Pov Alda
Aku hanya bisa memeluk kiera dengan lembut saat melihat dia menangis, tanpa sadar aku mengeratkan pelukanku padanya, kenapa dia begitu sedih? Apa yang menyebabkannya menangis dengan terisak seperti ini? Aku sangat menyayangi kiara. Tapi, setelah aku pikir–pikir sudah lama aku tidak memperhatikan kiera. Aku terlalu sibuk dengan duniaku sendiri, tanpa sadar aku melupakan adikku sendiri. Anak kecil berumur 6 tahun yang hanya bisa menangis jika dia merasa ada sesuatu yang salah.
"Ara kenapa kok sedih gitu? Ada yang jahat sama kiera? Jangan nangis ya kiera kan anak pintar, nanti kakak yang balas mereka yang jahat sama ara bahkan mereka harus merasakan 10 kali lipat dari apa yang dibuat mereka sama Kiera," Ucapku dengan kejam sambil memeluknya.
Mendengar itu Kiera menatapku dengan terisak - isak dia berkata, "Ara nggak pernah nakal kak Al, Ara bingung sama papa yang selalu marah kalau ngeliat Ara. Papa selalu lebih membela Keila daripada Ara padahal keila yang nakal tapi Ara yang selalu dimarahi. Emangnya Ara nakal ya kak." Ceritanya sambil menangis.
Mendengar itu aku menatap dingin keira, "Keira nggak nakal kok, kakak tau Keira anak yang baik dan pintar gimana bisa nakal. Emangnya keila ngapain Keira?" Tanyaku sambil mengelus rambut keira agar dia tenang.
Sepertinya itu berhasil karena dia berhenti menangis, "Tadi setelah kakak pulang dari sekolah, Keira cuma duduk disofa paling pojok karena Keira takut sama tatapan kakek dan papa. Keira hanya duduk disana. Keira nggak ngelakuin apapun biar papa nggak marah, disana bener–bener bikin Keira takut. Keira nggak tau kenapa tapi Keira ngerasa nggak nyaman dan pengen kembali ke kamar aja," Ucapnya sambil menahan isakkan.
Mendengar itu tanpa sadar aku menahan napas jangankan Keira bahkan akupun merasa disana benar – benar penuh dengan aura intimidasi. Mengerikan melihat semua monster berkumpul dalam satu ruangan tidak ada yang lebih mengerikan dari itu.
"Terus kenapa Keira bisa nangis?" Tanyaku.
"itu tadi sewaktu kakak kekamar, keila dengan sengaja numpahin jus ke dress keira, dress Keira jadi kotor dan lengket padahal ini pemberian papa. Karena kita kedatangan tamu papa berikan dress ini tapi kini jadi kotor dan lengket. Keira marah dong karena papa jarang ngasih Keira hadiah. Keira dorong dia tapi Keira malah dimarahi sama papa karena nakal udah dorong
Keila padahal Keira hanya membalas kenakalan Keila. Kakek juga bilang kalau keira jangan bikin malu dan ngusir Keira dari sana Keira takut dan langsung kekamar," Ucapnya sambil menangis.
Mendengar itu aku hanya bisa menatap sedih kearah adikku, bagaimana mungkin mereka melakukan hal menjijikan itu terhadap Keira. Dia hanya anak kecil yang terlalu polos dan lugu sampai dia tidak tau harus berbuat apa di mansion ini. Dan jelas-jelas keila yang terlebih dahulu memulai pertengkaran tapi kenapa hanya adikku yang disalahkan.
"Jadi karena papa melihat dress kiara kotor, papa menyuruh Kiera keatas dan nggak menyuruh kiera turun lagi. tapi Keira juga pengen kayak Keila yang selalu diajak kemana pun sama papa, Yang di manjai sama papa. Nggak kayak Keira yang selalu dimarahin dan dibenci sama papa." Ucapnya sedih.
Mendengar itu membuat aku benar–benar naik pitam, dan tanpa sadar mencengkram bahu keira dengan kencang. "Keira nggak perlu khawatir, kan ada kakak kita turun bersama. Ayo kamu mandi sebentar dan kakak bakal pilih dress yang nggak kalah cantik dari dress yang papa berikan." Ucapku sambil menghapus air matanya.
"Jadi lebih baik kamu mandi terlebih dahulu," Ucapku sambil tersenyum hangat pada keira. Tapi setelah aku melihat keira menghilang ekspresiku berubah dingin. Tanpa kata aku kembali kekamarku dan membuka lemari bajuku aku menatap kotak pink yang ada disana dan membuka isinya, sambil menghembuskan napas kesal aku mengambil dress yang ingin aku berikan kepada keira sebagai hadiah ulang tahunnya.
"harusnya ini untuk hadiah nanti," Batinku kesal.
Tanpa menunggu lama aku segera kembali ke kamar Kiera dan aku melihat kiera keluar dari pintu kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuh kecilnya, melihat itu tanpa sadar aku tertawa senang. dia imut sekali, "Sini kakak bantuin Keira ganti baju, Keira cantik banget sih mirip mama. " Ucapku sambil menekan pipinya yang halus dan lembut.
"Kak bukannya kita sudah terlalu lama meninggalkan ruang tamu. Nanti Kiera takut kita dimarahi, " Ucap Keira sambil menatapku dengan mata hazelnya yang cantik.
Mendengar itu aku hanya tersenyum pada keira, "Keira nggak usah takut yang harus keira lakukan hanya jangan bertindak lemah didepan siapapun. Okey setelah ini selesai ayo kita kebawah," Ucapku menatapnya sambil mengepang rambut Keira dan mengikatnya dengan pita merah.
""Kenapa dikepang kak?" Tanya keira.
"Agar mengingatkan seseorang terhadap sesuatu, ingat pesan kakak ya jangan tersenyum dan berhenti menunduk, tidak ada gunanya kamu terlihat lemah." Ucapku sambil mengandengnya keluar dari kamar.
Aku merasakan tangan Kiera yang mendingin mungkin dia gugup, aku mengenggam tangannya dengan lembut agar dia tidak perlu khawatir terhadap apapun. Karena aku akan melakukan apapun untuknya. bahkan jikapun aku harus menukar jiwaku dengan iblis sekalipun. Dia akan kulindungi bagaimanapun caranya.
Aku menuruni tangga dengan anggun tidak ada lagi tatapan keras kepala. Aku melihat papa yang melihat Keira dengan tatapan dingin, aku bahkan melihat tatapan kakek yang berubah mungkin dia merasa tidak senang dengan kehadiran Kiera atau karena hal lain aku tersenyum sinis melihat itu.
Tapi sepertinya ekspresi itu hanya sebuah ilusi karena Ekspresi kakek langsung kembali seperti semula.
Aku hanya tersenyum melihat itu semua, aku hanya terus menatap mereka dengan dingin, "Maafkan kami terlambat," Ucapku dingin.
"Ya tidak apa – apa tante ngerasa itu wajar pasti kamu ingin tampil cantik jadi kamu dandannya lama," Ucap tante Fina mendengar itu aku tersenyum sinis tapi senyumku hilang saat Andrian menatapku dengan tajam. Sepertinya dia sadar aku meremehkan ibunya.
Segera saja aku memalingkan wajahku kearah lain asal bisa menghindar dari tatapan andrian. ya laki-laki yang ingin aku hindari itu dia, dia cowok yang pengen aku lihat baik itu disekolah maupun dimanapun. Andrian salah satu cowok berkuasa dismaku kami tidak pernah bertegur sapa. Karena suatu hal dan aku tidak akan pernah berharap dia akan datang kesini. Dan entah kenapa perasaanku tidak enak.
Dia itu mengerikan dan aku sudah pernah melihat dia dan teman-temannya melakukan hal yang paling mengerikan jadi aku tidak akan pernah ingin berhubungan lagi terhadap cowok itu. dia tidak akan segan-segan melakukan hal gila jika diperlukan.
"Hari ini ada yang ingin papa katakan! " Ucap papa sambil menatap kami tapi lebih tepatnya papa menatapku dengan tajam. Aku mengangkat sebelah alisku saat melihat papa yang menatapku seperti itu. Ada apa? Kenapa papa melihatku seperti itu?
"Entah kenapa gue nggak bakal pernah senang sama apapun yang bakal diumumin apalagi jika itu berhubungan sama gue atau kiera?" batinku cemas.
"Papa sebagai kepala keluarga telah berdiskusi dengan abimanyu sahabat sekaligus relasi bisnis papa, serta telah berdiskusi juga dengan kakek sebagai perwakilan dari aldari group kami akan menjodohkan salah satu anak kami untuk kepentingan bisnis," Ucap papa dan aku merasa seperti ada bom yang dijatuhkan dikepalaku.
"Itu tidak mungkin aku bukan ? nggak, please kumohon siapapun boleh tapi big no jika itu andrian," Batinku.
"Dan kami sudah memutuskan yang akan bertunangan adalah Andrian Fairuz Bima Prasaja dengan salah satu putri papa yaitu Adinda Kayana Aldari," Ucap papa sambil menatap responku.
"Tidak aku tidak akan pernah mau dijodohkan dengan dia. Please papa siapapun boleh tapi tidak dia aku lebih baik mati daripada harus dijodohi dengan dia," Ucapku sambil memandangnya dengan marah.
Seketika aku merasa duniaku berhenti berputar dan bagaimana mungkin aku dijodohkan dengan andrian. "Itu tidak akan pernah terjadi tidak akan pernah." Batinku.
Melihat penolakanku yang keras membuat om Abimanyu tidak senang, oh aku juga sadar aku keterlaluan tapi tetap saja aku lebih baik mati daripada dijodohi dengan pria itu.
"Wah , saya merasa sangat tersinggung atas ucapan penolakanmu itu dinda, terhadap putra sulungku ini, jelas dia tampan dan juga cerdas bahkan kamu kalah bukan terhadap prestasi sekolah putraku, dia juga calon pewaris dari perusahaanku, apa yang membuatmu menolak putraku seperti itu." ucap om abimanyu dengan datar sambil menatapku dengan dingin.
Mendengar ucapannya membuat aku tanpa sadar menahan napas, aku sadar dia memang benar di SMA Aldari semua akan memilih andrian sebagai cowok paling tampan, keren, keturunan borjuis, dan cowok yang bakal jadi pacarable tapi aku tetap nggak bakal pernah mau berhubungan lagi sama cowok gila kayak gitu.
"Maafkan aku ya om abimanyu jika perkataanku buat om marah tapi seperti yang aku katakan aku tidak akan pernah mau dijodohkan sama putra-putra om," Ucapku sambil memandang kakak beradik itu. kennan hanya menatapku dengan senyuman iblis sepertinya dia tau maksudku.
"Papa." panggil andrian sambil menatapku dengan senyuman meremehkan seperti apapun usahaku itu akan percuma bahwa dia tau aku akan tetap bertunangan dengannya.
"iya rian?" Ucap om Abimanyu,
"Bisakah aku berbicara dengan dinda sebentar," Tanyanya,
Mendengar itu aku segera membalas, "Aku nggak mau berbicara apapun sama lo, jadi lebih baik lo dijodohin aja sama adira dia pasti seneng deh dijodohin sama lo. dia kan suka sama lo dan kalian sama-sama cocok, ngertikan maksud gue cocok." Ucapku tersenyum iblis sambil menatap Andrian.
Mendengar kata-kataku membuat wajah Adrian sepertinya dia marah, ya aku tau itu adalah sesuatu yang tidak boleh diusik oleh siapapun dan aku malah mengusiknya didepan andrian plus aku melihat keenan menatapku tidak kalah dingin dan sepertinya dia ingin membunuhku sekarang juga.
"Aku sepertinya telah membangunkan macan tidur," Batinku.
"Apa maksudmu jika aku menyukai andrian dan juga apa maksudmu aku dan Adrian cocok," Ucapku dengan alis terangkat padanya dan melirik mamanya.
Mendengar kata-kataku dia menatapku dengan dingin dan berucap, "Sayangnya tidak bisa, kami ingin mempersatukan 3 perusahaan besar bukan 2 perusahaan jika kamu lupa adira tidak menyandang nama aldari," Ucapnya tersenyum.
Mendengar semua itu kepalaku benar–benar sakit bagaimana bisa seperti itu tapi tetap saja aku benar–benar tidak ingin berhubungan lagi dengannya,
"Jangan bercanda kau tau dengan pasti kenapa aku tidak mau. Aku tidak akan pernah sudi berhubungan lagi denganmu, aku merasa diriku ini menjijikan jika aku berhubungan denganmu," Ucapku dengan menatapnya jijik.
Mendengar ucapanku papa menyela, "Jaga bicaramu Adinda," Mendengar itu aku hanya menatap tidak suka, "BERHENTI, MEMANGGILKU DINDA KALIAN SEMUA MENJENGKELKAN, MEMBUATKU MUAK, " Teriakku kesal.
"Kamu tidak berhak menghina putraku seperti itu, jika kmu tidak suka kami bisa mencari perempuan yang lebih baik dan cantik darimu," Ucap tante Fani mendengar itu membuat aku gelap mata.
Dan tanpa sadar aku berkata, "Seharusnya tante nggak perlu bicara. andrian memang pantas mendapatkan hal ini karena dia terlahir dari rahim perempu.." Ucapanku berhenti karena bentakan Andrian.
"TUTUP MULUTMU DINDA SEBELUM AKU YANG AKAN MEMBERIMU PELAJARAN," Bentak Andrian padaku tanpa sadar aku menutup mulutku sendiri.
"Sialan, dia benar–benar mengerikan," Batinku saat dia membentakku. Aku juga melihat tatapan tidak senang dari semua orang sepertinya aku sudah keterlaluan.
"Astaga apa yang harus aku lakukan," Ucapku lirih tanpa sadar aku merasa bersalah pada tante Fina tapi aku menahannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
👑
like lagi
2021-02-01
0
Bagus Effendik
lanjut
2021-02-01
0
Kim Jennie
semangat kak
2020-10-12
0