" Ra,, bisa bantu bibi jaga ade Kevin" Tiba-tiba istri pamanku keluar dari dalam sedikit mengejutkan ku yang sedang menunggu pelanggan di meja kerjaku.
" Bisa bi, bawa kesini aja" Kulihat bibi masuk tanpa bertanya lagi padaku.
Pamanku tinggal di sebuah Ruko berlantai tiga, separuh lantai pertama di buat wartel dan disekat, dan sekatan belakang adalah dapur mereka, untuk kamar dan ruangan keluarga berada di lantai dua, dan lantai tiga hanya digunakan menyimpan barang-barang yang tak terpakai.
Anak pamanku ada dua dan masih kecil usia balita berumur empat tahun dan bayi umur lima bulan, biasanya bibi minta tolong bantu ngasuh Kevin jika bibi repot di dapur sepertinya sore ini, oh iya, bibiku bekerja di kantor perpajakan dan sudah PNS sementara pamanku juga PNS di dinas perhubungan, jadi mereka sangat sibuk sehingga harus punya baby sister untuk mengasuh anaknya.
Udah tiga hari bibi menitipkan Kevin padaku disetiap sore karena baby sisternya kabur, dan terpaksa menitip anaknya pada kaka iparnya tepatnya istri dari saudara paman, yang tak jauh tinggal dari ruko yang mereka tempati.
Dari dalam keluar anak laki-laki tampan yang bukan lain adalah Kevin dan langsung menemuiku.
" Hei,, Kevin ngapain tadi di atas?"
" Tadi Kevin gangguin adek Jo bobok ka, mama marahin Kevin" Dengan polosnya bercerita padaku.
" Hah,, ko di ganggu, ya marah dong mamanya, lain kali kalo adek Jo bobok jangan di ganggu ya" Ucapku mengingatkan, dan kamipun bermain di ruangan sempit meja kerjaku.
Meja kerjaku mirip seperti meja-meja resepsionis yang ada di kantor-kantor loh, disana sudah ada komputer yang pastinya tersambung di setiap telepon yang disediakan pamanku, ada lima kamar yang kedap suara untuk kamar jasa telepon yang disediakan.
Sore ini waktuku banyak bermain dengan kevin, hingga bibi menjemputnya untuk mandi da makan, sementara pelanggan masih sepi, biasa kalo sore, orang kurang beminat untuk menelepon , namun akan ramai di jam tujuh an hingga jam sebelas, sementara hari masih jam enam.
Hari mulai gelap, terlihat dari pintu kaca wartel seseorang turun dari motor dan masuk ke dalam wartel.
" Bang Rocky!" Dia hanya tersenyum ke arahku dengan membawa sebuah HP yang sedikit lebih kecil dari yang sering kulihat, dan memasuki kamar telepon yang ditengah dan menutup kembali terdengar suara cetekan, berarti dia menguncinya.
Kulihat nomor tujuan di monitor, sepertinya luar daerah dan aku pikir itu adalah keluarganya.
Orang-orang sudah berdatangan untuk menelepon, dan pastinya aku mulai sibuk, melayani mereka, tiba-tiba ada seorang ibu menghampiriku,
" Dek,, bisa minta tolong " Si ibu menyerahkan tulisan di secarik kertas, disana tertulis nomor telepon.
" Ohhh,, mau menelepon ya bu? Oh bisa, sebentar ya? " Kuperhatikan tinggal satu kamar yang kosong dan itu ada di ujung, aku melewati kamar dimana bang Rocky menelepon, terlihat dia begitu asik, dan sedang menyisir rambutnya dengan jarinya.
Ku tekan beberapa angka yang di secarik kertas itu, setelah terhubung kuberikan kepada si ibu tadi dan berlalu.
Kutoleh lagi ke arah bang Rocky , masih dengan teleponnya, aku diam saja dan berlalu, tak lama terdengar mesin print berbunyi, ternyata ada yang sudah selesai menelp, aku menunggu saja sambil membuka-buka majalah yang edisinya sudah lama berlalu,
" Berapa dek?" Seseorang menghampiri mejaku dan menanyakan, ternyata bang Rocky.
" Ohh, abang, sebentar ya" Aku menyobek kertas yang sudah terprint barusan dan menyerahkannya ke bang Rocky.
" lapanblas sembilan ratus bang" Ucapku.
Bang Rocky mengeluarkan lembaran dari dompetnya dan memberikan uang duapuluh ribuan, segera ku kembalikan seribu seratus.
Dia tak langsung pulang, namun duduk di bangku tinggi yang ada di seberang mejaku, sehingga dia bisa memandang semua kegiatanku saat ini.
" Tumben abang dah pulang, biasanya kan sabtu," Ucapku mencoba membuka pembicaraan antara kami, karena yang aku tau dia selalu pulang di hari sabtu.
" Hehe, rindu sama kamu," Jawabnya pelan tapi mampu membuat hatiku terbang ke angkasa.
" Bisa aja!" Akupun tersipu malu.
" Besok, kamu gak ikut kumpulan lah ya, kami jaga malan ya kan?"
" Hmm,, kayaknya bang,, tapi kalo paman mau gantiin mungkin ikut" Terkadang paman kalo ga sibuk ato capek mau gantiin jaga di malam minggu, tapi gak sering-sering juga.
" Terus kalo kamu pulang malam siapa yang antar" Bang Rocky bertanya.
" Kadang bapak yang jemput, kalo gak ya pulang sendiri" Ucapku jujur.
" Kalo aku disini pasti aku yang antar" Katanya melanjutkan. Aku cuma diam aja karena terdengar hpnya berbunyi.
Bang Rocky mengeluarkan hpnya dari saku celananya dan melihat sambil tersenyum, kulihat tangannya sibuk menekan-nekan hpnya, aku tak mengerti karena aku tak punya HP, aku diam aja memperhatikannya.
Aku mulai disibukkan dengan pelanggan yang melakukan pembayaran, dan bang Rocky pun terabaikan, namun dia sepertinya santai aja dengan HP yang tak henti-henti di kutak-katik, sering kulihat dia tersenyum memandangi hpnya, dan setelahnya balik lagi jarinya sibuk kutak-katik, sebenarnya aku penasaran dengan kesibukannya, namun aku takut mengusiknya, takut nanti dia pergi meninggalkan aku, sementara aku sangat rindu pingin melihatnya lebih lama.
Akhirnya kubiarkan bang Rocky, aku dengan kesibukanku, dan dia dengan kesibukannya, hingga seseorang datang menyapanya,
" Bang Rocky, lagi ngapain disini?" Kukenal si wanita bernama Hesti, dulu kaka kelasku di SMK, kelihatan dari gestur tubuhnya sangat menyukai bang Rocky, sementara ke aku kurang suka, karena pandangannya seperti pandangan menyelidik.
" Ohh, tadi nelpon" Katanya santai, tanpa melepaskan padangan dan jari jempolnya dari hpnya.
" SMS in siapa bang, serius amat?" Lagi si Hesti menyelidik.
Dalam hati aku baru ngerti kalo bang Rocky lagi ngetik SMS, iya tapi sama siapa? Akupun sebenarnya ingin tau.
" Gak, siapa-siapa, teman kampus aja, " Ujar bang Rocky, dia seperti gak suka Hesti mengusiknya.
" Ngapain kesini? Tuh kalo mau nelpon lagi ada yang kosong "katanya menunjukkan ketidak suka annya.
Aku yang melihat merasa lucu, kubuang pandanganku ke arah printer yang berbunyi melengking mengeluarkan kertas struk biaya telepon, ku sobek dan kuberikan saat seorang ibu-ibu datang membayarnya.
" Lima ribu tiga ratus bu," Ucapku ramah.
Mak datang membawa plastik hitam yang ku tau isinya adalah rantang, kulihat sudah pukul delapan.
" Nah makanmu,"
" Oh iya mak," Mak langsung pulang, baru ingat kalo aku belum makan dari siang, kupegang rantangnya, nasinya masih hangat, aku tersenyum, biasanya mak masak pasti enak.
Tapi aku malu, bang Rocky ada pasti akan melihat laukku yang tak jauh dari ikan asin, padahal ingin segera kusantap karena perutku sudah sangat lapar.
" Ra, makan dulu sana di dapur, biar paman yang gantiin sebentar" Ternyata paman sudah ada di mejaku.
" Nanti aja, mama udah antar nasi nih barusan, belum lapar juga" Ucapku berbohong.
" Ya udah paman ke atas lagi, kirain gak dianterin makanan"
Paman dan bibiku sangat baik, jika aku masuk malam gak pernah sekalipun lupa menyuruhku makan, aku hanya malu jika aku rasa tak menolong mereka aku akan menolaknya, kalo malam gini mak selalu antarin aku makanan, walau lauknya hanya pakai tumis pucuk labu.
Hesti melihatku seperti merendahkan, diangkatnya sudut bibirnya seolah mengejekku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments