NovelToon NovelToon

Breaking The Curse: Mr. Wolfy And The Reincarnated Witch (Sequel Of Surrogate Mother For Baby Wolfy)

Bab 1 - Ivyanne

❤️Hello, kakak-kakak reader, baik yang baru mampir maupun yang sudah ngikutin prekuelnya cerita ini ... Selamat datang, dan semoga suka ceritanya❤️

❤️Untuk kaka Readers yang baru baca, yuk, baca SURROGATE MOTHER FOR BABY WOLFY dulu, biar paham pas baca cerita yang ini, karena ini sekuel dari baby wolfy ... Makasih, selamat membaca❤️

...❤️❤️❤️...

“Ivyanne ....”

“Ivyanne ....”

Suara itu lagi. Gadis yang sejak tadi merasa dipanggil, hanya celingukan mencari sumber dan dari mana panggilan itu berasal. Tak ada satu pun yang mengenalinya di sini, di kafe, maupun di jalanan. Namun, bisikan itu selalu muncul.

Apakah ia menderita skizofrenia?

“Ivyanne ....”

Gadis itu sekali lagi menghentikan langkah. Dan bunyi benda keras yang saling bertabrakan terdengar disusul tubuhnya yang terhempas ke aspal, membuat Ivyanne tersadar dari lamunannya.

“Apa yang kau lakukan?! Kau menyeberang jalan dengan melamun, apakah kau tahu kalau itu sangat berbahaya, huh?!” bentak seseorang yang telah menyelamatkan nyawanya dengan menerjang tubuhnya yang nyaris menjadi jenazah.

Ivyanne bangkit, menilik lengan dan sikunya yang berdarah.

Pria yang sejak tadi berdiri di hadapannya pun hampir melangkahkan kaki untuk meninggalkan Ivyanne, tetapi melihat luka di beberapa bagian tubuh gadis itu, ia urungkan niat.

“Ikut aku!” ucapnya, sembari menyeret lengan gadis yang sejak tadi tak juga mengatakan sesuatu.

Apakah ia bisu dan tuli? Bahkan terima kasih pun tidak ia ucapkan.

Pria itu membawa Ivyanne ke tempat di mana mobilnya terparkir. Ia tadi terburu-buru keluar dari kendaraannya dan menyelamatkan gadis pelamun yang nyaris mati karena kecerobohannya sendiri.

“Nah, sudah. Jika kau mengeluhkan hal lain, katakan padaku. Aku akan membawamu ke dokter,” ucap pria itu, setelah selesai membersihkan dan memlester luka di siku dan kening gadis yang masih juga bungkam.

“Terima kasih,” jawab Ivyanne, setelah sekian menit tertegun, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi padanya.

Suara sirine mobil polisi bersahutan dan berhenti tak jauh dari tempat Ivyanne dan pria penyelamat itu berdiri. Kecelakaan telah terjadi dan nyaris membuat Ivyanne tinggal nama.

Pria itu bangkit dan bersiap untuk pergi. Namun, seketika ia hentikan langkahnya. Ia tak mungkin meninggalkan gadis itu seorang diri.

“Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu.”

“Tidak usah, Tuan. Aku masih harus mencari pekerjaan agar bisa membiayai hidup dan membayar kuliahku. Kurasa aku harus pergi sekarang. Terima kasih atas bantuanmu.”

Ivyanne memutar tubuh, melangkah tertatih karena luka yang masih terasa nyeri. Hampir saja menjauh, pria itu menghalangi ayunan kaki Ivyanne dengan suara baritonnya yang berat.

“Siapa namamu?”

Gadis itu berhenti lalu berbalik.

“Ivyanne, Tuan. Kau boleh memanggilku Ivy. Kenapa kau bertanya?”

Pria itu—yang berdiri cukup jauh, maju demi memangkas jarak antara dirinya dan Ivyanne. Berhadapan dengan gadis itu tiba-tiba memunculkan sebuah kenangan yang telah lama ia kubur.

Ia menggeleng samar, berusaha mengusir bayangan yang sekilas mengganggu pikirannya. Ia sudah membaik, tak ingin lagi mengingat hal yang akan membuatnya terluka sekali lagi.

“Kau bilang tadi kalau kau membutuhkan pekerjaan, bukan? Apa keahlianmu?”

Ivyanne mengedikkan bahu.

“Aku tidak tahu, Tuan. Sebelumnya aku bekerja di sebuah kafe, tetapi mereka bangkrut dan sekarang aku harus mencari yang lain.” Ivyanne menjeda kalimatnya. “T-tapi aku bisa beberapa bahasa, Tuan. Mungkin Anda membutuhkan penerjemah?”

Pria itu menggeleng, menyanggah pernyataan Ivyanne. Ia tidak punya lapangan pekerjaan di bidang yang membutuhkan bahasa asing atau penerjemah.

“Aku butuh seorang baby sitter.”

“A-apa? Baby sitter?” Ivyanne membulatkan bola matanya kala mendengar ucapan pria itu.

Ia tak pernah melakukan pekerjaan ini sebelumnya. Seperti apa rasanya mengurus bayi?

“T-tapi, Tuan, aku tidak pernah—“

“Kau mau atau tidak?" todong pria itu, tegas. Ia tampak tak punyai banyak waktu untuk bernegosiasi. Sementara Ivyanne masih bungkam dan tidak memberi respon sama sekali.

"Kau yakin tidak menginginkan pekerjaan ini? Baiklah, aku akan cari orang lain saja kalau begitu. Semoga beruntung dengan pencarianmu.”

Pria itu berbalik dan hendak masuk ke dalam mobil, tetapi Ivyanne mengejar langkah pria penyelamat nyawanya dan menepuk lengan kekarnya.

“Aku mau, Tuan. T-tapi, bolehkah aku menjalani masa percobaan dulu? Aku takut kalau nanti—“

“Silakan masuk ke dalam mobil. Kita bicara di rumahku dan kau bisa langsung bertemu dengan Micah dan Mason.”

Sekali lagi Ivyanne dibuat terkejut oleh perkataan pria itu barusan. Micah dan Mason? Jadi dia harus merawat dua bayi? Ia tak yakin mampu melakukannya, tetapi ia sangat membutuhkan uang.

“D-dua orang, Tuan?”

Pria itu mengangguk.

“Ya. Mereka kembar, dan sangat ... kita menuju ke rumahku saja dulu, agar kau bisa melihat sendiri.”

***

Ivyanne dibuat takjub dan ternganga saat melihat bangunan yang ada di hadapannya.

Ini bukan rumah, melainkan istana dengan sentuhan gaya modern yang sedikit terlihat suram, sesuai sekali dengan penampilan dan raut wajah pria itu. Beberapa kali Ivyanne mengedar pandangan ke sekelilingnya, lalu pada pria yang membawanya kemari, tampak di matanya kalau pria ini sangat tertutup.

Lihat saja di mana bangunan itu berdiri.

Di tengah hutan yang terpencil dan hanya terdapat beberapa bangunan lain, juga beberapa orang di sana yang mungkin hanya bertugas sebagai pelayan dan pengawal. Karena tak ada yang lain yang berpenampilan berkelas yang sama sepertinya.

“Silakan duduk. Kita langsung pada intinya saja. Aku ingin kau merawat kedua putraku dan inilah mereka.”

Baru saja pria itu selesai bicara, dua orang pelayan muncul dengan menggendong masing-masing bayi berusia sekitar satu tahun di lengan mereka.

Ivyanne membisu tak mampu berkata. Kedua bayi itu memandang ke arahnya. Ivyanne yakin itu. Dan seketika itu perasaan Ivyanne menghangat. Seperti ada sesuatu yang membuat gadis itu ingin memandangi makhluk kecil menggemaskan itu lebih lama. Namun, sang ayah bayi itu dengan segera memecah keheningan yang sempat menyergap kesemuanya.

“Kuberi tahu padamu, sebelum kau bertanya. Mereka berdua bukan bayi biasa. Kau akan tahu nanti saat menjalani masa percobaan. Aku berani membayarmu dengan sangat mahal, asalkan kau merawat putraku dengan baik dan berusahalah untuk bertahan—dua puluh empat jam dalam sepekan tak ada libur bagimu, dan kau harus ada di mana pun mereka berada. Bagaimana, Ivy?”

Bab 2 - Ivana

Ivyanne sudah selesai menidurkan dua bayi lucu yang sejak pagi menempel terus padanya. Untungnya, pekerjaan Ivyanne hanya menjaga Micah dan Mason, bukan urusan rumah tangga lain.

Zach sudah mengatakan padanya untuk fokus hanya pada dua bayi itu. Meski begitu, Ivyanne tak bisa menepis rasa ingin tahunya mengapa pria seperti Zach tidak memiliki pendamping atau menikah saja agar ia bisa mendapat paket lengkap. Untuk mengurus anaknya, juga dirinya.

Ivyanne keluar dari kamar si kembar dan menuju ke dapur untuk mengambil minum.

Ia sudah sepakat dengan Zach, bahwa dirinya akan tinggal di mansion pria itu selama masa percobaan. Dan setelahnya, jika ia bertahan, ia bebas memilih apakah akan terus tinggal di sana atau kembali ke flatnya yang sempit dan pengap.

Ivyanne baru meneguk segelas airnya, sesosok pria sudah berdiri di hadapannya saat ia berbalik.

PYARRR!

Gelas di tangannya meluncur dan pecahannya berserakan di lantai seiring jantungnya yang seolah berhenti berdegup sesaat tadi.

Zach. Ternyata pria itu yang tengah berdiri di seberang meja bar. Mungkin dengan tujuan yang sama, mengambil minuman atau makanan.

“Tuan Levy, kau mengagetkanku,” lirihnya, lega karena bukan penjahat atau setan yang ada di hadapannya.

Di ruangan itu, terdapat sebuah lemari kaca yang di dalamnya berjajar botol minuman beralkohol yang Ivyanne berani jamin harga satu botolnya pasti mampu membayar kuliahnya selama satu tahun.

Pasti Zach hendak menuju ke lemari itu untuk mengambil minuman. Dan urung ia lakukan karena kini dirinya bergegas menuju ke arah Ivyanne yang tengah berjongkok memunguti pecahan gelasnya.

“Kau ini ceroboh sekali. Tidak perlu dipunguti seperti itu, nanti tanganmu terkena pecahannya.”

Baru selesai bicara, justru telunjuk Zach-lah yang tampak meneteskan cairan merah kental.

“T-Tuan Levy, telunjuk Anda berdarah!” seru Ivyanne, panik. Lantas bangkit dan mengambil kain lap yang pertama kali ia lihat dan ia gunakan membungkus jari Zach.

“Maafkan aku, karena kecerobohanku—“

“Sudahlah, ini bukan apa-apa bagiku.” Zach menyingkirkan kain dari tangannya. “Namun, akan jadi bahaya jika kau yang mengalaminya. Tinggalkan saja! Aku akan menyuruh pelayan untuk membereskannya.”

“T-tapi, Tuan—“

Zach tidak menjawab sanggahan Ivyanne. Ia hanya menoleh pada gadis di hadapannya dan mengunci tatapannya pada kedua manik mata berwarna gelap milik gadis itu.

Tatapan mereka beradu. Ivyanne seolah takluk pada tatapan itu. Ia mengangguk, kemudian bangkit dan menjauh dari sana.

Sejujurnya tak hanya Ivyanne, Zach pun merasakan getaran aneh saat tatapannya bertumbukan dengan sepasang bola mata Ivyanne. Dan sekali lagi ia tepis rasa itu.

Selalu ia lakukan setiap ia bertemu dengan wanita. Tak akan ia beri kesempatan hatinya untuk romansa, sejak ia kehilangan Ivana.

Zach menuju ke lemari kaca, mengambil sebotol minuman, lalu menyiram lukanya dengan alkohol di wastafel. Ia kemudian membungkus telunjuknya dengan perban, sementara Ivyanne hanya memerhatikan dari jauh.

Lalu tak berapa lama, seorang wanita masuk ke ruangan di mana mereka berada dan membersihkan kekacauan yang dibuat oleh Ivyanne.

Kapan pria itu memanggil pelayan? Ia bahkan sejak tadi sibuk dengan lukanya.

Merasa bulu kuduknya meremang, Ivyanne tak ingin berlama di sana. Ia memilih untuk masuk ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar dua bayi asuhannya.

Ia menenggelamkan diri di ruangan pribadinya.

Ini pertama kalinya ia berada di tempat semegah ini. Ada perasaan tak nyaman terlebih suasana aneh dan mistis yang sangat terasa. Dan satu lagi, sikap Zach terhadapnya, membuat Ivyanne bergidik.

Zach sangat dingin dan misterius.

Ia jadi mengingat beberapa acar televisi favoritnya mengenai kriminalitas yang menggambarkan seorang serial killer persis seperti Zach saat ini.

Ivyanne bergidik ngeri.

“Tuhan, lindungi aku,” ucap Ivyanne kemudian membungkus tubuhnya dengan selimut hingga kepala dan terlelap.

***

“Zach ....”

“Zach ....”

Zach terlihat gelisah dalam tidurnya. Ia melihat Ivana, di tempat yang jauh yang tak terjangkau olehnya.

“Zach, aku di sini ....”

Ia membuka mata, terbangun karena panggilan yang tak henti membisiki telinganya. Memaksanya bangkit, seolah menuntut dirinya untuk membayar hutang rindu yang tak ternilai selama satu tahun ini.

Ivana belum lama pergi. Namun, rasanya seperti baru saja terjadi.

Padahal belum lama Zach rasakan bahagia menikmati perasaan cinta yang tumbuh, tiba-tiba ia harus kehilangan.

“Ivana ... apakah itu kau?” lirih Zach. Bangkit dari ranjangnya, kemudian mulai melangkah mencari keberadaan wanita tercintanya itu—seolah Ivana tak pernah pergi, hanya sedang mengajaknya bermain petak umpet saat ini.

“Ivana, jangan terlalu jauh! Aku tidak bisa menemukanmu. Kau di mana?” ucapnya lagi.

“Aku di sini, Zach ... sebentar lagi kau akan tiba di tempatku. Jangan sampai tersesat, oke?”

Zach terus berjalan dan membuka tiap-tiap pintu ruangan yang ada di mansionnya. Tiba di satu pintu, ia terhenti. Aroma tubuh Ivana tercium jelas olehnya. Ia memejamkan mata dan mengendus perlahan.

Benar! Ivana pasti ada di dalam.

Meski hanya arwah, Zach tak masalah asalkan bisa bertemu dengan wanitanya itu. Di sini, di ruangan khusus yang dulu ia sediakan untuk Ivana. Dan ketika ia buka pintu, memang benar. Ivana ada di sana, berbaring menyamping menggoda Zach untuk mendekat dan mencumbuinya.

Wanita itu tersenyum.

“Apakah kau merindukanku, sayang?” tanyanya, terdengar mendayu.

Zach tak sadar mengangguk perlahan. Matanya berair. Air matanya mulai tumpah setetes demi setetes melihat penampakan Ivana yang begitu nyata dan cantik dengan balutan gaun malam pemberiannya.

Zach berjanji tak akan merobeknya lagi kali ini, asalkan boleh mencumbui dan kembali menggumuli wanita itu semalaman. Ia bahkan bersumpah tak akan berhenti sampai ia puas dan tak akan biarkan Ivana pergi lagi.

Ia lalu berubah menjadi wujud seekor lycan yang pernah menakuti Ivana saat pertama kali melihatnya. Namun, kali ini Ivana tidak berpindah dari posisinya. Ia tak takut sama sekali, melainkan justru makin menggoda Zach yang menatap dengan kilat penuh gairah di matanya.

Ivana dengan telunjuknya yang ia gerakkan, memanggil Zach agar mendekat.

Pria itu tak perlu dipanggil. Di mana ada Ivana, ia pasti akan menghampiri.

Zach akhirnya menerjang Ivana. Hasratnya tak terbendung lagi sekarang. Ia bahkan tak peduli makhluk apa yang ada di hadapannya saat ini. Baginya, apa pun wujudnya, jika itu memang Ivana—istrinya yang merupakan wanita teristimewa di hatinya, maka ia akan selalu mendekat dan ada di mana pun Ivana berada.

Bahkan jika itu di neraka sekali pun.

Ia lum*t bibir sang istri dengan rakus, perpisahan telah menjadikan Zach begitu merindu hingga tak kuat lagi menahannya saat ini.

Zach menepati janjinya. Ia membiarkan gaun malam itu melekat di tubuh Ivana. Hanya ia singkap bagian bawah dari gaun yang melekat sempurna di tubuh sang istri, saat dirinya siap untuk memasuki wanita tercintanya itu. Kali ini, tidak kan ada ampun untuk wanita itu. Juga untuk dirinya.

Ia rindu. Sungguh rindu, sampai rasanya ingin mati menyusul Ivana saat tahu bahwa sang kekasih tak punyai harapan hidup lagi.

Desa*an serta lengu*an yang saling beradu penuh cinta mulai mengisi ruangan itu. Hal yang sudah lama tidak lagi terdengar di telinga Zach kini kembali bisa ia nikmati. Suara merdu menggugah gairah itu, kini bisa ia dengar dan mungkin akan terus akan ia dengar setiap malam.

Demikianlah harapannya.

Bab 3 - Mimpi atau Nyata?

Ivyanne terbangun di pagi hari dengan tubuh yang sakit seperti baru saja dihantam palu godam. Ia meregangkannya sebentar, lalu meringis saat terasa ada beberapa bagian di tubuhnya yang terasa nyeri, bahkan perih.

Ia abaikan rasa itu dan hanya merenung.

Mimpinya semalam ... terasa nyata dan entah mengapa ia bisa merasakannya di pagi hari. Dan mimpi itu bukan kali pertama, melainkan terjadi seperti sebuah cerita yang berurutan.

Sebelumnya, di alam tidurnya ia bertemu dengan seorang wanita yang tidak ia kenal. Bahkan ketika di pagi hari, ia sudah lupa seperti apa wajah wanita itu. Keesokan malam dilanjutkan pertemuannya dengan seorang pria yang hanya terlihat layaknya siluet.

Malam tadi ... mimpinya adalah ia bercinta dengan pria tersebut.

“Ini gila! Apa sebenarnya yang terjadi padaku? Bahkan suara pria itu seolah masih terngiang di telingaku.”

Mesra dan mendayu ... itu yang didengar oleh Ivyanne, yang hingga kini masih terus berdengung di kendang telinganya. Jika sebelumnya ia tak merasakan apa pun saat bertemu dengan wanita asing itu, kali ini, ia ingin mengulang percintaannya dengan pria itu.

Ivyanne memukul kepalanya sendiri, menyadari kebodohannya kala menyadari tak mungkin akan bisa mengulang kejadian bawah sadarnya malam tadi. Itu hanya sebuah imajinasi yang terbawa ke alam lain dan berputar seperti sebuah film ketika tidur.

Ivyanne kemudian mulai menyibukkan diri dengan pekerjaannya mengurus Micah dan Mason. Namun, matanya tak pernah lepas memerhatikan Zach yang sesekali tampak berseliweran.

Artinya, sungguh-sungguh berseliweran. Karena memang Zach sudah memindahkan kantornya di mansion utama dan mereka tinggal di mansion utara sama seperti sebelumnya, saat Ivana masih ada. Zach tak ingin mengubah apa pun, kecuali beberapa hal seperti lemari minuman dan hal-hal kecil lainnya.

Kesibukan Ivyanne dan Zach tampak layaknya sebuah keluarga. Ivyanne dengan bayi-bayi kecil yang lucu, dan Zach yang sesekali menengok kondisi mereka dan bermain bersama Micah dan Mason saat waktu istirahat. Lalu kembali tenggelam dalam pekerjaannya setelah itu.

Dan di malam hari pun, keduanya tak pernah saling berkomunikasi secara langsung. Dan jika pun terjadi, hanya sebuah kebetulan karena Zach akan lebih memilih untuk menghindar dari wanita mana pun.

***

Zach mendengar namanya dipanggil seperti biasa. Ia bergegas menghentikan pekerjaan yang sejak tadi menenggelamkannya.

“Ivana ... kau di mana? Aku akan mencari ke kamarmu,” ucapnya, seolah sedang berkomunikasi dengan Ivana di hadapannya. Namun sesungguhnya, tentu saja tidak.

“Tidak, Zach! Hari ini, aku yang akan datang ke kamarmu. Tunggu aku di sana.”

Zach mengembangkan senyum dan bergegas merapikan pekerjaannya sebelum kemudian menuju ke ruangan sakral mereka.

Ia menanti di sana. Namun, Ivana tak juga datang.

“Kau di mana, Ivana?” Ia menggumam. Dan seolah mereka terkoneksi dengan batin satu sama lain, Ivana terdengar menjawab di sela tawa renyahnya.

“Kau tidak sabar, ya? Tunggu, sayang ... ada yang harus kubereskan sedikit lagi.”

Zach berdecak, kesal. Ia sudah tak sabar ingin bertemu dengan sang istri dan kembali menghabiskan malam yang indah bersamanya. Namun, Ivana tampaknya lebih sibuk dibanding kemarin hingga tak jiga muncul di ambang pintu.

“Baiklah, Ivana. Aku tak sabar dan akan menyusul ke kamarmu.”

“Baiklah ... aku tunggu di sini saja kalau begitu.”

Zach melangkah dengan perasaan bahagia yang membuncah. Setelah sekian lama tak pernah berinteraksi seperti kali ini, akhirnya mereka seolah dipertemukan dan kembali bersama. Meski hanya bisa bertemu di malam hari.

“Kau lama sekali, sayang,” omel Zach saat sudah berada di dalam ruangan pribadi Ivana. Wanita itu mengulas senyum di wajah cantiknya.

“Kau ini tidak sabaran.” Ivana tersenyum lagi. “Masuklah, sayang.”

“Kau tidak memakai gaun malam itu lagi?”

Ivana menggeleng.

“Gaun ini juga bagus, kan?”

Zach tak peduli, tidak juga memberi jawaban atas pertanyaan Ivana. Ia meraih pinggang wanitanya itu dan mema*ut bibir ranumnya yang semakin manis. Aroma cherry itu kembali menguar seolah meledak di dalam mulut Zach.

Manis dan harum ....

Ia memang berjanji untuk tidak merobek gaun malam kesukaan Ivana. Namun, yang ini, gaun biasa saja yang tidak terlalu istimewa. Zach akan belikan yang terbagus sebanyak yang Ivana mau. Berapa pun harganya.

KRAAK!!!

“Zach! Kau merusaknya lagi! Aku suka gaun ini!” Wanita itu memberengut. Zach mengabaikan reaksi sang istri dan tetap melanjutkan apa yang telah ia mulai.

Ia tak akan menyiakan setiap waktu di mana dirinya dan Ivana bisa bertemu. Dirinya dan waktunya hanya untuk Ivana.

***

“Ivyanne ....”

Panggilan itu sudah layaknya mantra atau mungkin teman bagi Ivyanne yang mendengarnya bahkan nyaris setiap saat. Namun, kali ini ia tengah terlelap dan bisikan yang ia dengar barusan terasa seperti Nina bobo.

Ia terpejam dengan senyum di bibirnya.

Sayangnya ... tidak saat ia terbangun di pagi harinya.

Ivyanne merasakan hawa hangat di pipi dan sekujur tubuhnya. Tubuhnya juga. Entah apa yang terjadi padanya semalam, padahal hanya sekadar mimpi. Namun, efeknya seakan nyata. Sama seperti malam-malam sebelumnya. Dan sebelumnya.

Ia berusaha bergerak, tetapi seperti ada lengan kokoh yang menghalangi dan mendekapnya dengan sangat erat. Ivyanne mendongak, mengerjap kala wajah rupawan itu tampak di pelupuk matanya.

Ini pasti mimpi!

Tangannya bergerak perlahan, mengucek matanya dan sosok tampan itu tetap berada di sana. Tanpa busana dan hanya terbungkus sehelai selimut yang mereka pakai berdua. Dirinya juga dalam keadaan yang sama, rupanya.

Oh, apa yang sudah terjadi? Mengapa Ivyanne bisa ada di kamar ini? Padahal jelas, semalam ia sudah terlelap di kamarnya.

“Ivana ... kali ini kau tidak lagi bisa pergi meninggalkanku di pagi buta seperti biasanya. Aku akan terus mendekapmu,” racau Zach dalam lelapnya.

Pria itu pasti mengigau!

Dan saat ia membuka mata, bukan Ivana yang ia temukan berada dalam rengkuh lengannya, melainkan Ivyanne, pengasuh dari dua putra kembarnya.

Dan secara bersamaan, mereka memekik, mempertanyakan kondisi mereka saat ini.

“Tuan Levy, mengapa kau ada di sini?”

“Ivy, apa yang kau lakukan di sini?”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!