My Fake Daddy

My Fake Daddy

MFD 01

Siang menjelang di sebuah daerah pedesaan di kaki gunung.

Seorang wanita tua baru saja pulang dari sawah. Dengan keringat bercucuran, dan kaki penuh lumpur bekas menanam padi di sawah tetangga, wanita tua berhijab miring yang nampak sudah sepuh itu lantas berjalan menuju sebuah tempat penampungan air berbentuk kendil besar yang terbuat dari tanah liat. Di bukanya penutup corong kendil yang terbuat dari potongan sendal karet tersebut. Membuat air mengucur dari dalam sana membasahi kaki berlumpur nya. Nenek tua itu lantas membersihkan kedua kakinya.

Setelah selesai, wanita dengan sebuah caping di tangan itu lantas berjalan menuju sebuah rumah yang jauh dari kata mewah. Rumah kecil dengan dinding kayu, dan lantai pelur yang menjadi tempat tinggal nya bersama sang cucu semata wayang.

Wanita tua itu, nenek Ratmi biasa ia disapa, masuk ke dalam rumahnya setelah mengambil sebuah kunci yang ia letakkan di bawah pot bunga. Diletakkannya caping itu di atas meja. Ia lantas menuangkan segelas air dari dalam teko yang berada di meja ruang tamu sederhana tersebut.

Wanita itu lantas meletakkan tubuhnya di atas sofa lusuh itu. Menghembuskan nafas perlahan, mencoba mengistirahatkan tubuh nya yang nampak lelah akibat seharian bekerja di bawah terik matahari sebagai buruh penanam padi di sawah tetangganya.

Saat musim tanam padi seperti ini, memang tenaga sang nenek yang bisa dibilang masih sangat bugar di usianya yang sudah senja itu selalu di cari cari oleh para pemilik sawah. Kerjanya cekatan, dan tidak neko neko membuat para pengguna jasanya selalu puas dengan hasil kerja nenek berusia enam puluh lima tahun itu.

Nenek Ratmi nampak memejamkan matanya sejenak. Tiba tiba....

suara motor nampak berhenti di halaman rumahnya. Membuat wanita tua itupun seketika membuka matanya.

prok....prok....prok....prok.....

Derap langkah kaki bersepatu nampak mendekat ke arahnya. Lalu...

"assalamualaikum....!!!!"

suara yang terdengar sangat riang itu menggema memecah kesunyian.

Seorang gadis cantik dengan balutan seragam SMA yang nampak penuh dengan coretan pilox warna warni muncul dari luar rumah sederhana itu.

"wa alaikum salam..." jawab nenek Ratmi.

"nenek....!!!" ucap gadis cantik itu. Wanita muda itu berlari mendekati sang nenek. Lalu menghamburkan pelukannya dengan raut wajah yang nampak begitu riang.

Nenek Ratmi bingung.

"ini kamu kenapa, Rin? seragam mu kok awut awutan kaya begini?! kamu kenapa?" tanya nenek Ratmi tak paham dengan apa yang terjadi pada cucunya.

Gadis cantik berkulit putih berseragam putih abu abu itu lantas mendongak. Menatap penuh kebanggaan ke arah sang nenek..

"Arini lulus, nek..!" ucap gadis bernama Arini itu sumringah.

"kamu lulus sekolah? la terus kok ini seragam mu di coret coret begini?!" tanya Bu Ratmi lagi.

"ini tandanya Arini lulus. Semua temen temen Arini juga gini buat ngerayain kelulusan kita..!" ucap Arini.

"oalah....! berarti kamu sudah ndak sekolah lagi, Rin?" tanya Nenek Ratmi polos.

Arini menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lebar.

"Alhamdulillah...! nilai kamu gimana? bagus bagus semua?" tanya nenek Ratmi.

Arini terdiam sejenak seolah nampak berfikir. Ia kemudian mendongak menatap sang nenek lalu menggeliat sembari tersenyum malu malu.

Nenek Ratmi menatap sang cucu dengan sorot mata penuh selidik. Arini lantas menggelengkan kepalanya membuat sang nenek pun menghela nafas panjang

"yang penting kan lulus, nek. Nilai mah nggak penting..!" ucap Arini malu malu.

"uuuhhh...!" ucap si nenek sambil menoyor dahi Arini pelan.

"aduuhh...!" gerutu Arini ssmbil mengusap usap jidatnya.

"sekolah itu yang penting juga nilainya, Rin..!" ucap si nenek pada sang cucu yang memang ber IQ standar itu.

"ya udah sih, nek. Yang penting kan Arin udah lulus, nggak sekolah, nggak butuh uang saku, SPP, uang bensin...! dan yang terpenting, Arini bisa cepet cepet cari kerja...! biar nenek nggak perlu capek capek jadi buruh di sawah lagi. Biar Arin ntar yang nanggung semua biaya hidup kita..!" ucap Arini penuh semangat membuat sang nenek tersenyum haru.

Nenek Ratmi menyentuh kedua pipi gadis delapan belas tahun itu.

"yang penting kamu punya masa depan. Kalau kerja yang jujur. Dan satu lagi, ndak usah kerja jauh jauh. Nenek ndak mau ditinggal sendiri...!" ucap nenek Ratmi.

Arini tersenyum manis.

"aku juga nggak mau jauh jauh dari nenek..! ntar siapa yang Arin pijitin tiap malem kalau Arin jauh dari nenek..?!" ucap Arini membuat si nenek makin terharu.

Kedua tangan keriput itu terbuka. Seolah meminta sang cucu kesayangan untuk masuk ke dalam dekapannya.

Arini pun menurut. Ditabrakkan nya tubuh ramping itu tubuh renta nenek Rahmi. Sepasang nenek dan cucu itu lantas saling memeluk, seolah ingin menunjukkan betapa mereka sangat saling menyayangi satu sama lainnya.

"dah, ganti baju sana, terus makan. Nenek mau mandi terus istirahat" ucap nenek Ratmi.

"iya, nek" jawab Arini kemudian bangkit dari segera bergegas menuju kamar nya.

Nenek Ratmi tersenyum menatap sang cucu yang kian hari kian tumbuh semakin dewasa itu.

"andai kamu masih hidup, Wi. Kamu pasti akan bahagia melihat putri yang sekarang. Dia tumbuh menjadi anak yang periang. Wajahnya cantik mirip seperti mu, ndok.." ucap nenek Ratmi seorang diri.

"tenang di sisiNya ya, ngger" ucap sang nenek sambil mengusap setitik air mata yang tanpa sadar menetes di pelupuk matanya.

Sang nenek lantas bangkit. Bergegas menuju kamar mandi rumah sederhana itu untuk membersihkan dirinya sebelum beristirahat.

.

.

.

Sedangkan di dalam ruangan sederhana tanpa daun pintu itu. Sebuah ruangan yang hanya memiliki sehelai tirai lusuh sebagai pembatas antara ruang tamu dengan kamar tidur.

Gadis cantik delapan belas tahun bernama Arini Nindya Putri itu nampak melepaskan tas ranselnya lalu meletakkan nya di atas laci plastik berwarna pink hitam yang berada di pojokan ruangan. Berbaur dengan sajadah, dan seperangkat alat sholat lainnya.

Arini menghembuskan nafas panjang. Netra lentiknya langsung tertuju pada sebuah cermin yang tergantung di dinding kayu itu. Tempat dimana sebuah foto usang tertempel di salah satu sudut atas cermin tersebut.

Arini mendekat. Menghadap kaca yang tak terlalu besar yang kini nampak memantulkan bayangan wajah cantiknya.

"siang, buk..! lagi apa nih..?!" tanya Arini pada foto itu seolah tengah mengajaknya berbicara.

Ya, itu adalah foto Dewi, ibunya yang sudah meninggal bertahun tahun yang lalu saat usianya baru dua bulan.

"buk, tahu nggak. Hari ini aku lulus SMA loh..!" ucap Arini sambil melepas ikat rambut yang bertengger di rambut panjang hitamnya tersebut.

"ya...walaupun nilai aku pas pasan. Nggak tinggi amat, nggak bawa pulang piala. Tapi yang penting kan lulus ya buk ya...! ibuk bangga kan...?! harus bangga dong, buk. Aku kan anak ibuk.." ucap gadis manis yang periang itu.

Arini mulai membuka seragam nya sambil terus berceloteh tak jelas. Di raihnya sebuah kaos pendek dan celana pendek selutut yang menjadi seragam favoritnya jika sedang berada di dalam rumah.

"oh iya, buk. Aku juga udah ngelamar kerja loh, buk. Udah semingguan sih. Niatnya biar ntar kalau udah lulus nggak perlu nunggu lama lama lagi buat dapet kerja..! eh, sampai sekarang belum ada panggilan dari tempat aku ngelamar itu..!" ucap Arini lagi sambil kini mulai mengganti pakaian nya.

"doain ya, buk. Biar anak ibuk yang cantik jelita pujaan umat manusia ini bisa secepatnya di terima kerja di tempat aku ngelamar itu. Biar bisa bantuin nenek. Biar nenek nggak perlu capek capek lagi jadi buruh di sawah tetangga" ucap Arini sambil kini mulai mengikat rambutnya.

"Masha Allah...! ternyata aku emang bener bener cantik kayak ibuk...!"

"lihat deh, buk. Mirip kan kita..?" ucap Arini sambil mendekatkan wajahnya pada foto sang ibu yang tertempel di cermin itu.

Arini tersenyum menatap cermin. Lalu menoleh ke arah foto sang ibu. Sebuah senyuman tipis namun terlihat sendu terlihat disana.

"andai aku masih bisa meluk ibuk..." ucap Arini lagi pada foto itu.

Gadis itu tersenyum sendu. Mencoba untuk menghilangkan kesedihannya tiap kali mengingat kisah hidupnya yang kelam. Yang sejak kecil tak pernah bertemu dengan ayah dan ibunya.

Ya, Arini adalah anak piatu yang ditinggal mati oleh ibunya saat usianya masih menginjak dua bulan. Seumur hidupnya ia belum pernah melihat langsung wajah ayah dan ibu kandungnya. Kecuali hanya melalui foto sang ibu di kala remaja yang kini tengah ia ajak bicara itu. Sejak kecil ia tinggal bersama nenek nya di gubuk sederhana ini.

Arini adalah anak yang lahir tanpa ayah. Ibunya dulu bekerja menjadi seorang pembantu rumah tangga di ibu kota. Kala itu ibunda Arini, Dewi namanya, masih berusia dua puluh lima tahun. Parasnya cantik, tingkah lakunya sopan dan polos.

Belum genap setahun Dewi bekerja di ibukota. Dewi pulang kembali ke kampung halaman dalam kondisi sudah berbadan dua. Ia mengaku di hamili oleh anak dari majikannya kala itu yang usianya masih di bawah dirinya.

Dewi hamil tanpa suami. Menjadi sebuah aib di keluarga nenek Ratmi dan sang suami kala itu. Wanita itu dipandang sebelah mata. Keluarga itu di asingkan, hingga akhirnya Dewi meregang nyawa dua bulan setelah kelahiran Arini.

Bahkan hingga saat ini sebagian warga desa pun masih memandang sebelah mata gadis yang bisa dikatakan kembang desa itu. Parasnya yang cantik, kulit putih, dan tubuhnya ramping, namun sayang, ia selalu di anggap sebagai anak haram karena terlahir dari sebuah perzinahan.

Sebuah beban yang harus Arini pikul sebagai seorang anak yang sebenarnya tak tahu apa apa perihal masa lalu kedua orang tuanya.

Arini adalah anak yang periang dan ceria. Hobinya bermusik, menyanyi dan bela diri. Ya, meskipun ilmu bela dirinya tak begitu mumpuni, tapi cukuplah untuk sekedar membekali diri agar terhindar dari orang orang yang berniat jahat.

Arini juga dikenal sedikit tomboy. Teman teman sebayanya kebanyakan laki laki. Membuat mental pria dalam diri Arini berkembang cukup subur.

Untuk masalah akademik, ia tak jago jago amat. Standar lah. Tak terlalu pintar, tapi tidak juga bodoh. Masih di tengah tengah.

...

Arini mengikat rambutnya lagi dengan asal. Wanita itu lantas keluar dari kamarnya. Menuju dapur untuk makan. Ia merasa sangat lapar setelah konvoi kelulusan yang ia lakukan bersama teman temannya.

.

.

.

.

.

Visual 1👇

Ini hanya sesuai dengan imajinasi author. Yang merasa kurang cocok bisa di skip ya....

Arini Nindya Putri👇

Diego Calvin Hernandez👇

Samuel (Sam)👇

Fajar Dirgantara👇

...****************...

Selamat pagi...

Aku punya yang baru....

selamat datang di novel terbaru author amatir yang masih miskin ilmu ini.

Seperti biasa ini novel selingan dulu ya.😁

akan up efektif kalau satu novel on going lainnya udah tamat....

Yuk, kasih dukungan dulu🥰

...****************...

Terpopuler

Comments

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

segeeeeer lihat cowo2 kece badaaaay

2023-11-26

1

Raudatul zahra

Raudatul zahra

baca ulang sambil nungguin Zee Zee dan mas Dewa update...

entah karna ini novel mu yg pertama ku baca, atau apa yaa.. tapi aku paling paling paling suka yg ini thoorr.. yg lain suka juga siih.. tapi ini aku suka nya dari A sampai Z..

part Arini & neneknya, kuat banget feel nya 🥰🥰🥰

2023-10-17

2

Raudatul zahra

Raudatul zahra

😢

2023-10-17

0

lihat semua
Episodes
1 MFD 01
2 MFD 02
3 MFD 03
4 MFD 04
5 MFD 05
6 MFD 06
7 MFD 07
8 MFD 08
9 MFD 09
10 MFD 10
11 MFD 11
12 MFD 12
13 MFD 13
14 MFD 14
15 MFD 15
16 MFD 16
17 MFD 17
18 MFD 18
19 MFD 19
20 MFD 20
21 MFD 21
22 MFD 22
23 MFD 23
24 MFD 24
25 MFD 25
26 MFD 26
27 MFD 27
28 MFD 28
29 MFD 29
30 MFD 30
31 MFD 31
32 MFD 32
33 MFD 33
34 MFD 34
35 MFD 35
36 MFD 36
37 MFD 37
38 MFD 38
39 MFD 39
40 MFD 40
41 MFD 41
42 MFD 42
43 MFD 43
44 MFD 44
45 MFD 45
46 MFD 46
47 MFD 47
48 MFD 48
49 MFD 49
50 MFD 50
51 MFD 51
52 MFD 52
53 MFD 53
54 MFD 54
55 MFD 55
56 MFD 56
57 MFD 57
58 MFD 58
59 MFD 59
60 MFD 60
61 MFD 61
62 MFD 62
63 MFD 63
64 MFD 64
65 MFD 65
66 MFD 66
67 MFD 67
68 MFD 68
69 MFD 69
70 MFD 70
71 MFD 71
72 MFD 72
73 MFD 73
74 MFD 74
75 MFD 75
76 MFD 76
77 MFD 77
78 MFD 78
79 MFD 79
80 MFD 80
81 MFD 81
82 MFD 82
83 MFD 83
84 MFD 84
85 MFD 85
86 MFD 86
87 MFD 87
88 MFD 88
89 MFD 89
90 MFD 90
91 MFD 91
92 MFD 92
93 MFD 93
94 MFD 94
95 MFD 95
96 MFD 96
97 MFD 97
98 MFD 98
99 MFD 99
100 MFD 100
101 MFD 101
102 MFD 102
103 MFD 103
104 MFD 104
105 MFD 105
106 MFD 106
107 MFD 107
108 MFD 108
109 MFD 109
110 MFD 110
111 MFD 111
112 MFD 112
113 MFD 113
114 MFD 114
115 MFD 115
116 MFD 116
117 MFD 117
118 MFD 118
119 MFD 119
120 MFD 120
121 MFD 121
122 MFD 122
123 MFD 123
124 MFD 124
125 MFF 125
126 MFD 126
127 MFD 127
128 MFD 128
129 MFD 129
130 MFD 130
131 MFD 131
132 MFD 132
133 MFD 133
134 MFD 134
135 MFD 135
136 MFD 136
137 MFD 137
138 MFD 138
139 MFD 139
140 MFD 140
141 MFD 141
142 MFD 142
143 MFD 143
144 MFD 144
145 MFD 145
146 MFD 146
147 MFD 147
148 MFD 148
149 MFD 149
150 MFD 150
151 MFD 151
152 MFD 152
153 MFD 153
154 MFD 154
155 MFD 155
156 MFD 156
157 MFD 157
158 MFD 158
159 MFD 159
160 MFD 160
161 MFD 161
162 MFD 162
163 MFD 163
164 MFD 164
165 MFD 165
166 MFD 166
167 MFD 167
168 MFD 168
169 MFD 169
170 MFD 170
171 MFD 171
172 MFD 172
173 MFD 173
174 MFD 174
175 MFD 175
176 MFD 176
177 MFD 177
178 MFD 178
179 MFD 179
180 MFD 180
181 MFD 181
182 MFD 182
183 MFD 183
184 MFD 184
185 MFD 185
186 MFD 186
187 MFD 187
188 MFD 188
189 MFD 189
190 MFD 190
191 MFD 191
192 MFD 192
193 MFD 193
194 MFD 194
195 MFD 195
196 MFD 196
197 MFD 197
198 MFD 198
199 MFD 199
200 MFD 200
201 MFD 201 (END)
202 (Bukan) Perampas Mahkotaku
203 My Disable Husband
204 ANAK ANAK DADDY DIGO KEMBALI...!
205 Nathan dan Rengganis
Episodes

Updated 205 Episodes

1
MFD 01
2
MFD 02
3
MFD 03
4
MFD 04
5
MFD 05
6
MFD 06
7
MFD 07
8
MFD 08
9
MFD 09
10
MFD 10
11
MFD 11
12
MFD 12
13
MFD 13
14
MFD 14
15
MFD 15
16
MFD 16
17
MFD 17
18
MFD 18
19
MFD 19
20
MFD 20
21
MFD 21
22
MFD 22
23
MFD 23
24
MFD 24
25
MFD 25
26
MFD 26
27
MFD 27
28
MFD 28
29
MFD 29
30
MFD 30
31
MFD 31
32
MFD 32
33
MFD 33
34
MFD 34
35
MFD 35
36
MFD 36
37
MFD 37
38
MFD 38
39
MFD 39
40
MFD 40
41
MFD 41
42
MFD 42
43
MFD 43
44
MFD 44
45
MFD 45
46
MFD 46
47
MFD 47
48
MFD 48
49
MFD 49
50
MFD 50
51
MFD 51
52
MFD 52
53
MFD 53
54
MFD 54
55
MFD 55
56
MFD 56
57
MFD 57
58
MFD 58
59
MFD 59
60
MFD 60
61
MFD 61
62
MFD 62
63
MFD 63
64
MFD 64
65
MFD 65
66
MFD 66
67
MFD 67
68
MFD 68
69
MFD 69
70
MFD 70
71
MFD 71
72
MFD 72
73
MFD 73
74
MFD 74
75
MFD 75
76
MFD 76
77
MFD 77
78
MFD 78
79
MFD 79
80
MFD 80
81
MFD 81
82
MFD 82
83
MFD 83
84
MFD 84
85
MFD 85
86
MFD 86
87
MFD 87
88
MFD 88
89
MFD 89
90
MFD 90
91
MFD 91
92
MFD 92
93
MFD 93
94
MFD 94
95
MFD 95
96
MFD 96
97
MFD 97
98
MFD 98
99
MFD 99
100
MFD 100
101
MFD 101
102
MFD 102
103
MFD 103
104
MFD 104
105
MFD 105
106
MFD 106
107
MFD 107
108
MFD 108
109
MFD 109
110
MFD 110
111
MFD 111
112
MFD 112
113
MFD 113
114
MFD 114
115
MFD 115
116
MFD 116
117
MFD 117
118
MFD 118
119
MFD 119
120
MFD 120
121
MFD 121
122
MFD 122
123
MFD 123
124
MFD 124
125
MFF 125
126
MFD 126
127
MFD 127
128
MFD 128
129
MFD 129
130
MFD 130
131
MFD 131
132
MFD 132
133
MFD 133
134
MFD 134
135
MFD 135
136
MFD 136
137
MFD 137
138
MFD 138
139
MFD 139
140
MFD 140
141
MFD 141
142
MFD 142
143
MFD 143
144
MFD 144
145
MFD 145
146
MFD 146
147
MFD 147
148
MFD 148
149
MFD 149
150
MFD 150
151
MFD 151
152
MFD 152
153
MFD 153
154
MFD 154
155
MFD 155
156
MFD 156
157
MFD 157
158
MFD 158
159
MFD 159
160
MFD 160
161
MFD 161
162
MFD 162
163
MFD 163
164
MFD 164
165
MFD 165
166
MFD 166
167
MFD 167
168
MFD 168
169
MFD 169
170
MFD 170
171
MFD 171
172
MFD 172
173
MFD 173
174
MFD 174
175
MFD 175
176
MFD 176
177
MFD 177
178
MFD 178
179
MFD 179
180
MFD 180
181
MFD 181
182
MFD 182
183
MFD 183
184
MFD 184
185
MFD 185
186
MFD 186
187
MFD 187
188
MFD 188
189
MFD 189
190
MFD 190
191
MFD 191
192
MFD 192
193
MFD 193
194
MFD 194
195
MFD 195
196
MFD 196
197
MFD 197
198
MFD 198
199
MFD 199
200
MFD 200
201
MFD 201 (END)
202
(Bukan) Perampas Mahkotaku
203
My Disable Husband
204
ANAK ANAK DADDY DIGO KEMBALI...!
205
Nathan dan Rengganis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!