Breaking The Curse: Mr. Wolfy And The Reincarnated Witch (Sequel Of Surrogate Mother For Baby Wolfy)

Breaking The Curse: Mr. Wolfy And The Reincarnated Witch (Sequel Of Surrogate Mother For Baby Wolfy)

Bab 1 - Ivyanne

❤️Hello, kakak-kakak reader, baik yang baru mampir maupun yang sudah ngikutin prekuelnya cerita ini ... Selamat datang, dan semoga suka ceritanya❤️

❤️Untuk kaka Readers yang baru baca, yuk, baca SURROGATE MOTHER FOR BABY WOLFY dulu, biar paham pas baca cerita yang ini, karena ini sekuel dari baby wolfy ... Makasih, selamat membaca❤️

...❤️❤️❤️...

“Ivyanne ....”

“Ivyanne ....”

Suara itu lagi. Gadis yang sejak tadi merasa dipanggil, hanya celingukan mencari sumber dan dari mana panggilan itu berasal. Tak ada satu pun yang mengenalinya di sini, di kafe, maupun di jalanan. Namun, bisikan itu selalu muncul.

Apakah ia menderita skizofrenia?

“Ivyanne ....”

Gadis itu sekali lagi menghentikan langkah. Dan bunyi benda keras yang saling bertabrakan terdengar disusul tubuhnya yang terhempas ke aspal, membuat Ivyanne tersadar dari lamunannya.

“Apa yang kau lakukan?! Kau menyeberang jalan dengan melamun, apakah kau tahu kalau itu sangat berbahaya, huh?!” bentak seseorang yang telah menyelamatkan nyawanya dengan menerjang tubuhnya yang nyaris menjadi jenazah.

Ivyanne bangkit, menilik lengan dan sikunya yang berdarah.

Pria yang sejak tadi berdiri di hadapannya pun hampir melangkahkan kaki untuk meninggalkan Ivyanne, tetapi melihat luka di beberapa bagian tubuh gadis itu, ia urungkan niat.

“Ikut aku!” ucapnya, sembari menyeret lengan gadis yang sejak tadi tak juga mengatakan sesuatu.

Apakah ia bisu dan tuli? Bahkan terima kasih pun tidak ia ucapkan.

Pria itu membawa Ivyanne ke tempat di mana mobilnya terparkir. Ia tadi terburu-buru keluar dari kendaraannya dan menyelamatkan gadis pelamun yang nyaris mati karena kecerobohannya sendiri.

“Nah, sudah. Jika kau mengeluhkan hal lain, katakan padaku. Aku akan membawamu ke dokter,” ucap pria itu, setelah selesai membersihkan dan memlester luka di siku dan kening gadis yang masih juga bungkam.

“Terima kasih,” jawab Ivyanne, setelah sekian menit tertegun, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi padanya.

Suara sirine mobil polisi bersahutan dan berhenti tak jauh dari tempat Ivyanne dan pria penyelamat itu berdiri. Kecelakaan telah terjadi dan nyaris membuat Ivyanne tinggal nama.

Pria itu bangkit dan bersiap untuk pergi. Namun, seketika ia hentikan langkahnya. Ia tak mungkin meninggalkan gadis itu seorang diri.

“Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu.”

“Tidak usah, Tuan. Aku masih harus mencari pekerjaan agar bisa membiayai hidup dan membayar kuliahku. Kurasa aku harus pergi sekarang. Terima kasih atas bantuanmu.”

Ivyanne memutar tubuh, melangkah tertatih karena luka yang masih terasa nyeri. Hampir saja menjauh, pria itu menghalangi ayunan kaki Ivyanne dengan suara baritonnya yang berat.

“Siapa namamu?”

Gadis itu berhenti lalu berbalik.

“Ivyanne, Tuan. Kau boleh memanggilku Ivy. Kenapa kau bertanya?”

Pria itu—yang berdiri cukup jauh, maju demi memangkas jarak antara dirinya dan Ivyanne. Berhadapan dengan gadis itu tiba-tiba memunculkan sebuah kenangan yang telah lama ia kubur.

Ia menggeleng samar, berusaha mengusir bayangan yang sekilas mengganggu pikirannya. Ia sudah membaik, tak ingin lagi mengingat hal yang akan membuatnya terluka sekali lagi.

“Kau bilang tadi kalau kau membutuhkan pekerjaan, bukan? Apa keahlianmu?”

Ivyanne mengedikkan bahu.

“Aku tidak tahu, Tuan. Sebelumnya aku bekerja di sebuah kafe, tetapi mereka bangkrut dan sekarang aku harus mencari yang lain.” Ivyanne menjeda kalimatnya. “T-tapi aku bisa beberapa bahasa, Tuan. Mungkin Anda membutuhkan penerjemah?”

Pria itu menggeleng, menyanggah pernyataan Ivyanne. Ia tidak punya lapangan pekerjaan di bidang yang membutuhkan bahasa asing atau penerjemah.

“Aku butuh seorang baby sitter.”

“A-apa? Baby sitter?” Ivyanne membulatkan bola matanya kala mendengar ucapan pria itu.

Ia tak pernah melakukan pekerjaan ini sebelumnya. Seperti apa rasanya mengurus bayi?

“T-tapi, Tuan, aku tidak pernah—“

“Kau mau atau tidak?" todong pria itu, tegas. Ia tampak tak punyai banyak waktu untuk bernegosiasi. Sementara Ivyanne masih bungkam dan tidak memberi respon sama sekali.

"Kau yakin tidak menginginkan pekerjaan ini? Baiklah, aku akan cari orang lain saja kalau begitu. Semoga beruntung dengan pencarianmu.”

Pria itu berbalik dan hendak masuk ke dalam mobil, tetapi Ivyanne mengejar langkah pria penyelamat nyawanya dan menepuk lengan kekarnya.

“Aku mau, Tuan. T-tapi, bolehkah aku menjalani masa percobaan dulu? Aku takut kalau nanti—“

“Silakan masuk ke dalam mobil. Kita bicara di rumahku dan kau bisa langsung bertemu dengan Micah dan Mason.”

Sekali lagi Ivyanne dibuat terkejut oleh perkataan pria itu barusan. Micah dan Mason? Jadi dia harus merawat dua bayi? Ia tak yakin mampu melakukannya, tetapi ia sangat membutuhkan uang.

“D-dua orang, Tuan?”

Pria itu mengangguk.

“Ya. Mereka kembar, dan sangat ... kita menuju ke rumahku saja dulu, agar kau bisa melihat sendiri.”

***

Ivyanne dibuat takjub dan ternganga saat melihat bangunan yang ada di hadapannya.

Ini bukan rumah, melainkan istana dengan sentuhan gaya modern yang sedikit terlihat suram, sesuai sekali dengan penampilan dan raut wajah pria itu. Beberapa kali Ivyanne mengedar pandangan ke sekelilingnya, lalu pada pria yang membawanya kemari, tampak di matanya kalau pria ini sangat tertutup.

Lihat saja di mana bangunan itu berdiri.

Di tengah hutan yang terpencil dan hanya terdapat beberapa bangunan lain, juga beberapa orang di sana yang mungkin hanya bertugas sebagai pelayan dan pengawal. Karena tak ada yang lain yang berpenampilan berkelas yang sama sepertinya.

“Silakan duduk. Kita langsung pada intinya saja. Aku ingin kau merawat kedua putraku dan inilah mereka.”

Baru saja pria itu selesai bicara, dua orang pelayan muncul dengan menggendong masing-masing bayi berusia sekitar satu tahun di lengan mereka.

Ivyanne membisu tak mampu berkata. Kedua bayi itu memandang ke arahnya. Ivyanne yakin itu. Dan seketika itu perasaan Ivyanne menghangat. Seperti ada sesuatu yang membuat gadis itu ingin memandangi makhluk kecil menggemaskan itu lebih lama. Namun, sang ayah bayi itu dengan segera memecah keheningan yang sempat menyergap kesemuanya.

“Kuberi tahu padamu, sebelum kau bertanya. Mereka berdua bukan bayi biasa. Kau akan tahu nanti saat menjalani masa percobaan. Aku berani membayarmu dengan sangat mahal, asalkan kau merawat putraku dengan baik dan berusahalah untuk bertahan—dua puluh empat jam dalam sepekan tak ada libur bagimu, dan kau harus ada di mana pun mereka berada. Bagaimana, Ivy?”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!