DILARA LOVE
Suara dentum musik yang sangat brisik langsung memekakkan telinga seorang gadis yang baru datang untuk bertemu dengan sahabatnya.
" Hei Lar, long time no see..how are you dear? " peluk seorang wanita muda dengan rambut blonde khas bule.
Aku menyambut pelukan hangat sahabatku yang sudah 2 tahun ini menetap di New York.
" Heiii gadis New York, you still charming beb " Michelle menggandeng tanganku menuju tempat yang sudah ia pesan sebelumnya.
Kami duduk di sofa belakang dengan penerangan yang minim bisa aku lihat betapa mempesona dan cantiknya sahabatku ini. Suara musik yang cozy semakin membuat para muda mudi terlena,di tambah bau alkohol yang sangat menyeruak hidung semakin memperkuat kesan liar di malam yang sepi ini.
" Eh gimana kabar lo, sekarang kerja dimana ? Tanya Michelle penasaran
" Gw baru di terima di perusahaan periklanan, yah mungkin Minggu depan gw mulai bekerja".
" Ohh syukurlah, gw kira lo masih nganggur "
solanya di perusahaan bokap gw lagi butuh karyawan neh beb "
" yah sayang baget yaa beb, kalau belum di terima gw si mau banget. " Aku menjelaskan ke Michelle.
Kami terkekeh bersama, sudah lama kami tidak menikmati waktu berdua bersama, sejak kepergiannya menempuh studi di negeri paman sam otomatis komunikasi kita terputus.
Hampir satu jam kami ngolar ngidul ngobrol, sudah pukul 23.00 aku harus segera pulang karena kantuk sudah menyerangku selain itu juga aku sedang tidak enak badan. Sebelum menemui Michelle aku tadi sempat meminum obat.
Michelle mengantarku ke apartemen yang sudah aku tempati 6 bulan yang lalu karena orangtuaku harus pindah ke Bandung untuk mengelola perkebunan teh milik kakek.
Aku memang bukan dari keluarga kaya raya, tapi orangtuaku cukup berada, kami memiliki perkebunan teh dan beberapa toko bangunan yang cukup besar sedangkan Michelle memang dari keluarga kaya, orangtuanya memiliki perusahaan yang cukup besar.
Kami sudah berteman sejak bangku SMP, keluargaku memang sengaja menyekolahkan aku di internasional school sehingga teman-temanku rata-rata dari kalangan atas.
" Besok jangan lupa dateng ya lar..ke ultah perusahaan Papa" kata Michelle ketika aku hendak keluar dari mobilnya.
" Oke " kataku dengan anggukan mantap
dan turun dari mobil Audi Michelle
" Siip..byee..see u tomorrow " kata Michelle yang ku balas dengan lambaian tangan. sampai melihat mobil Michelle menghilang di jalanan.
Aku memencet tombol lift dan menekan tombol 25.
Triingg..
Pintu lift terbuka, aku berjalan memasuki apartemenku dengan nomor 256. Aku senang tinggal disini karena aku bisa belajar mandiri, sudah sejak kecil orangtuaku selalu memanjakan aku dengan segala fasilitas yang mereka berikan.
Apartemenku hanya terdapat satu kamar tidur, kamar mandi, ruang TV dan dapur, ya cukup nyaman menurutku. Apalagi di tambah pemandangan yang cukup indah lampu-lampu gedung di balkon kamar sudah menjadi hiburan tersendiri untukku. Papa memang sengaja membeli apartemen ini untukku. Sepi si tanpa mereka di sisiku. Tapi aku sudah bertekad untuk mandiri, menjadi sosok Dilara yang Papa banggakan.
Mama dan Papa memang mereka kurang tenang meninggalkan aku sendiri di Jakarta, seringkali mereka membujuk aku tinggal di Bandung tapi kencitaanku terhadap kota ini begitu kuat hingga aku tak sanggup meninggalkan Jakarta.
Disini banyak kenangan terukir. Baik sedih maupun senang, selain itu juga aku tak bisa hidup tanpa teman-temanku yang selalu setia menemaniku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Bakhita Bakhita
lanjut
2020-07-08
1
Cing
nyimak
2020-06-28
1
Raudah Zahir
manarik😁
2020-06-27
1