Tujuh hari berlalu...
Sebuah bus antar kota antar provinsi nampak memasuki area terminal yang cukup luas itu. Seorang gadis belia dengan tas ransel berwarna hitam nampak turun dari kendaraan besar dan panjang itu. Dengan jaket terselampir di tangan, gadis manis yang berhasil sampai ke ibu kota bermodalkan nekat dan uang hasil penjualan cincin satu satunya yang ia punya itu pun berjalan menjauh dari kendaraan umum berukuran besar tersebut sembari membawa secarik kertas di tangan berisi alamat rumah laki laki ayah kandungnya.
Arini nampak celingukan. Menoleh ke sana kemari. Untuk kali pertama ia menginjak kan kakinya di ibu kota seorang diri tanpa pendamping. Ia tak tahu harus naik apa setelah ini untuk menuju ke rumah ayahnya? angkot? ojek? atau apa? Ia tak tahu jarak terminal dengan rumah ayahnya, apakah masih jauh atau tidak.
Arini berjalan terus sambil mengamati sekitar. Kemana ia harus pergi. Jangankan alamat rumah, arah mata angin saja ia bingung di sini.
"ojek, neng?" tanya seorang pria paruh baya dengan rambut yang sebagian mulai memutih itu.
Arini mendekat.
"pak," ucap gadis itu.
"iya," jawab si bapak tukang ojek.
"maaf, bapak tahu nggak, alamat rumah ini?" tanya Arini sambil menyodorkan secarik kertas berisi alamat tuan Calvin itu kepada si bapak tukang ojek.
Bapak itu nampak diam sejenak.
"wah, ini sih dari sini masih jauh banget, neng. Bisa ampe dua jam an.." ucap si bapak.
Arini nampak sedikit kecewa dengan jawaban si bapak. Makin jauh jaraknya itu artinya uang yang akan ia keluar kan juga makin banyak. Sedangkan uang pegangannya hanya tinggal sedikit.
"bapak tau alamat rumah ini?" tanya Arini.
"ya tahu lah, neng. Kan bapak penjelajah jalan raya..! ayok, bapak anter deh, ampe depan rumah..! nih rumah orang kaya nih..!" ucap si bapak menawarkan jasa ojeknya.
"mahal nggak, pak..?" tanya Arini.
"seratus lima puluh deh..! bapak anter ampe depan gerbang..!" ucap si bapak.
"astaghfirullah haladzim..! ya kalik ngojek ampe seratus lima puluh?!" tanya Arini tak percaya. Padahal ia biasanya naik ojek langganan ke pasar tak pernah lebih dari sepuluh ribu rupiah saja.
"ya eneng mau nggak?! kalau nggak mau ya udah, jalan kaki aja..! paling nyampe juga besok..!" ucap di tukang ojek.
Arini nampak berfikir sejenak. Ia benar benar tak tahu apa apa di sini. Ia hanya anak gadis yang baru lulus SMA. Untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di ibu kota. Tanpa pendamping, bermodalkan uang pas pasan hasil penjualan cincin satu gram yang melingkar sejak lama di jari nya di tambah uang saku seratus ribu dari pak Yanto. Dengan tekat penuh membawa secarik kertas bertuliskan alamat sang ayah kandung, Arini memberanikan diri pergi ke ibu kota.
Arini merogoh tas ransel usang milik salah satu anak pak Yanto, di raihnya sebuah plastik kresek putih tempatnya menyimpan uang lantaran dompet pun ia tak punya.
Di hitungnya sisa uang yang berada di dalam kresek. Tinggal dua ratus dua puluh ribu.
Arini menoleh ke arah si bapak.
"pak, apa nggak bisa kurang? saya dari kampung, mau nyari rumah bapak kandung saya. Uang saya tinggal dua ratus ribu. Saya bayar seratus ribu aja boleh nggak, pak?" tanya Arini memohon keringanan.
"ck..! halah...! ngrepotin aja kamu..! untung cantik..! ya sudah ayo..! saya antar ke alamat itu..!" ucap si bapak membuat Arini berbinar.
"makasih banyak, pak" jawab wanita itu. Arini pun dengan penuh semangat naik ke atas motor itu. Si tukang ojek pun dengan segera melajukan kendaraan roda duanya menembus jalanan ibu kota.
Jalanan cukup padat. Kendaraan baik roda dua maupun empat saling berdesak desakan seolah mencari jalan agar segera cepat sampai di tempat tujuan mereka.
Arini mengamati pemandangan sekitar. Kok tempat tempat ini lagi sih yang dilewati. Apa si bapak cuma muter muter aja? pikir Arini.
"pak? bapak yakin tau jalannya? ini dari tadi kayaknya kita muter muter doang deh?" ucap Arini ragu.
"sok tau kamu..! kamu kan orang kampung..! mana ngerti jalanan ibu kota..! udah diem..! atau kamu mau saya turunin disini...?!!" tanya si kang ojek judes.
Arini hanya diam. Meskipun dalam hatinya ia mengumpat kesal. Jangan jangan ia dibohongi...!
Motor butut, helm dengan kacanya nggak bisa naik, driver nya tua. Mana jaket lusuh nya bau banget pula..! lengkap sudah penderitaan Arini..!
Satu jam lebih, motor itupun akhirnya sampai di depan sebuah rumah megah dan mewah. Sesuai dengan alamat yang tertera di secarik kertas milik Arini.
Gadis itu turun dari motor yang di tungganginya.
"mana duitnya..?!" tanya si tukang ojek.
"iya, iya, bentar..! bawel banget kalo perkara duit..!" gerutu Arini sembari merogoh tas ranselnya dan meraih selembar uang kertas seratus ribuan dari dalam sebuah kantong plastik di dalam sana.
Arini pun menyerahkan nya, dan segera di terima oleh si bapak tukang ojek.
Arini mendekati rumah itu. Mencocokkan nomor rumah itu dengan alamat yang tertera di kertas yang ia pegang.
Cocok..! sesuai...! Ini benar alamat rumah yang ia cari...!
Arini nampak berbinar. Wanita itu melongok melihat keadaan rumah tersebut dari balik pagar besi yang tinggi menjulang. Sepi, tak ada orang.
"permisi...!" ucap Arini sedikit keras.
Tak ada sahutan
"permisi...!!!" ucap Arini lagi dari balik pintu pagar.
Tak lama kemudian,
seorang pria berbaju satpam dengan tubuh kerempeng datang mendekati Arini dari balik pagar besi tinggi itu.
"cari siapa?!" tanya pria yang sepertinya penjaga keamanan rumah tersebut.
Arini nampak berbinar.
"siang, pak. Saya Arini. Saya dari kampung X, saya cari bapak saya, namanya tuan Calvin. Dia tinggal di rumah ini..!" ucap Arini bersemangat.
Si penjaga rumah itu terdiam. Ditatapnya wajah gadis cantik yang masih berdiri di luar gerbang yang tertutup itu dengan tatap mata aneh. Seorang gadis belia tiba tiba datang dan mengaku anak dari majikannya? pikir si penjaga rumah.
"pak, bapak saya ada nggak?" tanya Arini pada si penjaga rumah.
"kamu seperti nya salah alamat...!" ucap si penjaga rumah.
"salah alamat? Enggak kok, bener...! ini alamat sesuai sama yang di kasih tetangga saya...! bilang sama tuan Calvin, saya mau ketemu..! saya Arini, anaknya Dewi...! tuan Calvin pasti kenal..!" ucap Arini mulai tak sabar. Tapi sepertinya si penjaga rumah itu tidak percaya.
Disaat yang bersamaan, seorang pria berjas rapi nampak keluar dari dalam rumah megah itu di ikuti sang asisten pribadi berkemeja putih yang mengikuti di belakangnya.
Pria berjambang tipis dengan paras kebarat baratan dan mata biru yang indah itu nampak mengernyitkan dahinya menatap ke arah gerbang rumah mewahnya. Di masa seorang pria yang merupakan satpam rumahnya nampak terlibat adu argumen dengan seorang gadis bersuara cempreng di sana.
Ada apa itu? seperti nya ada perdebatan disana...?! pikir pria tampan tersebut.
Dengan segera pria itupun mendekati sang penjaga rumah.
Sedangkan si penjaga rumah kini masih sibuk berdebat dengan Arini yang ngotot ingin masuk ke dalam istana megah itu.
"denger ya, dek. Kamu itu salah alamat. Memang pemilik rumah ini tuan Calvin. Tapi dia nggak punya anak..!" ucap si penjaga rumah lagi.
"bapak yang nggak tau..! saya itu anaknya dari kampung..!!" ucap Arini ngotot.
"kamu ini susah sekali di bilangin..! bapak kamu tidak ada di sini..! pergi sana...! mungkin bapak kamu itu tuan Calvin yang lain...!" ucap si penjaga rumah mulai kesal dengan ke ngeyelan Arini.
"ini rumah bapak saya?! tuan Calvin ada kan?! panggilin cepetan...!! biar saya ketemu biar saya jelasin..!" ucap Arini dengan setengah teriak saking kesalnya dengan pria di hadapannya ini. Dia sudah lelah di ajak muter muter tukang ojek, ini mau ketemu tukang ojek aja kok di persulit..!
"heh, saya tau modus yang kamu pakai..! kamu pasti sengaja kan bikin cerita mengada ngada seperti ini biar bisa ketemu sama majikan saya..?! ngaku ngaku anaknya padahal kamu itu naksir sama tuan saya..! heemmh...! jangan mimpi kamu...!! saya tidak akan tertipu..!! pergi kamu dari sini...!!" bentak si penjaga rumah.
"woooooo...dlog*k ig menungso ra tau nguntal sendal koen yo...! janc*k ig...!! aku kate ketemu bapakku c*k..! gathel...!" ucap Arini kesal sembari mengumpat hebat dengan bahasa daerahnya. Jiwa bar bar Arini pun mencuat saat itu juga.
"heh...! ngomong apa kamu?! saya tahu ya kamu ngomong apa..!!!" ucap si penjaga rumah emosi.
"apa?!! sini maju...! satpam aja belagu...!" ucap Arini menantang dengan mata melotot.
Si penjaga rumah pun kesal. Di bukanya pagar itu. Arini sudah siap siaga memasang kuda kuda. Tiba tiba....
.
.
.
.
"ada apa ini?"
...----------------...
Selamat sepertiga malam.....
up 01:58
yuk, dukungan dulu🥰🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Riana
wadoohhhhhh malah arep gelud
curiga itu yg negur org baik apa jahat ya🤔🤔
2023-04-29
2
Tulip
arin ketemu bapaknya, ternyata bpknya gak punya ank lagi. syukurlah semoga bs menerima arin
2023-03-26
2
elf
oohhhh nooooo.... ganteeennnggg baangeetttt...!!!
2023-02-24
1