Bus mulai berhenti, terlihat sosok Dirga yang sudah menunggu Bunga dan mencari-cari keberadaannya. Melempar pandangan kesana dan kemari.
Sementara itu Bunga menuruni bus yang dia tumpangi sambil menenteng tas besar berisi pakaian. Bunga juga mengedarkan pandangannya di sekitar terminal hingga melihat sosok Dirga dan melambaikan tangan kearahnya.
"Dirga. Aku disini!" teriak Bunga sembari melempar senyuman.
Dirga seketika datang menghampiri Bunga, segera meraih tas yang di pegangnya dan memakaikan helm ke kepala Bunga. Terlihat begitu perhatian saat itu.
"Kamu gak keberatan kan kalau naik motor?" tanya Dirga pada Bunga.
"Ya nggak apa-apa Dir, makasih ya udah jemput aku," jawab Bunga riang dengan polosnya.
Dirga masih menatap lekat raut cantik di hadapannya, sedangkan yang ditatap mengedarkan pandangan entah ke mana. Takjub dengan kota itu barangkali.
"Jadi rencananya gimana ini?" tanya Dirga, sembari melirik sinis ke tangan yang sedang memeluknya.
"Antar aku ketempat aku melamar pekerjaan ya. Ini alamatnya. Setelah itu pulang kerja antar aku mencari tempat kost. Oke," pinta Bunga setengah memelas.
Dirga menganggukkan kepalanya menyetujui keinginan Bunga. Meski sebenarnya ia sedikit ragu.
"Kamu yakin Bunga, langsung diterima kerja! Biasanya ada test terus interview dulu," ujar Dirga.
"HRD-nya temenku Dirga. Katanya sih mau bantu gitu bilangnya, dia juga bilang langsung kerja mangkanya aku langsung bawa baju banyak," jawab Bunga terdengar mantap.
"Oke deh kalau gitu," balas Dirga, kemudian menambah laju kecepatan motornya.
Mereka pun menuju tempat yang ditunjukkan oleh Bunga. Sesampainya disana, Dirga langsung berpamitan pergi dan akan menjemput Bunga sepulang Bunga bekerja.
Bunga menghubungi Rifki dan mengatakan bahwa dia sudah berada di depan kantor dimana tempat nya akan bekerja.
Derap langkah kaki Rifki sangat keras dan jelas menghentak ketika berjalan menghampiri Bunga.
"Bunga. Maaf ya. Kamu gak bisa kerja disini ... sudah terisi orang lain posisi yang aku janjikan sama kamu."
DUG!
Jantung Bunga berdebar hebat.
"Rifki ... yang bener aja kamu! Aku udah terlanjur bawa tas besar, pakaian banyak, aku udah ijin ayahku juga Rif, belum lagi disini aku tidak ada tempat tinggal. Mangkanya kemarin itu kan aku tanya berulang kali sama kamu, pasti keterima enggak? Kamu ngeyel bisa mangkanya aku bela-belain datang kesini. Hiks...hiks...hiks..." ucap Bunga sambil menangis.
Kecewa? Ya. Tentu saja kecewa, bagaimana tidak? Ia sudah memiliki seudang mimpi yang hancur begitu saja karena ulah Rifki.
Bunga menangis sejadi-jadinya. Ia menyesal tidak menghiraukan ucapan keluarganya.
"Kamu bilang datang sendirian, tadi aku lihat kamu diantar cowok! Kamu itu gak jujur Bunga, udah aku gak ada waktu mau kerja dulu," ujar Rifki marah sebab merasa cemburu.
Bunga lalu berlari menarik kemeja yang dikenakan oleh Rifki, dan menampar wajahnya.
PLAAAK!
"Jadi itu alasan Kamu bilang posisi yang akan aku isi udah terisi orang lain? Kamu cemburu? Aku kecewa ya Rif ... sama kamu, aku pikir selama ini kamu itu teman baikku, tapi ternyata kamu bikin aku kecewa dan sakit hati kayak gini! Ngerti nggak kenapa aku marah sama Kamu? Bukan karena kamu nggak bantuin aku cari kerja Rif, tapi karena kamu udah bohongi aku. Janji kamu nggak kamu tepati. Aku kecewa sama kamu, aku menyesal punya teman seperti kamu!"
Bunga berkata penuh emosi sambil berteriak dan gemetar menahan marah, meluapkan semua emosinya pada Rifki.
"Jadi apa sebenarnya tujuan kamu nyuruh datang kesini? Haaah! Pakai alasan mau kasih kerjaan segala!" teriak Bunga sambil menguncang-guncangkan tubuh Rifki yang masih memaku.
Rifki hanya menatap sinis dalam diam, kemudian menghempas tangan Bunga dan berjalan pergi, tanpa menjawab sepatah katapun pertanyaan Bunga. Betapa kejamnya dirinya. Hingga tega mengabaikan sahabatnya demi egonya.
Membuat air bulir kristal Bunga mengalir dengan derasnya. Bunga langsung meraih tas besar yang sedari tadi di bawanya. Pikirannya kalut menerawang entah kemana, rasa kecewa, marah, dan benci, semua campur aduk.
Ini adalah pertama kalinya Bunga memulai pekerjaannya di kota besar. Dia bingung harus menjelaskan apa pada keluarganya, dia juga bingung akan tinggal dimana.
Bunga berjalan gontai menyusuri jalan sambil menangis meratapi nasibnya, beberapa orang yang berpapasan dengannya menatapnya dengan heran.
Meskipun demikian Bunga tidak menghiraukannya. Bunga berjalan di bawah guyuran hujan deras, dia terus melangkahkan kakinya sambil mencari tempat untuk berteduh. Air matanya terus mengalir. Langkahnya terhenti melihat ada halte kecil diujung jalan. Dia berlari menuju tempat tersebut, dan mengeluarkan ponselnya yang dia bungkus dengan kantong plastik. Kemudian menghubungi Dirga agar menjemputnya.
***
Dirga segera melajukan mobilnya dengan laju, kali ini dia sengaja membawa mobil karena hujan lebat. Dirga adalah kekasih Bunga yang dia kenal ketika dulu Bunga sedang kuliah.
Dirga juga anak dari pengusaha kaya, dia bahkan memegang kendali salah satu perusahaan milik orang tuanya.
Namun, Bunga memilih mencari pekerjaannya sendiri alih-alih meminta bantuan Dirga.
"Udah, jangan nangis, ayo masuk. Aku antar cari kost dulu ya, untuk tempat tinggal Kamu sementara. Nanti aku bantu carikan kerja, gak usah sedih, kamu nggak kenal siapa kekasihmu," rayu Dirga sembari menarik tangan Bunga mengalirkan rasa tenang pada dirinya.
Dirga membujuk bunga dan mencoba untuk menguatkan hatinya, tentu saja hatinya merasa iba melihat keadaan Bunga yang datang sendirian dari desa untuk mengadu nasib.
"Enggak Dir, aku maunya cari kerja sendiri, nggak apa-apa kalau kamu mau bantu antar, tapi aku harus usaha sendiri," balas Bunga sambil menatap dalam wajah Dirga.
Bunga memang gadis desa sederhana, yang tidak pernah tergoda dengan harta kekayaan yang dimiliki oleh Dirga, itu sebabnya Dirga memilih Bunga sebagai kekasihnya.
"Ya udah terserah kamu aja, ayo lekas masuk.
Aku bantu cari tempat kost, kamu bersih-bersih. Terus kita makan ya, sambil aku ajak keliling kota," ajak Dirga sambil tersenyum simpul.
"Iya terimakasih," balas Bunga lirih. Bunga pun melangkahkan kakinya memasuki mobil Dirga.
"Bajuku basah apa tidak apa-apa aku duduk disini?" tanya Bunga yang merasa sungkan.
"Kamu polos sekali, aku gemes sama kamu!
Ya nggak apa-apa Bunga, kotor tinggal nyuci, basah tinggal ngeringin gitu aja susah," ucap Dirga tertawa geli.
Dirga mendekatkan wajahnya ke arah wajah Bunga, Bunga terkejut dan memukul kecil lengan Dirga.
"Hayo, mau apa kamu, mau mesum ya! Ternyata kamu sama aja sama pria kebanyakan," sergah Bunga merasa risih. Kemudian langsung membuka kembali pintu mobil hendak beranjak pergi, tapi Dirga menarik tangan Bunga dan mencegahnya.
"Dasar gadis desa, kamu itu salah paham dan nggak sabaran. Duduk, aku tuh mau bantu kamu pasang seat belt," ucap Dirga sambil tersenyum mengejek.
Wajah Bunga memerah karena malu, ini memang pengalaman pertama Bunga menaiki mobil dengan seorang pria, dia memang gadis desa yang polos, dan juga tidak pamrih dengan materi.
Sepanjang perjalanan Dirga mengedarkan pandangannya ke segala sisi jalan, mencari-cari tempat kost, hingga akhirnya tatapannya terhenti pada papan bertuliskan menerima kost putri.
"Ayo turun!" seru Dirga mengeraskan suaranya.
Dirga terlihat berkomunikasi dengan pemilik rumah kost, kemudian kembali menghampiri Bunga yang sedari tadi menunggu berdiri di samping mobil.
"Kenapa tidak mendekat? Pemiliknya ramah Bunga, kamu tidak akan digigit," ucap Dirga sambil menggoda, sementara Bunga hanya diam saja.
Dirga meraih tas besar milik Bunga yang berisi pakaian sambil menyerahkan sebuah kunci kamar.
"Semoga betah ya Bunga, kamu mandi dan istirahatlah dulu, nanti aku kembali saat makan siang ya," ujar Dirga pada Bunga.
Dirga berpamitan pergi, dan Bunga melangkahkan kakinya memasuki kamar kost yang lumayan besar untuk dihuni sendiri, ada kamar mandi dalam dan juga sebuah sofa berwarna coklat di ujung tempat tidurnya.
Saat bunga selesai mandi, tiba-tiba ponselnya berdering, ternyata kakak kelas Bunga semasa SMA dulu.
"Hallo Assalamualaikum Bunga, aku Ferdi, masih ingat tidak? Beberapa waktu yang lalu kamu menghubungiku menanyakan lowongan kerja," sapanya sopan dan lembut pada Bunga.
"Oh Waalaikumsalam, iya Kak Ferdi, apakah sudah ada? Posisinya yang kosong apa kak?" tanya Bunga terdengar antusias.
Sama seperti sebelumnya. Jantungnya berdebar hebat. Merasa kembali memiliki harapan untuk membahagiakan keluarganya.
"Sebentar lagi aku kirim alamat kantorku lengkap, besok langsung datang jam 08.00 ya, jangan telat, akan ada test tulis dan juga interview. Lowongannya sih Administrasi penjualan, cuma input data aja, tapi bisa naik ada jenjang karir," ujar Ferdi memberi penjelasan.
"Terimakasih ya Kak, aku akan datang besok," balas Bunga dengan ekspresi wajah riang. Tanpa sadar, Bunga pun mengakhiri panggilan telepon secara sepihak.
Bersambung ....
🌹 Jangan lupa like dan vote-nya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Nadia
kq aku deg deg kan ya, takut bunga di apa apain hahahha
2024-05-24
2
Sulastri Astri
kehidupan kota sangat kejam
2022-12-31
1
Abi
Penggemar beratmu hadir menyapa
2022-06-29
0