh Kak, tapi tidak sekarang ya," balas Bunga lirih karena merasa sungkan pada Jeny.
"Oke, ini ada baju yang mama papaku beli untuk Dilla yang belum sempat terpakai. Bawalah beberapa, dan pakai ke kantor besok pagi ya, ambil sepatunya juga, sepertinya seukuran denganmu," pinta Jeny.
"Wah Kak, apa keluarga Kakak gak marah nanti? Ini kan barang mahal semua Kak."
"Ini Mama yang nyuruh malahan kok," ucap Jeny sambil tersenyum.
"Aku mau pamit pulang ke kost ya Kak," ucap Bunga berpamitan kemudian.
"Aku antar, aku gak sabar lihat ekspresi orang kantor yang lihat perubahan kamu beso," ucap Jeny bersorak senang karena telah membantu Bunga.
Kemudian Jeny pun mengantarkan Bunga pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Aline
Love Jeny
2022-06-29
0
octavia
alur ceritanya menarik
2021-11-24
0
Iiq Rahmawaty
baik banget ka jeny🤗
2021-09-02
2