Setelah mendapat telepon dari sahabatnya Raya bergegas untuk mandi dan bersiap-siap untuk ke Cafe. Sekitar satu jam kemudian Raya bergegas untuk sarapan. Di sana sudah ada Tessa yang sedang mengarahkan para pembantu rumah tangga untuk menyusun sarapan.
Bayu datang dengan pakaian rapi dan formalnya. Raya memilih duduk di samping Tantenya.
“Tante, mau ke butik?”
“Biasa Ray, kalau awal bulan gini Tante sibuk karena banyak barang masuk sama meeting sama klien baru.”
“Bukannya tiap hari kamu sibuk, pergi pagi pulang malam,” ucap Bayu sambil meminum kopi hangatnya
Tessa menatap wajah Bayu. Di sana terpancar rasa tidak terima Tessa atas protes yang di lontarkan Bayu. Baginya ini bukan waktu tepat untuk berdebat saat di meja makan dan lagi ditambah ada Raya yang bisa saja merasa tidak nyaman dengan pertengkaran mereka.
Raya menyadari itu atmosfir ruangan mulai berubah. Terlihat mereka saling menahan di untuk tidak melanjutkan percakapan. Raya memilih untuk mengacuhkan dan bersikap biasa saja.
Tessa segera mungkin menghabiskan sarapannya lalu pergi tanpa berpamitan pada Bayu.
“Raya, kamu mau ke Cafe pagi ini?” tanya Bayu
Raya mengangguk seraya menelan roti di mulutnya “Iya, Om."
“Saya mau ke kantor, nanti sekalian saja.”
“Tidak perlu, Om. Raya sudah order taksi online dan sepertinya sebentar lagi akan datang."
“Ya sudah, saya pergi dulu ya."
Bayu pergi meninggalkan Raya yang masih menghabiskan sarapannya. Sebenarnya Raya belum memesan taksi online. Dia tidak ingin suasana hatinya bergejolak lagi saat satu mobil dengan Bayu. Pagi tadi Raya cukup terkejut saat melihat Bayu sedang berenang dengan hanya mengenakan celana boxer. Sungguh pemandangan pagi yang menyejukkan mata. Pria berusia kepala empat tapi masih terlihat sangat gagah dan mempesona.
Sepertinya Raya harus berterima kasih pada Tessa karena memberi dia kamar yang bisa langsung menghadap kolam dengan pepohonan hijau, bunga-bunga cantik dan pemandangan Bayu yang sedang berenang tentunya.
Drrrtt...Drrrt...Drrt...
Suara getaran ponsel Raya menyadarkannya dari lamunan kotornya.
“Kamu dimana sih Ray, sudah jam berapa ini kamu belum ke Cafe juga?”
“Iya...iya aku sudah di jalan.”
“Ya sudah, jangan siang - siang nanti kamu kena macet.”
Raya memutuskan sambungan telpon dari Intan dan bergegas untuk pergi ke Cafe. Sahabatnya itu menelpon di waktu yang tidak tepat gumamnya.
Setelah sampai di Cafe Raya dan Intan segera mengecek laporan keuangan dan meeting bersama para karyawannya untuk memastikan semuanya sesuai dengan apa yang telah di rencanakan.
“Mungkin dari kalian ada yang mau kasih masukan untuk kemajuan Cafe kita?” Raya mempersilahkan para karyawannya untuk memberikan pendapat.
“Kecuali kenaikan gaji,” tambah Intan
Beberapa dari mereka tersenyum dengan pernyataan Intan yang spontan. Intan sudah membaca keinginan merek terlebih dulu.
“Sepertinya kita sedikit renovasi Cafenya supaya Instagram Able.”
“Iya benar juga, Bu. Saat ini kebanyakan pelanggan kita itu anak-anak remaja yang masih hobi selfi-selfi gitu.”
“Boleh juga ide kamu, tapi kita harus cari referensi dulu. Kalau kalian ada ide bisa langsung kasih tahu saya atau Intan dan kalau ide kalian bagus, naik gaji akan saya pertimbangkan.”
Para karyawan senang mendengar berita baik ini. Tentunya mereka segera mencari ide dan akan segera melaporkan hasilnya pada Raya dan Intan.
“Kamu yang benar saja, Ray! Naik gaji? Kamu tahu gak Cafe kita baru aja berkembang kalau keuntungannya kita buat naikin gaji karyawan kita bisa rugi."
Wajar jika Intan tidak setuju dengan keputusan Raya. Cafe mereka memang baru naik dan banyak yang harus direnovasi untuk kemajuan Cafe. Bukan berarti Intan tidak peduli dengan kesejahteraan karyawannya.
“Tenang saja, Tan. Khusus untuk kenaikan gaji aku yang nambahin pakai uang pribadiku."
“Ini yang aku gak suka, kamu sering banget pakai uang pribadi untuk keperluan Cafe."
“Jika gaji mereka kita naikan otomatis kinerjanya juga semakin bagus.”
“Ya udah, terserah kamu tapi ini yang terakhir kamu begini. Bahkan Cafe kita baru beberapa bulan buka kamu sudah dengan gampangnya naikin gaji.”
"Ya sudah, kamu berarti tidak perlu naik gaji kan?"
"Kenapa begitu? Aku juga termasuk karyawan kamu, Raya."
"Hmm... kamu saja tidak menolak di naikan gajinya."
Hari semakin siang dan Cafe semakin ramai. Benar adanya para pengunjung di Cafe mereka didominasi pelajar dan mahasiswa karena memang tempatnya tidak jauh dari salah satu kampus ternama.
...🌟🌟🌟...
Saat pukul 23:30 Raya kembali ke rumah. Raya melihat ke sekeliling pelataran rumah. Mobil Tessa tidak ada. Sepertinya memang Tantenya belum pulang. Memang apa yang di kerjakan di butiknya hingga malam begini.
Saat akan naik tangga Raya melihat Bayu sedang duduk di taman belakang. Raya memutuskan untuk menghampiri Bayu.
“Om,” panggil Raya
Bayu tersentak saat mengetahui keberadaan Raya. Bayu tersenyum ke arahnya dan mempersilahkan Raya untuk duduk.
"Maaf Raya jadi mengganggu Om melamun."
"Kamu ini bisa saja, Raya. Saya, tidak melamun." Bayu membantah pernyataan Raya.
"Jelas Om tidak tahu kapan aku datang."
Bayu kembali tersenyum ke arah Raya dan menatap bola matanya dalam. Raya menjadi salah tingkah dan gugup seketika.
"Tan... Tante...belum pulang, Om?" Raya mencoba mengalihkan perhatian Bayu.
Bayu tersenyum dan menuangkan wine ke dalam gelasnya yang sudah kosong. “Belum Ray, dia akan pulang jika dia ingin.”
"Pasti Tante sangat sibuk sampai tidak bisa kembali ke rumah tepat waktu. Apalagi butik Tante sudah memiliki cabang yang lumayan banyak."
"Itu tidak menjadikan alasan dia bisa pulang dan pergi sesuka hatinya. Dia punya keluarga dan kewajiban seorang istri. Saya tidak masalah jika dia ingin jadi wanita karir dan pebisnis, hanya saja ada beberapa hal yang memang harus dia tinggalkan."
"Apakah Om sudah berusaha mengatakan apa yang sebenarnya Om mau dari Tante?"
Bayu menghela napas, terdiam sejenak. "Sudah berulang kali tapi hanya berujung pertengkaran dan dia tidak kembali ke rumah beberapa hari."
Raya mengangguk mengerti. Sepertinya Raya sudah salah memilih topik obrolan, bisa saja mereka sedang bertengkar sejak pagi tadi.
"Sudah larut malam, sebaiknya kamu istirahat." Bayu beranjak dari duduknya dan mengambil berkas yang dia letakkan di meja.
"Iya, Om."
Kini tinggal Raya seorang diri. Dia mengambil botol wine milik Bayu dan duduk di tepi kolam renang. Meneguknya minuman itu beberapa kali.
"Dia tidak bahagia dengan pernikahannya. Mungkin tidak mengapa jika aku hadir untuk memberinya sedikit kesenangan." Raya tersenyum miring.
"Aku semakin memikirkan ini semakin membuat hati ku bergejolak."
Raya kembali tertawa, merasa dirinya sudah mulai tidak waras. Keinginan macam apa yang dia bayangkan.
"Aku mabuk atau aku memang sekarang menjadi gila?"
Setelah menghabiskan minuman alkohol itu Raya segera memasuki kamarnya. Setelah mandi Raya berbaring di ranjangnya menatap langit-langit kamarnya. Kepalanya terasa sangat berat pengaruh dari minuman beralkohol tadi.
"Om Bayu pasti sudah mencampurnya dengan minuman lain. Sehingga efeknya sangat kuat." Raya memegang kepalanya dengan kedua tangannya.
Beberapa menit kemudian Raya terlelap dalam tidurnya. Terjun dalam dunia mimpinya.
Kedua orang tua Raya sudah tiada. Saat Raya berusia 5 tahun Papanya meninggal karena sebuah kecelakaan sedangkan Mamanya berubah menjadi temperamental. Sering menggunakan kekerasan untuk mendidik Raya. Bukan mendidik tapi lebih tepatnya melampiaskan semua kekesalannya pada Raya. Apapun yang di lakukan Raya selalu salah di mata Mamanya.
Bagi sang ibu Raya adalah penyebab kematian suaminya. Kecelakaan itu terjadi saat Raya meminta untuk diantar ke taman hiburan. Saat itu kondisi Papanya memang sedang tidak sehat karena kelelahan setelah pulang dari luar kota.
Namun, saat itu Raya masih sangat kecil tidak bisa menerima penolakan dari Sang Papa. Raya merajuk dan tidak ingin bicara dengan Papanya. Ungkapan sebuah kerinduan dan rasa ingin terus bersama itu yang Raya inginkan waktu.
Jika saja waktu bisa kembali. Raya tidak akan memaksa Papanya untuk membawanya ke Taman Hiburan dan tidak akan pernah.
'Seharusnya kamu yang mati anak sial'
Itulah yang selalu diucapkan Mamanya pada Raya. Raya memang bukan anak kandung sama halnya dengan Diky. Raya adalah anak adopsi.
Penganiayaan itu terus berlanjut sampai Raya memasuki sekolah menengah pertama. Raya mengurus segala kebutuhan dan keperluannya sehari-hari sendirian. Semua pembantu dirumahnya memilih untuk pergi karena mereka tidak sanggup dengan perlakuan Mamanya yang semakin tak terkendali.
Walaupun begitu Raya tetap mencintai Mamanya dan terus mencoba bersabar. Tidak boleh melakukan kesalahan apapun agar Mamanya tidak memukulinya. Setidaknya itu yang tertanam di otak Raya saat itu.
Untuk kebutuhan finansial setiap bulan pengacara almarhum Papanya memberikan pada Raya. Saat usianya 17 tahun semua warisan akan jatuh ke tangan Raya itulah yang tertulis di surat wasiat Papanya.
Mungkin itulah yang semakin memperburuk keadaan dan rasa benci Mamanya pada Raya semakin besar.
Raya akan menutupi semua perlakuan kasar yang diterima dari ibunya karena dia tidak ingin polisi memenjarakan ibunya. Bagi Raya itu tindakan tidak tahu terima kasih pada orang yang sudah mengadopsinya.
Setelah acara kelulusan Raya dari sekolah menengah atas dan bertepatan di ulang tahunya yang ke 17. Raya mendapatkan kejutan yang sampai kapan pun tidak akan pernah dia lupakan selama hidupnya.
Ya, hadiah ulang tahun terakhir diberikan ibu angkatnya untuk Raya. Mamanya ditemukan gantung diri di kamar Raya. Butuh bertahun-tahun Raya menyembuhkan traumanya karena terus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian kedua orang tuanya.
Ditambah lagi surat wasiat yang di tinggalkan Mamanya yang mengungkapkan bahwa sampai akhir pun tetap tertanam di hati wanita yang selama ini menjadi Mamanya.
‘Kau sudah menguasai semuanya sekarang, jangan harap kau bisa mengambil nyawaku juga. Lihat baik-baik jasadku ini adalah hadiah untukmu sampai kapan pun aku akan terus membencimu anak sial’
Polisi memutuskan kematiannya ibunya murni kasus bunuh diri karena gangguan mental yang dialaminya. Namun Raya masih terus menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi kepada kedua orang tuanya.
Mungkin mereka semua bisa dengan mengambil kesimpulan seperti itu tapi Raya punya rahasia tersendiri atas kasus itu, walaupun dirinya masih di selimuti keraguan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Rini Sumaryanti
up
2019-10-18
1
Pretty Virgin
very well
2019-10-18
3
kirtyyz
semangat thor, btw jangan lupa mampir ya ke novel ku yang berjudul, "my introverted boy", have a great day ! 🖤
2019-10-18
3