Miscall Yang Terbalas

Miscall Yang Terbalas

Cerita tentang aku, CLARA ISABELLA

" Ra,, bantu mak ya panen cabe rawit hari ini di ladang, besok bisa mak bawa ke pasar, lumayan buat membeli bawang dan ikan asin besok, kamu ada kerjaan nyuci tidak hari ini?"

" Iya mak, hari ini gak nyuci semalam sudah, tapi sore aku jaga mak, jadi gak bisa sampe sore" Ara yang sedang mencuci piring di kamar mandi mengiyakan permintaan maknya.

Aku Clara Isabela, berusia sembilan belas tahun saat ini, dan baru menyelesaikan pendidikan SMK di kota kecamatan aku dilahirkan, aku biasa dipanggil Ara sama mak juga Bapak tak terkecuali dengan saudara-saudaraku.

Kmi adalah keluarga besar aku anak ketiga dari lima bersaudara, kakakku yang sulung adalah perempuan namanya Riska dan baru saja menyelesaikan kuliahnya di salah satu Universitas di ibu kota, dan abangku Lihar anak kedua sudah bekerja walau hanya serabutan dan tinggal di luar daerah, dan adikku Luhut laki-laki nomor empat dan kelima sibontot Gomos juga laki-laki mereka berdua masih sekolah di SMP kelas 1 dan SD kelas 2, usiaku memang terpaut jauh dengan Luhut,dan sama Luhut ke Gomos.

Kehidupan keluarga kami terbilang pas-pasan, dan sering mak bilang jika kami itu hidup di bawah garis kemiskinan jadi harus tau diri.

Pekerjaan mak dan bapak adalah petani dengan mengandalkan sebidang tanah yang tidak luas, dan banyak tanaman tumpang sari disana, dan hasil tanaman itu bisa memenuhi kebutuhan kami dan hebatnya mak dan bapak bisa menyekolahkan kami bahkan menamatkan kuliah ka Riska dengan modal sepetak ladang, hebat bukan? Aku selalu bangga dengan orangtuaku, beruntung aku di lahirkan di keluarga yang penuh kasih sayang walau hidup pas-pasan, tapi tak sedikitpun aku mengeluh.

Sebenarnya aku ingin melanjut juga kuliah, tapi melihat mak dan bapak yang sudah mengkip-mengkip nguliahin kaka rasanya gak tega juga melihat mereka, membuatku memutuskan untuk sementara mencari pekerjaan saja setidaknya bisa meringankan beban mak, kasian mak dan bapak yang banting tulang.

Sudah dua bulan selepas aku UAN (Ujian Akhir Nasional) mulai jadi tukang cuci di rumah pamanku dan tiga rumah tetanggaku yang masih kukenal dekat, lumayanlah dalam sebulan aku bisa mendapatkan tiga ratus sampai empat ratus ribu, sangat murah memang dengan upah sebulan diberi delapan puluh ribu kadang ada yang kasih seratus ribu, tapi gak papa lah bisa membantu mak beli beras atau sekedar uang sakuku.

Pamanku mempunyai usaha Jasa telekomunikasi Warung Telepon (Wartel) yang buka dari pukul tujuh pagi hingga jam sebelas malam, mereka mempekerjakan dua orang dengan bergantian, berhubung pekerjanya berhenti aku menggantikannya dan di upah dua ratus ribu sebulan.

Setiap hari aku disibukkan dengan pekerjaanku, aku sangat menikmatinya. Jika jadwal ku jaga di wartel malam aku akan mulai mencuci dari pagi, dan khusus hari minggu aku libur mencuci.

Sebenarnya mak kasian denganku, mak ingin aku bisa kuliah, tapi aku beralasan tahun depan aja biar mak bisa nabung dulu agar mak gak memaksaku terus, sementara aku tau beberapa waktu lalu mak sudah menggadaikan rumah sederhana kami ke Bank demi melunasi keperluan kakak sebelum wisuda, aku gak mau egois, SMK ku aja tamat aku sudah sangat bersyukur saat ini.

Ada saja orang yang melihatku dengan pandangan rendah, mereka yang kehidupannya lebih baik pastinya, tapi sedikitpun tak ada rasa malu dalam hatiku walau pekerjaanku saat ini adalah tukang cuci di rumah orang kaya, yang penting aku selalu menanamkan sikap jujur dan bekerja halal, setidaknya gak minta jajan lagi sama mak.

Pamanku sangat baik, terkadang aku juga disuruh merawat anaknya lumayan makan siang atau malam aku gratis, saat ini aku memanfaat kan tenaga ku untuk ku jual mencuci baju mereka yang berduit, agar tidak membebani mereka yang kusayangi.

Eh iya aku juga aktif di Organisasi pemuda di kampungku, bahkan selalu ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan, dari perkumpulan sekali seminggu, perlombaan-perlombaan antar desa ke desa, kecamatan antar kecamatan baik itu olah raga atau kesenian.

Di Organisasi ini aku hanya seorang anggota, dan ketuanya adalah Rocky seorang pemuda yang kukenal baik, dan masih kuliah di Kota, dari intensitas kebersamaan yang sering membuat dia mengungkapkan perasaannya padaku, dan dengan senang hati kuterima cintanya, disitu ditembak aku mau, dasar akunya yang mengagumi dan terpesona pada seorang Rocky.

Pertemuan kami hanya setiap malam minggu itupun karena Perkumpulan Organisasi yang kami ikuti, Rocky ngekos di kota dan akan pulang sekali seminggu,setelah perkumpulan pastinya selalu akan mengantarku pulang bukti jika dia bertanggung jawab pada keselamatan ku hingga tiba di rumah.

Rocky adalah pria idaman banyak gadis tak terkecuali denganku, disamping wajahnya yang tampan, dia juga laki-laki berwibawa dan pintar, akupun sebenarnya bertanya-tanya kenapa dia bisa jatuh cinta padaku, jika dibanding dirinya dan diriku sangatlah kontras perbedaannya, dia anak dari seorang PNS yang bekerja di kantor Bupati dan mamanya seorang guru PNS juga disalah satu sekolah SD di tempatku.

Usiaku perpaut lima tahun dengan Rocky, bagiku dia cukup dewasa telah memilihku jadi pacarnya, dan Tak ada yang tau jika kami berpacaran, aku yang meminta agar ini menjadi rahasia diantara kami saja, bahkan tak ada perjanjian untuk selalu ngapel karena aku masih takut orangtuaku mengetahuinya, dan Rocky juga menyetujuinya karena aku masih terlalu malu dan merasa tak pantas berpacaran dengannya.

Dari banyak cerita yang kudengar, Rocky adalah seorang Play boy, katanya dia punya banyak pacar, bahkan di tempatnya berkuliah banyak gadis-gadis yang dekat denganya, aku yang mendengar hanya diam saja, yang aku percaya cuma kata yang keluar dari mulutnya, iya Rocky yang aku cintai, yang hari-hari ada di otakku.

Rocky adalah cinta pertamaku, pria yang kukagumi sejak lama, sehingga tanpa berpikir dua kali aku menerima cintanya, terkadang hanya melihat nya sangat cukup mengobati hatiku yang rindu. Bagiku dia pemuda yang sangat baik, tak yakin jika dia itu play boy.

Diary ku jadi tempatku bercerita ketika aku rindu padanya, selalu ku peluk setelah ku ungkapkan kerinduanku pada dirinya melalui tulisan ku.

" Mak besok aku gajian, boleh tidak aku beli HP yang kubilang kemaren?"

Aku sedang mengincar HP yang di jual di Counter HP satu-satunya yang ada di kampungku, dan aku sudah meminta upah cuci ku di bayar di tanggal yang aku tentukan.

" Mak gak bisa bantu ya, kalo duitmu cukup beli lah mak gak larang" Ucap mak tersenyum.

HP yang ku incar adalah HP second Noki* tipe 3330 yang sangat keren di kalangan kami anak muda.

Waktunya aku ingin menikmati keringat ku, bulan lalu aku masih menyimpan sedikit sisa upah ku, jadi rasanya cukup untuk membelinya.

Terpopuler

Comments

hitamanis

hitamanis

jadi inget zaman dulu

2023-10-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!