Pov Alda
Aku benci hujan disisi lain aku sangat menyukainya karena hujan hanya akan mengingatkanku tentang masa laluku, betapa benci nya aku dengan orang yang telah menjaga dan melindungiku.
Papa yang telah mengkhianati mamaku tapi dia malah menyalahkan aku dan sampai sekarang aku tidak pernah tau keberadaan mama, maksudku mama disembunyikan oleh papa entah dimana. Kenapa semua ini terjadi. Aku ingin marah pada mereka karena membuat hidupku menderita seperti ini dan sampai sekarang aku tidak pernah tau keberadaan mama dimana.
"Hey, lah malah ngelamun nie bocah gue pikir loh udah pulang. Eh malah lo masih disini cie nungguin siapa lo? Pacar? Sejak kapan lo punya pacar? Sayang banget ya Al, lo harus simpan pacar lo baik-baik kalau ada. karena percuma lo kan udah dijodohin sama bokap loh!" Ucapnya sambil merangkul bahuku.
Mendengar itu membuatku menatapnya dengan tajam lalu aku menepis tangannya dengan kasar.
"Jangan bercanda! Siapa yang lo maksud itu? Itu nggak mungkin guekan? " Ucapku tertawa.
"gue nggak perlu candaan lo! Dia pikir dia siapa sampai mau jodohin gue dan lu nggak usah sok akrab deh." Ucapku sambil menatap sinis padanya.
Aku melihat dia tersenyum dia sadar salah bicara padaku, " Ah Al, gue nggak tau apa–apa cuman keluarga kita udah mulai cari calon suami yang cocok untuk loh? Tenang aja yang pasti lo nggak bakal kecewa sama pilihan papa dan kakek. " Ucapnya merasa bersalah melihat wajah ku yang marah atau dia hanya pura–pura merasa bersalah.
Melihat wajahnya yang sok polos membuatku geram. Menjengkelkan sekali punya keluarga munafik.
" Dikira gue bodoh apa, jika dia tau berarti itu benar adanya. Wah benar-benar ya mereka nggak pernah ada hari yang tenang selalu aja buat kesal, dikira gue nggak bisa apa nyari cowok sendiri. Kan ******* itu namanya! " Batinku.
" Al lo nggak lagi berharap kalau kakek bakal ngebiarin lo milih cowok yang lo sukakan? Duh, Kalau lo emang berharap kayak gitu, itu pemikiran bodoh dan nggak logis. Lo itu pewaris dari Aldari group jangan merasa karena lo yang bakal mimpin Aldari group lo ngerasa lepas dari sangkar emas yang dibuat kakek untuk lo. " Ucapnya.
Mendengar itu aku hanya menatapnya datar.
"'Dengarin gue ya, jadi pewaris tahta tu nggak gampang dan sesuatu yang loh pegang sekarang harus loh pertahanin kecuali kalau loh nolak posisi itu. Gue yakin 100% bakal ada pertumpahan darah diantara keluarga Aldari. Loh itu satu – satunya keturunan dari keluarga inti apalagi ibu lo itu kesayangan kakek. Kakek mungkin udah tua tapi loh tau sendirikan dia kayak gimana bahkan ayah loh yang pengendali keluarga aja segan sama kakek. Dengerin gue ya Al, loh jangan mau kalah sama 2 pecun itu, kalau sama mereka loh kalah apalagi sama gue yang bakal ngincer posisi lo saat ini. Bener nggak? " Ucapnya sambil menyeringai.
" Alah ujung–ujung nya juga lo pasti bahas itu! Yang paling berharap gue nolak, pasti loh lah mana ada yang berani kecuali loh. Bahkan adik–adik lo aja nggak berani. denger ya! Lo pikir gue kalah sama mereka, maaf ya tuan Fattan Celvian Pramesti. Gue nggak akan kalah sama mereka yang udah mama menderita dan karena mereka gue kehilangan adik laki–laki gue. Padahal dia yang harusnya ada diposisi gue. " Ucapku tegas dan menatapnya datar.
" Dan juga lo pikir gue bakal membiarkan gitu, orang lain yang jadi pewaris. Nggak perusahaan itu harus ada ditangan gue atau adik gue. Dan lo beraninya mimpiin jadi pemimpin. Sadar nggak, Lo itu bukan cucu asli dari kakek. " ucapku sinis saat melihat tangan fattan mengepal.
" Lo itu nggak ada didalam kualifikasi dalam keluarga untuk jadi pewaris, lucu aja gitu kalau ngeliat seseorang yang nggak ada hubungan darah sama kakek ingin jadi pewaris. Dan soal gue nggak usah lo urusin mending urus aja masalah lo sendiri. " ucapku sambil tersenyum manis.
" Wah Al saat lo bicara sinis kayak gitu malah bikin lo tambah cantik aja Alda. Apalagi saat lo senyum dingin gitu, cocok banget sama mata dan warna rambut lo yang kontras itu. Bisa Membius orang lain. Jadi gue nggak bisa benci sama lo karena kata–kata lo itu. " ucapnya sambil menarik daguku.
" Kayaknya lo harus ngewarnai lagi deh rambut lo. Nanti kalau ada yang ngeliat warna rambut lo bakal ada yang salah focus. Takutnya lo dijadikan bahan obsesi kan gue takut sepupu yang gue sayang diobsesiin sama orang gila. " Ucapnya sambil berbisik padaku.
Tanpa sadar aku melihat rambutku sendiri dan kaget dengan warna rambutku ini. Aku mencengram rambut itu dengan keras. Aku melihat dia dengan marah. Pantesan anak – anak melihatku dengan aneh pasti karena rambut ini.
" Udah ya gue mau jemput adek gue, bye jangan diwarnain lagi deh tu rambut sayang kan cantik." Ucapnya sambil tersenyum.
"Gak usah berisik mending urus aja urusan lo jangan ikut campur urusan gue. " Ucapku dengan marah. Dia sengaja berkata seperti itu hanya untuk membuat luka hatiku bertambah parah saja.
Dia memang tidak pernah peduli dengan siapapun selain dengan keluarganya dan itu membuatku benci dengannya. Bahkan saat itupun mereka menutup mata terhadap aku dan adikku.
" Aku benci dia. " Batinku sambil menatap punggungnya yang kian menjauh. Aku mencengkram kunci mobil yang ada digenggamanku dengan keras tanpa sadar hujan sudah berhenti dan segera saja aku pergi dari sana.
TET... TET... TET... TET
Aku menekan klakson mobilku dengan kencang karena kesal kenapa mang Ujang itu lama sekali sih membuka gerbang ini. Tak lama setelah itu tiba – tiba gerbang terbuka. Segera saja aku melaju ke pos penjaga.
" Gimana sih mang ujang buka gerbang aja lama banget nggak perlu didorong juga, " ucapku kesal.
" Aduh maaf non, dirumah lagi rame banget sampai nggak denger kalau non udah pulang. " Ucap mang Ujang.
" Rame ? " Tanyaku dengan bingung.
" Rame kenapa mang ? Seingetku lagi nggak ada acara apa-apa, " Tanyaku.
" Nggak tau juga non, tapi katanya itu rekan bisnis bapak. Oh dan ada kakek non juga. " ucapnya
Mendengar itu alis Alda mengkerut. Kenapa kakek kesini jika hanya rekan bisnis papa. Jelas- jelas Aldari group berbeda dengan Atmaja group itu membuatku heran dan bertanya-tanya.
" Oke deh mang, aku masuk dulu. Lain kali jangan lama-lama buka gerbangnya. Nanti aku pecat mang ujang," Ucapku pura – pura marah.
" Waduh ampun deh non, jangan dipecat nanti mang ujang makan apa, " Balas mang Ujang,
" Hehehehehe becanda mang, santai mang." Ucapku sambil tersenyum dan sepersekian detik ekspresiku berubah menjadi datar dan dingin. Aku memarkirkan mobilku begitu saja dan masuk.
Aku mengangkat sebelah alisku saat melihat pemandangan ini ada apa ini, kenapa bisa laki – laki brengsek itu ada disini. Dan bagaimana semua orang bisa berkumpul disini tapi tidak ada yang memberitahu aku.
" Kenapa lo ada disini? Dan kenapa kalian berkumpul disini, " Ucapku keras sambil menatapnya dengan tajam.
Dan dia hanya menyilangkan kakinya didepan mataku. Seakan-akan dia tidak tau. Melihat itu membuatku kesal dan jengkel.
" Dinda kamu udah pulang, daritadi semua orang menunggu kamu. Seharusnya kamu pulang lebih cepat jangan suka keluyuran sebelum pulang, untung kamu pulang lebih cepat. " Ucapnya dengan suara lembut dan penuh senyuman.
Tanpa sadar mataku beralih kearah suara itu. dan tanpa sadar aku menatapnya dengan jijik.
" Emang siapa lo berani ngatur hidup gue, denger ya nggak ada yang bisa ngatur hidup gue seterah gue mau ngelakuin apapun. Dan ini hidup gue nggak usah sok jadi malaikat nggak guna. Nggak mempan sama gue. hidup-hidup gue kok lo yang ngatur. Lebih baik urus-urusan lo sendiri, " Ucapku tajam sambil memandangnya dengan jijik.
Aku hanya menatap dia dengan pandangan mengejek kenapa perempuan ini selalu sok baik dan selalu membuatku jengkel. Apalagi melihat wajah polos dan lugunya. Membuat aku ingin mencakar wajah itu saja.
Mendengar ucapanku dan pandangan meremehkanku membuat dia menunduk dan matanya mulai berkaca – kaca dan sudahku duga dia akan memulai drama dikeluarga ini.
" Dinda kamu itu ya. pulang–pulang selalu bikin ribut, Nggak ada sopan santunnya, pokoknya hari ini kamu jangan buat keributan dengan pertengkaran yang nggak berguna itu. Sebelum papa bertindak karena sikap kamu yang semakin lama semakin kurang ajar, " ucap papa sambil menatapku dengan tajam.
Melihat itu membuatku benar - benar tidak suka perempuan itu tidak selemah yang mereka pikirkan. Ibunya saja seperti itu bagaimana bisa anaknya lemah dan tidak berguna. Tapi itu malah membuatku semakin marah karena sikap papa yang selalu membela anak perempuan dari ******* itu.
" Ini urusan gue sama dia nggak ada urusannya dengan anda wahai tuan Sean, udahlah mau gue kurang ajar pun nggak bakal ada yang peduli. Mending lo urus anak - anak lo dari ******* itu bikin muak aja liat tampang dramanya, " Ucapku menantang.
Sepertinya aku memang salah membangkitkan amarah papa, aku melihat wajah papa sudah merah tapi ini udah kepalang tanggung. Aku sudah tidak bisa lagi kembali jadi adinda.
Anak perempuan manis dan penurut. Dia sudah mati dan tidak akan pernah kembali. Aku hanya bisa menjadi gadis yang angkuh, sombong, dan kurang ajar. Itulah yang harus aku lakukan berubah menjadi manusia egois dan itu untuk melindungi adikku sendiri.
Tapi aku juga takut, saat melihat mata hitam pekat papa yang menatapku dengan sorot membunuh tanpa sadar aku meneguk air ludahku sendiri. Aku takut tapi itu tidak membuat raut wajahku berubah.
Mungkin itu karena aku selalu diberikan tatapan seperti itu sejak kecil. Sampai aku sudah merasa terbiasa tapi tetap saja aura papa benar-benar membuat bulu kudukku berdiri.
Papa itu, nggak kalah menakutkan dari kakek, aku nggak bakal bisa memilih siapa yang paling buruk. Mereka sama - sama buruk, bagaimana pun dia itu benar - benar mengerikan seperti saat ini dia masih saja tersenyum dingin padaku padahal aku sudah membuat papa malu didepan koleganya.
" Dinda jangan bertingkah sekarang. kamu Nggak tau apa kalau kita lagi kedatangan tamu, cepat papa mau kenalin kamu sama mereka. dan jangan membuat keributan atau papa akan membuatmu menyesal, " ucap papa sean sambil menarikku dengan keras, dan itu menyakitkan.
Merasakan cengkraman itu semakin keras dan menyakitiku tanpa sadar aku menepis tangan papa yang berusaha menarikku.
" Nggak usah pegang – pegang. emangnya aku peduli sama rekan kerja papa, aku nggak peduli. toh, nggak ada yang ngasih tau aku soal acara ini. Jadi nikmatin sendiri Aku nggak peduli. " Ucapku ketus tanpa sadar aku memegang tanganku yang ditarik papa.
" Wah Dinda setelah sekian lama gue nggak ngeliat lo, dan lo sekarang nggak banyak berubah ya Din. Makin kurang ajar aja. " ucapnya dingin sambil menatapku dengan datar dan dia tidak lupa menekan nama depanku.
Mendengar itu tanpa sadar aku menatapnya dengan benci. Dari sekian manusia dia adalah salah satu manusia yang harus Alda jauhi. Rasanya mengerikan melihat cowok itu Dan aku sangat ingin memakinya. Tapi makian itu harusku telan saat suara tua itu terdengar.
" Dinda duduk disini ada yang ingin kakek bicarakan padamu, " Perintahnya dan itu membuatku hanya bisa menahan nafas saat melihat siapa saja yang ada diruang tamu.
" Sialan, " batinku.
Aku benar - benar membenci situasi mengerikan ini rasanya ingin sekali aku memaki mereka semua tapi, bukannya kata-kata makian yang aku keluarkan hanya kata-kata ini yang dapat membuatku aman untuk sementara waktu,
" Okey kek aku akan kesana, tapi biarkan aku berganti pakaian terlebih dahulu. " ucapku dengan dingin sambil berlalu darisana tanpa peduli lagi ucapan mereka.
Aku menatap mataku dicermin dengan dingin aku mengenggam rambutku dengan keras, bagaimana mungkin aku bisa memiliki mata dan rambut yang begitu mirip dengan mama.
Sedangkan Keira kenapa tidak ada satupun wajahnya yang mirip dengan mama. Seandainya dia lebih mirip mama pasti kakek akan mau membawa Keira ke mansion utama keluarga.
Aku menatap dress yang kukenakan. Dress berwarna hitam dibagian bahunya yang terbuka, Dress yang cantik dengan make up. yang tipis setelah merasa cukup dengan make up tipis.
Aku segera keluar dari kamarku. Saat aku melewati kamar keira aku mendengar suara anak kecil menangis. Segera saja aku membuka pintu itu dan betapa kagetnya aku melihat kondisi Keira yang menangis.
Dalam hatiku, " Kenapa keira menangis ? Apa ada yang terjadi tanpa aku sadari pada Keira?" batinku. Tanpa menuggu lama segera saja aku memeluknya sambil berusaha menenangkan Keira.
***
Jangan lupa like and comment ya!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
𝑀𝑖𝑠𝑏𝑎𝒉𝑢𝑙🔹
semangat
2021-02-03
0
👑
udah q rate 5 and favorit juga 😁
boom like segera mendarat 😁
2021-02-01
0
Bagus Effendik
semangat ya thor
2021-02-01
0