KEMBALI TAKUT

Nyaring nya dering telepon dari atas nakas mampu membuat Varetta terbangun dari tidur nyenyak nya, kedua mata nya menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong.

Perlahan Varetta menoleh ke samping, tangannya menggapai ponsel Eldio dan mencoba bangkit. Beberapa kali ia meringis merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya sebelum mengamati nomor asing di layar canggih milik Eldio.

"Gue angkat atau nggak?" gumam nya.

Gadis cantik yang baru saja mengubah statusnya menjadi wanita itu terdiam setelah mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, menampilkan sosok lelaki tampan dengan handuk yang melilit tubuh bawahnya dan tak lupa menampilkan perut yang dihiasi 6 kotak tipis.

"Siapa sayang?"

Blushh.

Varetta menunduk, kedua pipi nya terasa hangat karena belum terbiasa dengan sikap manis Eldio. Sedangkan pelaku nya hanya terkekeh sebelum duduk di tepi ranjang sambil mengamati hasil karya di sekitar leher Varetta.

"Sangat cantik," goda Eldio.

Varetta berdecak, ia menarik selimutnya sebatas leher kemudian menyodorkan ponsel pintar yang masih berdering tersebut kepada pemiliknya.

Eldio acuh, ia hendak merebahkan kepala nya di atas paha Varetta namun gadis itu lebih dulu melotot garang ke arahnya.

"Apa?" tanya Eldio polos.

"Pakai baju dulu, nanti masuk angin!" omel Varetta, ia menyembunyikan paha nya membuat lelaki tampan itu mendengus.

"Semaleman gak pakai baju juga gak masuk angin tuh."

Varetta melotot kembali membuat Eldio menghela nafas dan terpaksa beranjak menuju walk in closet, namun sebelum ia benar-benar menutup pintu, suara Varetta kembali menginterupsinya.

"Ini telepon nya–"

"Kamu aja yang jawab, kalau orang gak penting kamu blokir aja," sela Eldio, setelah nya ia langsung melangkah masuk dan menutup walk in closet dari dalam.

Bayangan Eldio menghilang dari balik pintu kaca, meninggalkan Varetta yang kini diam menatap layar yang tak henti-hentinya berdering.

Entah mengapa, perasaan Varetta mendadak tidak sedap. Perlahan ia menggeser icon hijau dan menempelkannya sebatas telinga. Suara grusak-grusuk di seberang sana terdengar sebelum suara wanita menggantikan asistensi Varetta.

"Akhirnya kamu angkat telepon aku, kamu dimana sayang? aku sampai di Indonesia, bisa jemput aku di bandara sekarang?"

Detak jantung Varetta terpompa dua kali lebih cepat, ia menatap layar ponsel yang masih tersambung dengan perasaan yang bercampur aduk.

Varetta memejamkan kedua mata nya, ia mulai menetralkan rasa gugupnya meski harus menelan ludahnya dengan susah payah.

"H-halo?"

Seseorang di seberang sana nampak terdiam lama sebelum kembali bersuara. "Hallo? ini nomor Eldio kan?"

"M-maaf, salah sambung."

"Oh, astaga. Saya pikir ini nomor tunangan saya, maafkan saya telah mengganggu kenyamanan anda. Sekali lagi saya minta maaf."

Tangan kiri Varetta terkepal kuat, tubuhnya terasa lemas mendengar pengakuan dari wanita di seberang sana. Sekali lagi, ia menelan obat pahit setelah memberikan sesuatu yang berharga kepada orang lain.

Seharusnya ia sadar, seharusnya ia tak melupakan fakta jika ia benar-benar pemain figuran.

Setetes air mata turun hingga jatuh mengenai selimut putih tebal yang ia gunakan. Varetta mengambil nafas, ia tetap mencoba kuat di sisa tenaga yang ada.

"Maaf, kalau boleh tau siapa nama tunangan kamu?"

Suara grusak-grusuk di seberang sana terdengar. "Maaf disini sangat ramai. Bisa Anda ulangi pertanyaan tadi?"

"Siapa nama tunangan kamu? siapa tau saya bisa sedikit membantu kamu," ulang Varetta tegar, jantung nya berpacu tak beraturan menunggu jawaban diseberang sana.

"Ah, terimakasih. Dia seorang CEO muda, Eldio Agradip–"

Pupus sudah harapan Varetta, air mata yang sejak tadi ia tahan langsung luruh begitu saja tanpa bisa ia cegah.

Varetta mengakhiri sepihak panggilan tersebut dengan kasar, tangan putihnya bergerak cepat di atas layar untuk memblokir nomor tersebut.

Kata kan lah ia egois, namun kali ini Varetta benar-benar takut kehilangan seseorang lagi. Ia telah memberikan mahkota berharganya kenapa Eldio, ia baru saja menemukan rumah untuk berpulang ketika lelah, ia tak ingin lagi kesepian, ia tak ingin lagi kehilangan rumah. Sudah cukup kehilangan Papa nya membuat dunia Varetta hancur.

Suara pintu kaca bergeser mampu membuat Varetta mematung, tangannya bergerak untuk menghapus air mata nya dengan cepat sebelum Eldio tau. Namun sial sekali, lelaki itu lebih dulu tau dan menghampiri wanita nya.

"Heii, kenapa?" tanya panik Eldio.

Varetta menggeleng, ia meringis kecil untuk menyembunyikan rasa sakit hati nya.

"A-aku gak bisa jalan," bohongnya.

Terdengar helaan nafas lega dari Eldio, lelaki itu mengusap sisa air mata di pipi Varetta sebelum mengecup kedua benda itu bergantian.

"Mau aku panggilin dokter?" Varetta menggeleng.

"Aku mau sekolah."

"Gak boleh!" tolak tegas Eldio. "Aku bakalan izin ke sekolah kamu."

"Nggak, kamu udah banyak izin ke sekolah aku. Aku takut mereka curiga kalau kita ada hubungan."

"Kan memang ada hubungan, kita udah nikah."

Varetta terdiam lama, ia menangkup kedua pipi Eldio dan mengelusnya lembut. Kedua matanya kembali berkaca-kaca.

"Janji jangan tinggalin aku."

Eldio menghela nafas pelan, ia menarik Varetta ke dalam pelukan nya dan mengelus punggung polos istrinya dengan lembut. Sejujurnya ia juga merasa takut, dia sendiri juga bingung dengan perasaan kepada Varetta.

Ia nyaman, ia tenang, Varetta adalah tempat ia pulang ketika ia merasa lelah. Namun lagi-lagi, Eldio takut mengkhianati janji nya kepada Tuhan untuk sehidup semati dengan Varetta.

"Pak..." lirih Varetta.

Eldio menggeleng, ia tersenyum kecil sebelum mengangkat tubuh ramping yang di lilit selimut tebal itu menuju kamar mandi. Ia menurunkan tubuh Varetta ke dalam bath up dengan perlahan.

"Saya yang akan mengantarkan kamu ke sekolah langsung, kalau ada apa-apa, panggil saya, ya?"

Pintu kamar mandi tertutup membuat tangis Varetta kian menjadi, ketakutannya semakin nyata. Rasa menyesal semakin menghantui otaknya saat melihat selimut putih tebal itu dihiasi bercak darah. Tangan mungilnya menyalakan kran shower, membiarkan air tersebut menyatu dengan air matanya.

"Papa, Varetta takut." Isak nya pilu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!