Tak terasa bagi Kaya dirinya sudah bekerja sebulan di perusahaan Adrian. Sering lembur dan pulang malam membuat Kaya harus membawa mobil setiap hari ke kantor. Namun tiba-tiba mobilnya mogok di tepi jalan raya. Ia keluar mobil dengan perasaan kesal.
“Sial, pakai mogok lagi nih mobil!” Kaya menendang ban mobilnya sendiri.
“Aw! sakit!” Kaya menyerngit kesakitan sambil mengangkat kaki kanannya.
Sebuah mobil tua berhenti di samping mobil Kaya. “Kenapa mobilnya dek?” tanya pria paruh baya dengan genit.
“Mobilnya mogok pak,” jawab Kaya.
“Bareng saya aja dek? Di jamin aman?!” ajaknya dengan genit.
Idih, najis amit-amit! Udah tua masih aja genit! Dasar tua-tua keladi?!
Kaya menyengir. “Tidak usah pak! Saya sudah di jemput seseorang.” Kelak Kaya.
“Yah saya kalah start dong.” Ucapnya memelas.
Apaan sih nih om-om keladi?
“Yasudah kalo gitu, saya duluan yah dek cantik.” Bapak itu tersenyum dengan mata genit sambil melambaikan tangan.
“Heheh, iya pak.” Kaya menyengir sambil melambai juga.
Ih, dasar bapak-bapak ganjen! desis Kaya dalam hati setelah mobil itu pergi.
“Hadeh gimana nih? Aku harus panggil siapa? Malah udah mau jam 9 lagi? Aku bakal telat ini?”
“Apa Nusa aja yah aku panggil?”
“Ah, mungkin aja dia udah datang ke kantor, malah angkot belum muncul juga lagi.”
Kaya dari tadi menggerutu sendiri sambil mondar-mandir mencari ide untuk ke kantor dengan cepat.
“Hadeh, pusing deh!” Kaya menepuk jidatnya.
Kaya mengambil kunci mobil dan tas di dalam mobilnya, lalu mengambil ponsel di dalam tas. Kaya mencari nomor bengkel yang sudah dia kenal sejak dulu untuk mengambil mobilnya di jalan. Saat melihat mobil Adrian dari arah belakang yang tak jauh. Kaya langsung buru-buru maju ke depan mobil.
“Pak saya tutup dulu yah! Nanti saya WA alamatnya, terimakasih!”
Mobil Adrian sudah semakin dekat. Kaya langsung melambaikan tangan ke depan mobil Adrian dan berteriak memanggil namanya. Namun Adrian melewatinya begitu saja tanpa melihat Kaya yang sudah melambaikan
tangan.
Kaya yang melihat mobil Adrian melaju dengan cepat dan sudah jauh kesal sekali.
Masa ia dia tak melihat aku? Apa aku ini kurang besar kali badannya makanya tak kelihatan?
Atau dia yang berpura-pura tak lihat? Jika ia? Awas aja dia aku bikin jadi dua? Batin Kaya kesal.
“Terpaksa menunggu angkutan umum deh!” Kaya bersandar di kap mobil dengan menunggu mobil angkutan umum lewat.
****
Kaya memasuki kantor dengan keadaan rambut yang sudah acak-acakan dan lepek. Dirinya belum sempat merapikan rambutnya karena sudah telat ke kantor.
Kaya berjalan memasuki ruangan dengan senyum di wajahnya walau hati kesal, badan gerah dan rambut yang lepek berantakan. Tapi tidak membuat kecantikannya luntur.
Semua karyawan di sana sudah menghormati Kaya karena jabatannya yang tinggi atau setara dengan Nusa. Semua menyapa Kaya dengan ramah dan Kaya membalasnya dengan senyum ramah juga.
Karyawan di sana apalagi pria selalu memuja kecantikan Kaya dengan menatapnya terpesona setiap Kaya lewat. Terkadang para pria iri dengan bos mereka dan Nusa yang bisa mendekati Kaya.
Kaya masuk ke ruangan dan mencoba membereskan rambutnya yang lepek karena naik angkutan umum.
“Kayaaa!” Teriak Adrian yang membuat Kaya belum nafas duduk harus berdiri lagi menuju ruangan Adrian.
Kaya langsung membuka pintu Adrian. “Iya pak. Bapak memanggil saya?”
“Kamu kenapa telat?” tanyanya cool sambil duduk menyilang.
*Tanya lagi?! *Bukanya, kau udah tahu kampret! dumelnya dalam hati. Padahal belum tentu Adrian melihat Kaya tadi.
“Mobil saya mogok pak,” jawab Kaya.
“Lain kali, saya enggak mau tau kenapa kamu telat!” tegasnya.
“Baik pak,” senyumnya.
“Yaudah, kamu bisa balik lagi ke tempat kamu!”
“Baik pak, makasih pak.” Kaya menutup pintu dan berdiri di depan pintu ruangan Adrian.
“Gila yah tuh orang! Udah tau aku telat karena apa? Pakai nanya lagi?” gerutu Kaya pelan.
“Hayo? Siapa yang kamu maksud Kay?” Nusa tiba-tiba mengagetkan Kaya.
“Eh copet,” latah Kaya membuat Nusa terkekeh.
“Hadeh Nusa?! Kamu seneng amat sih ngagetin aku tiap hari!” Sinis Kaya sambil mengelus dadanya. “Untung aku enggak punya penyakit jantung!”
“Maaf deh,” nyengir Nusa.
“Udah ah, aku mau balik ke ruangan!” Kaya berjalan menuju ruangan dan Nusa mengikutinya.
“Hadeh panasnya.” Kaya duduk dan menaikin suhu AC.
“Panas yah? Sini aku kipasin?” Nusa mengipas dengan tanganya sambil duduk di depan meja Kaya.
“Udah Nusa enggak usah. Entar tangan kamu yang lemah lembut ini capek lagi.” Gombal Kaya dengan senyum.
“Kay, aku enggak salah dengar kan?” Nusa tercengang mendengar penuturan Kaya, baru kali ini dirinya mendengar seorang Kaya menggombal.
“Kagaklah. Kenapa? Kamu baru digoda sama aku doang yah?”
“Kagak Kay, aku mah banyak yang goda.” Ucap Nusa percaya diri.
“Masa sih!” goda Kaya dengan senyum.
“Yaelah Kay, kamu enggak percaya?”
“Kagak.”
“Yasudahlah, kalo enggak percaya apa boleh buat.” Nusa mengangkat bahunya acuh. “Oh iya, kamu kenapa telat tadi?” tanya Nusa.
“Mobil aku mogok Nus,” jawab Kaya mulai mengetik.
“Kenapa kamu tadi enggak telepon aku?”
“Aku enggak mau ganggu kamu Nus. Pasti kamu juga udah sampai kantor.”
“Yaelah enggak papa kali Kay. Aku akan ada selalu 24 jam buat kamu,” gombal Nusa.
Kaya langsung tertawa. “Kamu yah?! Emang selalu buat aku melayang di atas awan melulu Nus.”
Nusa hanya tersenyum. Mereka seperti biasa berbicang sampai jam makan siang tiba.
****
“Kay, udah jam 12 nih! Makan yuk aku laper nih!” ajak Nusa.
“Kamu duluan aja Nus, aku masih banyak kerjaan!” tolak Kaya masih mengetik.
“Yah kamu mah Kay. Masa, aku makan sendirian lagi!”
“Kan, ada pak Adrian.” Ucap Kaya menatap Nusa.
“Dia juga katanya enggak mau makan.”
“Tau dari mana kamu Nus, nanya aja belum?”
“Barusah WA aku tadi.”
“Ohh? Aku serius nih, enggak bisa banyak kerjaan. Sory.”
Kaya meminta maaf dengan tangannya dan muka yang di buat puppy eyes membuat Nusa menjadi gemas. Ingin rasanya Nusa mengarungi Kaya. Eh, emang Kaya beras.
“Yaudah deh, aku ajak cewek lain aja.”
“Bye.., bye.., ingat jangan suka genit sama cewek. Nanti, aku marah nih.” Ucapnya cemberut dengan kedua tangan dilipatkan ke dalam dada.
“Kayaku sekarang udah bisa yah ngegoda aku?!” Nusa terkekeh dengan memainkan matanya dan menutup pintu ruangan Kaya.
Kaya melanjutkan mengetik pekerjaan. Setengah jam berlalu, dia mulai kehausan dan beranjak mengambil minum di pantri. Kaya melihat Adrian jalan melewatinya, lalu memanggilnya sehabis minum.
“Pak,” panggil Kaya.
“Iya,” toleh Adrian ke arah Kaya.
“Bapak kagak makan?” tanya Kaya.
“Saya ada urusan,” jawabnya datar.
“Oh,” senyum Kaya. Setelah itu Adrian kembali berjalan menuju ruangannya.
“Ih, dasar cowok sok ganteng! Tanya aku gek? Kenapa enggak makan juga?” dumel Kaya sambil minum
lagi.
“Kalo di tanya kan, aku bakal bilang, enggak makan gara-gara kamu kasih kerjaan segudang ke aku?” gerutunya sambil mengambil minum lagi di dispenser.
“Kay,” panggil Adrian di belakangnya.
Mampus? Dengar enggak yah dia, aku bilang apa?
“Iya pak?” Kaya balik badan sambil memegang gelas.
“Nanti abis istirahat ke ruangan saya yah! Ada yang mau saya bicarakan!”
“Baik pak,” angguknya.
“Yaudah saya mau ke ruangan dulu!” Adrian jalan menuju ruangannya.
“Dia denger enggak yah kira-kira?” gumam Kaya sambil berjalan menuju ruangannya.
“Ah sudahlah, biarin aja dia tau! Biar dia mengurangi kerjaanku!"
~ Bersambung ~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
zien
Hadir 🌹🌹❤❤
2021-06-27
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
Kakak Author😉
like, jejak dan semangat hadir lagi ya untuk kakak😊💪
dari "Cinta Pak Bos"😍
mampir lagi yu kak 😊
2020-11-23
1
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2020-11-14
1