Ruangan ballroom untuk acara Michelle sudah penuh dengan sahabat maupun rekan bisnis dari Papanya.
Langkahku mendekat ke arah Michelle yang sedang berbincang dengan seorang laki-laki.
Ku menepuk pundak Michelle yang kebetulan membelakangiku.
" Hei beb..sorry gw telat " ku peluk dan ku cium sahabatku ini " congratulation ya beb buat ultah perusahaan Papa loe"
" Its Oke beb,gw kira lo lupa" Michelle berbisik di telingaku
" Haha..gak bakal lupa beb " kataku riang " eh gw ke toilet dulu yah " sambungku selanjutnya
" Eh..eh bentar dulu " tarik Michelle menghentikan langkahku
" Apa beb" kataku heran
" Ini beb, kenalin dulu temen gw from amrik" kata Michelle melirik sosok lelaki yang sudah sejak tadi memperhatikan kami. Ia tersenyum mempesona memamerkan deretan gigi putihnya.
" Hai gw Axel " katanya mengulurkan tangan dengan lirikan menggoda
" Dilara " ku sambut jabat tangan Axel dengan senyum mengembang.
" Sorry gw ke toilet dulu " Kataku setengah berlari dengan kaki yang masih berdenyut. Sedang lelaki di belakangku memperhatikan dengan senyum smirk.
******
Menahan rasa nyeri di kaki memang sangat menyiksa, aku berusaha berjalan normal seolah-olah tidak terjadi apa-apa tapi sekuat apapun aku menahannya rasanya aku sudah tidak tahan, aku ingin merebahkan tubuh ini di sofa atau apapun.
Mataku bergerilya mencari sofa yang kosong, sambil berjalan perlahan,
" Ahh.. akhirnya " pekikku lega setelah mendapatkan kursi kosong di dekat pintu keluar. "Setelah duduk sebentar aku akan pamit pulang saja " gumamku dalam hati
Pesta yang aku hadiri ternyata pesta perkenalan untuk Michelle yang akan menggantikan Papanya menjadi Direktur Utama di perusahaannya.
Sambil mendengarkan pidato dari Papanya Michelle ku pijit halus kaki yang semakin pegal
" Ahh sial..makin nyeri neh kaki " kataku kesal sambil memijat halus bagian yang agak memar.
" Kenapa kakinya nona" suara barito membuyarkan gerutuku
Ku lihat sumber suara tadi terlihat sosok lelaki tampan dengan senyum menggoda.
" Ehh...emmm " ku coba mengingat lelaki tadi
" Axel " katanya tersenyum
" Ohh iyaa" kataku kikuk
" Kenapa kakinya " Axel begitu perhatian
" Tadi sebelum kesini agak terkilir " kataku meringis
" Ayo gw anter daripada lo nahan sakit terus " tawar Axel sungguh-sungguh.
" Tapi ..emm gw belum pamit ma Michelle " kataku menggaruk hidung yang tidak gatal
" Udah nanti gw aja yang bilang ke dia " ujar Axel meyakinkan
Kubalas dengan anggukan yakin kemudian ia mengantarku sampai lobi, sebenarnya Axel menawariku di antar sampai apartemen tapi kurasa kurang pas jika harus meninggalkan pesta Michelle dan kami juga baru pertama kenal.
Pelan-pelan aku mengandarai mobil Brioku, walau bukan mobil mewah tapi aku cukup bersyukur karena membeli dengan uang tabunganku sendiri, ya walaupun lagi-lagi uang jajan di kasih Mama dan Papa.
Jalanan di Jakarta masih sangat ramai, kota ini memang tak pernah mati apalagi kehidupan malamnya yang selalu glamor dan gemerlap.
Kuparkirkan mobilku di tempat biasa, sepatu hak yang sedari tadi aku pakai aku tinggalkan di mobil dengan sendal swalow yang tadi kubeli di warung langkah kakiku kian ringan.
Sampai didepan lift aku memencet tombol agar pintu lift terbuka,, apartemen yang aku tinggali tergolong yang lumayan mahal, ini hadiah dari papa untuk ultahku yang ke 22 tahun. Sebenarnya di Jakarta aku juga punya rumah yang cukup besar karena jarang ditempati rumah itu sekarang di sewakan, yah lumayankan buat jajan gw..haha
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments