Raya pagi ini menghabiskan sarapannya sendiri tanpa ditemani Tessa dan Bayu. Tessa akan keluar kota selama beberapa hari karena harus meninjau cabang bisnisnya yang baru saja di resmikan.
Saat hendak bangkit dari meja makan ponsel Raya berdering. Raya mencari ponselnya yang sudah dia letakan di tasnya.
“Om Bayu, ada apa?"
“Kamu masih di rumah?”
“Iya, Om. Raya masih di rumah sebentar lagi berangkat ke Cafe.”
“Saya sudah di depan. Saya antar kamu ke Cafe.”
“Tapi om...” Bayu segera mengakhiri panggilan telpon secara sepihak sebelum Raya selesai berbicara.
Beberapa menit kemudian terdengar suara deru mobil Bayu didepan rumah. Raya berjalan cepat menghampiri Bayu.
“Masuk.” Bayu meminta Raya segera masuk ke dalam mobilnya.
"Om, bukannya sudah berangkat ke kantor ya?"
"Belum. Tadi ada pekerjaan masih di sekitar sini."
“Om sebenarnya tidak perlu jemput Raya, biasanya juga Raya naik taksi.”
“Tidak masalah, masih banyak untuk sekedar mengantar kamu ke Cafe arahnya juga searah dengan kantor. Lagi pula saya gak rela kalau kamu naik taksi terus.”
“Kenapa, Om?” tanya Raya sambil memasang sabuk pengaman
“Kamu udah cantik begini, menang banyak supirnya.”
“Om jangan buat Raya jadi percaya diri berlebihan.”
"Ini bukan pujian tapi kenyataanya seperti itu." Bayu tertawa sedangkan Raya tengah sibuk menyembunyikan pipinya yang semakin memerah karena malu.
Ini pertama kalinya Bayu tertawa lepas di hadapan Raya. Ada rasa senang bercampur bangga saat orang yang selalu terlihat pendiam dan dingin melepaskan tawanya begitu saja.
Bahkan ini pertama kalinya Raya merasa bahagia saat di tengah ke ramaian kota.
"Kamu pasti pusing sekali karena belum terbiasa dengan kemacetan seperti ini. Pemandangan biasa di kota besar."
Raya hanya mengangguk menyetujui pernyataan Bayu. Tidak ada orang yang senang dengan kemacetan tentunya tapi hari ini Raya berterima kasih dengan kepadatan kendaraan semakin lama semakin bagus, batin Raya.
“Kamu sering mimpi buruk ya?” tanya Bayu menoleh kearah Raya sesaat lalu kembali fokus ke jalan yang mulai berangsur longgar.
"Mmm...tidak, Om. Raya tidak pernah mimpi buruk. Rumah Om nyaman dan aman mana mungkin Raya mimpi buruk.”
“Raya, kalau kamu ada masalah jangan sungkan untuk cerita kepada saya atau Tessa, anggap kami seperti orang tua kamu sendiri.”
Raya mengangguk seraya mengucapkan terima kasih atas perhatian yang diberikan Bayu padanya.
Mengganggap om Bayu seperti orang tua sendiri?
‘Aku sudah mencoba tapi tidak bisa, aku mencintai mu om’ Batin Raya
Semakin Raya mencoba untuk bersikap biasa saja. Perasaannya pada Bayu semakin menggila. Apakah dirinya butuh ke Psikiater lagi untuk memeriksakan kejiwaannya.
Tunggu !
Darimana Bayu bisa menanyakan hal seperti itu pada Raya. Memang benar Raya sering mengalami mimpi buruk dan tadi malam juga. Mungkinkah diam-diam Bayu masuk ke kamar Raya.
‘Tidak mungkin, untuk apa om Bayu melakukan itu’
Raya membuang pikirannya jauh-jauh soal itu.
...🌟🌟🌟...
Pukul 7 malam Raya sudah pulang. Raya memilih pulang cepat karena hari ini Cafe tidak begitu ramai. Raya menghabiskan waktunya dengan menonton film dan bermain video game. Waktu berjalan dengan begitu cepat tanpa terasa hari akan berganti.
Raya berusaha untuk memejamkan matanya dan tidur. Tetapi tidak berhasil. Dia hanya berguling ke kanan dan ke kiri mencari posisi yang nyaman dan bisa mengantarnya ke dunia mimpi. Asalkan jangan mimpi buruk itu lagi yang datang.
Raya menyerah. Raya beranjak dari ranjangnya dan mencari-cari obat penenang nya yang biasa dia letakkan di laci meja riasnya.
“Sial! Kenapa aku sampai lupa membelinya siang tadi.”
Raya kembali ke tempat tidurnya dan berusaha untuk tidur secara alami tanpa obat. Raya memejamkan matanya berusaha untuk tidak memikirkan apapun yang bisa menggagalkan rencanannya untuk tidur.
Tiba-tiba terdengar suara pintu kamarnya terbuka. Raya membuka matanya dan berusaha untuk tidak bergerak apa lagi membalikkan tubuhnya dan melihat siapa yang datang.
Bagaimana jika itu perampok? atau siapa saja yang berniat buruk?
Raya semakin ketakutan saat ia mendengar suara langkah kaki itu mendekatinya.
“Aaaaaaggghhhh...” Raya berteriak sekuat mungkin saat tangan orang tak dikenal itu meraba pahanya perlahan.
Secepat kilat tangan kekar itu membungkam mulut Raya. Raya berusaha melepaskan cengkraman pria itu namun tidak bisa.
“Ssssstttt... Raya tenang ini saya.”
Raya menoleh kearah suara itu. “Om! Sedang apa di kamar Raya?”
Belum sempat Bayu menjawab pertanyaan Raya. Pintu kamar Raya diketuk oleh beberapa orang. Sepertinya para maid mendengar teriakan Raya dan panik.
“Nona ada apa? Tolong buka pintunya." Seorang pelayan wanita menggedor pintu kamar Raya
“Katakan kamu hanya mimpi buruk dan minta mereka pergi.” Bayu berbisik ditelinga Raya
“Aaa...aku hanya mimpi buruk. Pergilah aku baik-baik saja,” ucap Raya
“Apakah Nona Raya ingin minum?” tanya pelayan itu lagi
“Ti..Tidak. Kembalilah istirahat aku tidak apa-apa.”
“Baiklah saya akan pergi jika ada perlu sesuatu anda bisa memanggil saya.”
Setelah pelayan itu pergi Raya kembali fokus ke Bayu yang berbaring di sampingnya.
“Om lebih baik sekarang keluar,” ucap Raya seraya menarik selimutnya dan berbaring membelakangi Bayu
“Aku ingin tidur disini,” jawab Bayu santai
“Om sudah gila ya, gimana kalau ada yang melihat Om disini!”
“Aku sudah memastikan tidak ada yang melihat waktu aku masuk ke kamarmu, Raya.”
Sadar akan perubahan sikap Bayu padanya. Raya segera menjauh dari Bayu dan memilih untuk beranjak dari tempat tidur. Namun Bayu segera menarik Raya ke pelukannya.
“Om lepasin, jangan kurang ajar ya!”
“Aku mengangumi mu, Raya.”
Bayu menarik tubuh Raya dan menindihnya. Bayu menyusur leher Raya inci demi inci.
“Om mabuk ya?!” Raya memang mencium bau alkohol dari tubuh Bayu.
Raya terus berontak untuk melepaskan diri dari pelukan Bayu. Tetapi bayu semakin menggila menjelajahi tubuh Raya.
“Aku tidak mabuk sayang, aku sangat sadar dan aku sangat menginginkan tubuhmu malam ini."
“Jangan! Aku tidak ingin mengkhianati tante Tessa. Om sadar tante Tessa itu sudah aku anggap seperti ibuku sendiri."
“Kalian tidak ada hubungan darah jadi tidak ada yang salah jika aku menginginkanmu.”
Bulir-bulir air mata Raya menetes di pipinya. Memang benar dia mencintai Bayu dan ingin memilikinya tapi saat ini dia belum siap untuk menerima semua konsekuensi yang harus dia hadapi.
Raya terus berusaha menjauhkan tubuhnya dari Bayu namun semua itu sia-sia. Raya semakin tenggelam dengan permainan Bayu. Bayu menjelajahi seluruh tubuh Raya. Menjilat, menghisap meremas kadang dia menggigit gemas bagian sensitif Raya yang membuatnya menggelinjang tak karuan.
Malam itu mereka habiskan untuk memuaskan hasrat masing-masing. Rasa cinta dan napsu sudah tidak bisa mereka bedakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Riska ra14
usianya bayu berapa sih thor, aku bacanya Maraton 😅
2020-10-24
0
emilia andriana
keren Thor,,ni 👍👍👍👍👍mendarat
2020-04-02
0
Dede Rina
kapan up lagi
2019-10-27
1