Ivyanne sudah selesai menidurkan dua bayi lucu yang sejak pagi menempel terus padanya. Untungnya, pekerjaan Ivyanne hanya menjaga Micah dan Mason, bukan urusan rumah tangga lain.
Zach sudah mengatakan padanya untuk fokus hanya pada dua bayi itu. Meski begitu, Ivyanne tak bisa menepis rasa ingin tahunya mengapa pria seperti Zach tidak memiliki pendamping atau menikah saja agar ia bisa mendapat paket lengkap. Untuk mengurus anaknya, juga dirinya.
Ivyanne keluar dari kamar si kembar dan menuju ke dapur untuk mengambil minum.
Ia sudah sepakat dengan Zach, bahwa dirinya akan tinggal di mansion pria itu selama masa percobaan. Dan setelahnya, jika ia bertahan, ia bebas memilih apakah akan terus tinggal di sana atau kembali ke flatnya yang sempit dan pengap.
Ivyanne baru meneguk segelas airnya, sesosok pria sudah berdiri di hadapannya saat ia berbalik.
PYARRR!
Gelas di tangannya meluncur dan pecahannya berserakan di lantai seiring jantungnya yang seolah berhenti berdegup sesaat tadi.
Zach. Ternyata pria itu yang tengah berdiri di seberang meja bar. Mungkin dengan tujuan yang sama, mengambil minuman atau makanan.
“Tuan Levy, kau mengagetkanku,” lirihnya, lega karena bukan penjahat atau setan yang ada di hadapannya.
Di ruangan itu, terdapat sebuah lemari kaca yang di dalamnya berjajar botol minuman beralkohol yang Ivyanne berani jamin harga satu botolnya pasti mampu membayar kuliahnya selama satu tahun.
Pasti Zach hendak menuju ke lemari itu untuk mengambil minuman. Dan urung ia lakukan karena kini dirinya bergegas menuju ke arah Ivyanne yang tengah berjongkok memunguti pecahan gelasnya.
“Kau ini ceroboh sekali. Tidak perlu dipunguti seperti itu, nanti tanganmu terkena pecahannya.”
Baru selesai bicara, justru telunjuk Zach-lah yang tampak meneteskan cairan merah kental.
“T-Tuan Levy, telunjuk Anda berdarah!” seru Ivyanne, panik. Lantas bangkit dan mengambil kain lap yang pertama kali ia lihat dan ia gunakan membungkus jari Zach.
“Maafkan aku, karena kecerobohanku—“
“Sudahlah, ini bukan apa-apa bagiku.” Zach menyingkirkan kain dari tangannya. “Namun, akan jadi bahaya jika kau yang mengalaminya. Tinggalkan saja! Aku akan menyuruh pelayan untuk membereskannya.”
“T-tapi, Tuan—“
Zach tidak menjawab sanggahan Ivyanne. Ia hanya menoleh pada gadis di hadapannya dan mengunci tatapannya pada kedua manik mata berwarna gelap milik gadis itu.
Tatapan mereka beradu. Ivyanne seolah takluk pada tatapan itu. Ia mengangguk, kemudian bangkit dan menjauh dari sana.
Sejujurnya tak hanya Ivyanne, Zach pun merasakan getaran aneh saat tatapannya bertumbukan dengan sepasang bola mata Ivyanne. Dan sekali lagi ia tepis rasa itu.
Selalu ia lakukan setiap ia bertemu dengan wanita. Tak akan ia beri kesempatan hatinya untuk romansa, sejak ia kehilangan Ivana.
Zach menuju ke lemari kaca, mengambil sebotol minuman, lalu menyiram lukanya dengan alkohol di wastafel. Ia kemudian membungkus telunjuknya dengan perban, sementara Ivyanne hanya memerhatikan dari jauh.
Lalu tak berapa lama, seorang wanita masuk ke ruangan di mana mereka berada dan membersihkan kekacauan yang dibuat oleh Ivyanne.
Kapan pria itu memanggil pelayan? Ia bahkan sejak tadi sibuk dengan lukanya.
Merasa bulu kuduknya meremang, Ivyanne tak ingin berlama di sana. Ia memilih untuk masuk ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar dua bayi asuhannya.
Ia menenggelamkan diri di ruangan pribadinya.
Ini pertama kalinya ia berada di tempat semegah ini. Ada perasaan tak nyaman terlebih suasana aneh dan mistis yang sangat terasa. Dan satu lagi, sikap Zach terhadapnya, membuat Ivyanne bergidik.
Zach sangat dingin dan misterius.
Ia jadi mengingat beberapa acar televisi favoritnya mengenai kriminalitas yang menggambarkan seorang serial killer persis seperti Zach saat ini.
Ivyanne bergidik ngeri.
“Tuhan, lindungi aku,” ucap Ivyanne kemudian membungkus tubuhnya dengan selimut hingga kepala dan terlelap.
***
“Zach ....”
“Zach ....”
Zach terlihat gelisah dalam tidurnya. Ia melihat Ivana, di tempat yang jauh yang tak terjangkau olehnya.
“Zach, aku di sini ....”
Ia membuka mata, terbangun karena panggilan yang tak henti membisiki telinganya. Memaksanya bangkit, seolah menuntut dirinya untuk membayar hutang rindu yang tak ternilai selama satu tahun ini.
Ivana belum lama pergi. Namun, rasanya seperti baru saja terjadi.
Padahal belum lama Zach rasakan bahagia menikmati perasaan cinta yang tumbuh, tiba-tiba ia harus kehilangan.
“Ivana ... apakah itu kau?” lirih Zach. Bangkit dari ranjangnya, kemudian mulai melangkah mencari keberadaan wanita tercintanya itu—seolah Ivana tak pernah pergi, hanya sedang mengajaknya bermain petak umpet saat ini.
“Ivana, jangan terlalu jauh! Aku tidak bisa menemukanmu. Kau di mana?” ucapnya lagi.
“Aku di sini, Zach ... sebentar lagi kau akan tiba di tempatku. Jangan sampai tersesat, oke?”
Zach terus berjalan dan membuka tiap-tiap pintu ruangan yang ada di mansionnya. Tiba di satu pintu, ia terhenti. Aroma tubuh Ivana tercium jelas olehnya. Ia memejamkan mata dan mengendus perlahan.
Benar! Ivana pasti ada di dalam.
Meski hanya arwah, Zach tak masalah asalkan bisa bertemu dengan wanitanya itu. Di sini, di ruangan khusus yang dulu ia sediakan untuk Ivana. Dan ketika ia buka pintu, memang benar. Ivana ada di sana, berbaring menyamping menggoda Zach untuk mendekat dan mencumbuinya.
Wanita itu tersenyum.
“Apakah kau merindukanku, sayang?” tanyanya, terdengar mendayu.
Zach tak sadar mengangguk perlahan. Matanya berair. Air matanya mulai tumpah setetes demi setetes melihat penampakan Ivana yang begitu nyata dan cantik dengan balutan gaun malam pemberiannya.
Zach berjanji tak akan merobeknya lagi kali ini, asalkan boleh mencumbui dan kembali menggumuli wanita itu semalaman. Ia bahkan bersumpah tak akan berhenti sampai ia puas dan tak akan biarkan Ivana pergi lagi.
Ia lalu berubah menjadi wujud seekor lycan yang pernah menakuti Ivana saat pertama kali melihatnya. Namun, kali ini Ivana tidak berpindah dari posisinya. Ia tak takut sama sekali, melainkan justru makin menggoda Zach yang menatap dengan kilat penuh gairah di matanya.
Ivana dengan telunjuknya yang ia gerakkan, memanggil Zach agar mendekat.
Pria itu tak perlu dipanggil. Di mana ada Ivana, ia pasti akan menghampiri.
Zach akhirnya menerjang Ivana. Hasratnya tak terbendung lagi sekarang. Ia bahkan tak peduli makhluk apa yang ada di hadapannya saat ini. Baginya, apa pun wujudnya, jika itu memang Ivana—istrinya yang merupakan wanita teristimewa di hatinya, maka ia akan selalu mendekat dan ada di mana pun Ivana berada.
Bahkan jika itu di neraka sekali pun.
Ia lum*t bibir sang istri dengan rakus, perpisahan telah menjadikan Zach begitu merindu hingga tak kuat lagi menahannya saat ini.
Zach menepati janjinya. Ia membiarkan gaun malam itu melekat di tubuh Ivana. Hanya ia singkap bagian bawah dari gaun yang melekat sempurna di tubuh sang istri, saat dirinya siap untuk memasuki wanita tercintanya itu. Kali ini, tidak kan ada ampun untuk wanita itu. Juga untuk dirinya.
Ia rindu. Sungguh rindu, sampai rasanya ingin mati menyusul Ivana saat tahu bahwa sang kekasih tak punyai harapan hidup lagi.
Desa*an serta lengu*an yang saling beradu penuh cinta mulai mengisi ruangan itu. Hal yang sudah lama tidak lagi terdengar di telinga Zach kini kembali bisa ia nikmati. Suara merdu menggugah gairah itu, kini bisa ia dengar dan mungkin akan terus akan ia dengar setiap malam.
Demikianlah harapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 15 Episodes
Comments