MFD 02

Malam menjelang,

Di dalam salah satu bilik kamar di rumah sederhana berdinding kayu itu. Gadis berparas cantik itu nampak memainkan gitarnya. Mendendangkan suara merdunya memecah keheningan rumah sederhana yang nampak sepi itu.

Sang nenek tengah duduk di ruang tamu. Memperbaiki salah satu bajunya yang koyak disalah satu bagian nya menggunakan jarum dan benang miliknya. Televisi di rumah mereka sudah lama mati. Sehingga satu satunya hiburan si nenek di kala berada di rumah pun kini sudah tidak ada.

Nenek Ratmi tersenyum mendengarkan suara merdu cucu nya itu. Suara Arini memang bagus. Ia pernah beberapa kali mengikuti lomba menyanyi di sekolahnya. Salah satu bakat yang bisa ia banggakan dalam hidupnya.

Arini yang sudah lelah melantunkan beberapa lagu itu nampak keluar dari bilik kamarnya.

"udah malem, Rin. Motormu masukin.." ucap Nenek Ratmi.

"iya, nek..." ucap Arini.

Gadis cantik berambut panjang dengan kaos putih dan celana pendek biru dongker itu pun keluar rumah. Dirasakannya hawa dingin menusuk tulang. Air langit nampak turun membasahi bumi. Dibarengi dengan semilir angin yang berhembus serta suara petir yang sesekali terdengar. Arini meraih motor maticnya. Menuntun kendaraan roda dua yang beberapa tahun lalu ia beli menggunakan uang yang dikirimkan ayah kandungnya di kota.

Ya, walau pun tak pernah sekalipun menemui Arini, namun sang ayah dan diketahui bernama tuan Calvin itu tak sepenuhnya lepas tanggung jawab pada putri kandungnya itu. Beberapa bulan sekali sang ayah selalu mengirimkan uang pada Arini, melalui rekening bank milik salah satu tetangganya. Lantaran dulu saat Dewi meninggal, tuan Calvin yang dulu sudah memiliki kekasih itu memang sempat datang dan mengunjungi putri kecilnya yang kala itu masih berusia dua bulan. Tuan Calvin yang memiliki darah bule itu lantas meminta bantuan salah satu tetangga Arini, agar sudi menjadi perantara antara ia dan Arini jika suatu saat ia ingin memberikan nafkahnya pada darah dagingnya tersebut.

Motor sudah masuk ke dalam rumah. Arini menutup pintu rumah itu lalu menguncinya dari dalam.

Gadis cantik itu lantas duduk di atas sofa lusuh disana. Ia kembali membuka ponselnya. Harap harap ada pesan masuk dari sebuah cafe tempatnya melamar kerja beberapa hari yang lalu.

"belum ada kabar dari tempat kerjamu, ndok?" tanya nenek Ratmi.

"belum, nek" ucap Arini sambil memasang mode cemberut.

"ya udah, ndak usah sedih. Kalau rejeki pasti juga ndak akan kemana. Selama belum dapet kerja, kamu dirumah dulu. Belajar masak yang enak..!" ucap nenek Ratmi pada sang cucu yang memang tak bisa memasak itu.

"ih, apa sih nek?" ucap Arini sambil nyengir geli.

"lho, perempuan itu harus bisa masak. Biar nanti kalau kamu udah punya suami, suami mu nggak jajan di luar..!" ucap nenek Ratmi.

"ya kalau suaminya Arin jajan, Arin ya ikut jajan..! kok repot..!" ucap Arini santai.

"huuhh...! kamu itu kalau dibilangin..!" ucap nenek sembari menoyor kepala cucu kesayangan nya itu.

Keduanya pun terkekeh.

"Rin..." ucap si nenek.

"iya, nek"

"bapakmu belum kirim uang lagi?" tanya nenek Ratmi.

Arini tersenyum.

"pak Yanto belum ngasih kabar ke Arini, nek. Pasti belum sih. Soalnya kalau kirim kan pak Yanto pasti ngabarin Arin..." ucap Arini.

"kok tumben. Sudah enam bulan lebih bapakmu ndak kirim uang. Biasanya paling lama tiga sampai empat bulan sekali dia ngirimin kamu uang." ucap si nenek.

Arini hanya tersenyum lembut.

"kapan ya, nek, kira kira aku bisa ketemu bapak?" tanya Arini sembari menatap nanar ke depan.

Nenek Ratmi menoleh.

"semoga Allah mengizinkan" ucap wanita tua itu kemudian.

"amin..." jawab Arini.

Kedua wanita beda usia itu pun tersenyum. Tiba tiba.....

.

.

teeek.....

.

.

Lampu padam.

"yah, mati lampu, nek" ucap Arini.

"ambil lilin di laci dekat tv itu, Rin. Kayaknya masih ada satu" ucap si nenek.

"iya, nek" jawab Arini.

Wanita bertubuh ramping itupun lantas menyalakan senter ponselnya. Menggunakan nya sebagai penerang dan berjalan menuju lemari televisi yang berada di ruangan itu. Di bukanya laci, lalu diraihnya sebuah lilin yang tinggal separo itu beserta sebuah korek yang berada di sampingnya.

Lilin pun dinyalakan.

"udah, nenek tidur gih. Jahitnya dilanjut besok lagi. Ini udah malem. Mati lampu pula.." ucap Arini.

"iya, ini nenek juga udah selesai" ucap si nenek kemudian bangkit dan mengembalikan kotak benang dan jarum di tangan nya itu ke dalam sebuah laci di lemari televisi.

Arini menyerahkan lilin di tangannya itu pada nenek nya.

"kamu?" tanya si nenek.

"aku suka gelap gelapan, nek" ucap Arini sambil tersenyum. Sang nenek pun hanya terkekeh.

Kedua wanita beda usia itupun berpisah. Arini dengan lampu senter ponselnya masuk ke dalam bilik kamarnya. Sedangkan si nenek dengan lilin di tangannya pun masuk ke biliknya sendiri, meletakkan lilin di atas meja di samping ranjang lalu merebahkan tubuhnya di kasur kapuk sederhana itu.

Wanita itu pun bergegas untuk tidur.

...****************...

01:00 dini hari,

hujan perlahan mulai mereda. Namun hembusan angin kian kencang saja. Menerpa dedaunan dan pepohonan rimbun di sekitar rumah Arini, menimbulkan suara suara yang cukup mengusik telinga bagi sesiapapun yang berada di sekitarnya.

Sebuah lilin masih menyala. Api di atasnya nampak terombang ambing tertiup angin yang menembus masuk di sela sela lubang udara rumah berdinding kayu itu.

Nenek Ratmi masih terlelap di kamarnya. Begitu juga Arini yang memilih tidur sambil mengenakan headset dan memutar sebuah lagu agar tak mendengar suara seram dari dedaunan yang bergesekan itu.

Seekor tikus lakn*t melintas. Mengendus segala yang ia lewati. Gerakannya lincah. Berlarian ke sana kemari bak seorang bocah yang tengah bermain main di tengah gelapnya malam.

taaaaakkkk......

si tikus menjatuhkan lilin yang sudah tak panjang lagi itu. Si lilin jatuh terguling, tergeletak tepat di depan pintu yang hanya ditutupi selembar kain gorden lusuh itu.

Hembusan angin kembali bergerak cukup kasar. Si gorden pun ikut bergerak. Gerakannya yang lembut berhasil menyentuh ujung api di atas lilin. Ujung bawah kain itu pun perlahan mulai terbakar. Api mulai menjalar dari kecil perlahan mulai membesar membakar hampir seluruh gorden.

Dari gorden, api merambat naik ke dinding kayu rumah itu. Sebuah elemen yang pastinya akan sangat mudah terbakar jika terkena api.

Api makin besar, asap pun mulai mengepul. Nenek Ratmi yang masih terlelap pun mulai merasakan hawa panas. Wanita itu perlahan membuka matanya. Hingga.....

.

.

.

"astaghfirullah haladzim....!!" pekik nenek Ratmi kaget.

Suasana mencekam. Api berkobar dengan sangat besar nya. Nenek Ratmi sesak...! Ia terperangkap dalam kamar nya sendiri.

"Rin...!! Arini...!! uhuukkk....uhuukk...!!"

Nenek Ratmi terbatuk batuk. Di sentuhnya dada yang mulai terasa berat untuk bernafas itu. Matanya mulai terasa pedih. Pasokan oksigen seolah makin menipis. Bilik kamar itu kini mulai di penuhi asap akibat rumah yang mulai terbakar.

"Arin...!!" ucapnya lagi memanggil manggil sang cucu namun tidak ada sahutan.

Sedangkan di dalam kamarnya, Arini masih terlelap dengan headset yang menutupi lubang telinganya. Alunan musik semi rock mengalun cukup keras membuat wanita itu tak bisa mendengar jeritan sang nenek yang meminta tolong.

Wanita itu mulai merasakan suhu udara yang panas. Membuat tidurnya yang nyenyak kini berubah jadi tak tenang.

Arini mengubah posisi tidurnya. Di rasakan nya suhu udara di bilik kamar itu berubah menjadi panas.

Arini membuka matanya...

Lalu.....

"astaghfirullah haladzim...!" ucap Arini sembari dengan cepat bangkit dari posisi tidurnya. Api sudah berkobar di mana mana. Kamarnya penuh dengan asap. Suara teriakan terdengar dari luar.

Arini meraih kain asal. Di tutupnya hidungnya dengan kain itu lalu dengan cepat keluar dari kamarnya.

"nenek...!!!" pekik Arini. memanggil manggil sang nenek. Kamar neneknya sudah tak berbentuk. Dinding dinding kayunya nampak sudah roboh. Arini menangis ketakutan di antara kobaran api yang makin membesar.

"neek...!!! nenek dimana?!! neneeeekkk.....!!!"

Arini menjerit sejadi jadinya. Dinding dinding kayu berjatuhan. Wanita itu bergerak kesana kemari menghindari reruntuhan kayu. Arini makin sesak. Matanya kian pedih. Wanita itu kebingungan mencari jalan keluar.

"toloong...!!" ucapnya sambil menangis.

braaaaaakkkk.....

Pintu di dobrak. Dua orang laki laki paruh baya masuk ke dalam rumah itu. Di dekatinya Arini yang nampak mulai lemah. Tubuhnya penuh keringat dan air mata.

"Arin...!!!" ucap salah seorang pria itu, Pak Yanto namanya.

"pak, nenek mana..?" tanya Arini menangis.

"udah, kamu keluar dulu..!"

"nggak mau..! nenek mana?!"

"keluar dulu, ndok..! nanti kita cari nenek...!"

"neneeeekkk....!!"

Arini yang menangis terisak isak itu pun di papah keluar rumah. Menerobos kobaran api yang kian lama kian membesar. Para warga sudah berkumpul di depan rumah itu menyaksikan rumah sederhana yang terbakar.

Arini lemas. Istri pak Yanto, bu Yati namanya, mendekap tubuh Arini yang lemah. Gadis itu ambruk, terduduk di tanah dengan kain hijab di tangan yang tadi ia bawa..

"neeeekkk....!! nenek...!!!" tangis Arini tak terbendung menatap kobaran api yang makin membesar. Para warga sibuk memadamkan api itu dengan peralatan seadanya. Hingga.....

braaaaaakkkk.....!!!

Rumah kayu itu roboh. Ambruk rata dengan tanah. Hangus termakan api yang membara.

"NENEEEEEEEKKKKKKK....!!! HWAAAAAAAHAAAHAAA........!!!! NEEEEEKKKK.....!!!"

Arini berteriak. Menjerit sekencang kencangnya. Neneknya masih berada di dalam sana. Ia tertimbun reruntuhan rumah itu. Arini tak terkendali. Ia menangis meraung raung bak orang kesetanan. Ingin rasanya ia berlari ke tengah kobaran api itu. Menembusnya dan menyelamatkan sang nenek yang menderita di sana.

Tolonglah, wanita itu satu satunya keluarga nya. Satu satunya miliknya. Satu satunya keluarga yang ia punya. Ia tak mau hidup di dunia ini sendirian.

Arini menangis tak terbendung. Tangisan dari anak yang di tinggal mati ibunya sejak bayi, tidak pernah tahu sosok ayahnya, dan kini di tinggal mati neneknya tepat di hadapan matanya.

Tuhan, tolonglah. Kasihan anak ini. Ia tak punya siapa siapa lagi di dunia ini...🥺

Arini perlahan nampak lemas. Tangisannya melemah. Perlahan mata itu terpejam. Dan....

"Rin..! ndok, bangun...! Arini...!!" ucap bu Yati sambil menepuk nepuk pipi Arini yang kini nampak memejamkan matanya.

Gadis itu pingsan. Membuat Bu Yati yang memangku nya pun panik. Dengan segera para warga pun membantu wanita paruh baya itu. Mengangkat tubuh Arini dan membawanya ke rumah sakit terdekat guna mendapatkan pertolongan.

...----------------...

Selamat siang,

up 11:25

yuk, dukungan dulu 🥰🥰😘

...----------------...

Terpopuler

Comments

Raudatul zahra

Raudatul zahra

ikut sedih😭😭😭

2023-07-09

1

Raudatul zahra

Raudatul zahra

betul.. walaupun seorang istri nggak wajib bisa masak.. tapi ini nilai plus nya seorang perempuan..

2023-07-09

1

Riana

Riana

🥺🥺🥺kalau tidur jgn pakai headset jd kurang dengar ada keributan

2023-04-29

1

lihat semua
Episodes
1 MFD 01
2 MFD 02
3 MFD 03
4 MFD 04
5 MFD 05
6 MFD 06
7 MFD 07
8 MFD 08
9 MFD 09
10 MFD 10
11 MFD 11
12 MFD 12
13 MFD 13
14 MFD 14
15 MFD 15
16 MFD 16
17 MFD 17
18 MFD 18
19 MFD 19
20 MFD 20
21 MFD 21
22 MFD 22
23 MFD 23
24 MFD 24
25 MFD 25
26 MFD 26
27 MFD 27
28 MFD 28
29 MFD 29
30 MFD 30
31 MFD 31
32 MFD 32
33 MFD 33
34 MFD 34
35 MFD 35
36 MFD 36
37 MFD 37
38 MFD 38
39 MFD 39
40 MFD 40
41 MFD 41
42 MFD 42
43 MFD 43
44 MFD 44
45 MFD 45
46 MFD 46
47 MFD 47
48 MFD 48
49 MFD 49
50 MFD 50
51 MFD 51
52 MFD 52
53 MFD 53
54 MFD 54
55 MFD 55
56 MFD 56
57 MFD 57
58 MFD 58
59 MFD 59
60 MFD 60
61 MFD 61
62 MFD 62
63 MFD 63
64 MFD 64
65 MFD 65
66 MFD 66
67 MFD 67
68 MFD 68
69 MFD 69
70 MFD 70
71 MFD 71
72 MFD 72
73 MFD 73
74 MFD 74
75 MFD 75
76 MFD 76
77 MFD 77
78 MFD 78
79 MFD 79
80 MFD 80
81 MFD 81
82 MFD 82
83 MFD 83
84 MFD 84
85 MFD 85
86 MFD 86
87 MFD 87
88 MFD 88
89 MFD 89
90 MFD 90
91 MFD 91
92 MFD 92
93 MFD 93
94 MFD 94
95 MFD 95
96 MFD 96
97 MFD 97
98 MFD 98
99 MFD 99
100 MFD 100
101 MFD 101
102 MFD 102
103 MFD 103
104 MFD 104
105 MFD 105
106 MFD 106
107 MFD 107
108 MFD 108
109 MFD 109
110 MFD 110
111 MFD 111
112 MFD 112
113 MFD 113
114 MFD 114
115 MFD 115
116 MFD 116
117 MFD 117
118 MFD 118
119 MFD 119
120 MFD 120
121 MFD 121
122 MFD 122
123 MFD 123
124 MFD 124
125 MFF 125
126 MFD 126
127 MFD 127
128 MFD 128
129 MFD 129
130 MFD 130
131 MFD 131
132 MFD 132
133 MFD 133
134 MFD 134
135 MFD 135
136 MFD 136
137 MFD 137
138 MFD 138
139 MFD 139
140 MFD 140
141 MFD 141
142 MFD 142
143 MFD 143
144 MFD 144
145 MFD 145
146 MFD 146
147 MFD 147
148 MFD 148
149 MFD 149
150 MFD 150
151 MFD 151
152 MFD 152
153 MFD 153
154 MFD 154
155 MFD 155
156 MFD 156
157 MFD 157
158 MFD 158
159 MFD 159
160 MFD 160
161 MFD 161
162 MFD 162
163 MFD 163
164 MFD 164
165 MFD 165
166 MFD 166
167 MFD 167
168 MFD 168
169 MFD 169
170 MFD 170
171 MFD 171
172 MFD 172
173 MFD 173
174 MFD 174
175 MFD 175
176 MFD 176
177 MFD 177
178 MFD 178
179 MFD 179
180 MFD 180
181 MFD 181
182 MFD 182
183 MFD 183
184 MFD 184
185 MFD 185
186 MFD 186
187 MFD 187
188 MFD 188
189 MFD 189
190 MFD 190
191 MFD 191
192 MFD 192
193 MFD 193
194 MFD 194
195 MFD 195
196 MFD 196
197 MFD 197
198 MFD 198
199 MFD 199
200 MFD 200
201 MFD 201 (END)
202 (Bukan) Perampas Mahkotaku
203 My Disable Husband
204 ANAK ANAK DADDY DIGO KEMBALI...!
205 Nathan dan Rengganis
Episodes

Updated 205 Episodes

1
MFD 01
2
MFD 02
3
MFD 03
4
MFD 04
5
MFD 05
6
MFD 06
7
MFD 07
8
MFD 08
9
MFD 09
10
MFD 10
11
MFD 11
12
MFD 12
13
MFD 13
14
MFD 14
15
MFD 15
16
MFD 16
17
MFD 17
18
MFD 18
19
MFD 19
20
MFD 20
21
MFD 21
22
MFD 22
23
MFD 23
24
MFD 24
25
MFD 25
26
MFD 26
27
MFD 27
28
MFD 28
29
MFD 29
30
MFD 30
31
MFD 31
32
MFD 32
33
MFD 33
34
MFD 34
35
MFD 35
36
MFD 36
37
MFD 37
38
MFD 38
39
MFD 39
40
MFD 40
41
MFD 41
42
MFD 42
43
MFD 43
44
MFD 44
45
MFD 45
46
MFD 46
47
MFD 47
48
MFD 48
49
MFD 49
50
MFD 50
51
MFD 51
52
MFD 52
53
MFD 53
54
MFD 54
55
MFD 55
56
MFD 56
57
MFD 57
58
MFD 58
59
MFD 59
60
MFD 60
61
MFD 61
62
MFD 62
63
MFD 63
64
MFD 64
65
MFD 65
66
MFD 66
67
MFD 67
68
MFD 68
69
MFD 69
70
MFD 70
71
MFD 71
72
MFD 72
73
MFD 73
74
MFD 74
75
MFD 75
76
MFD 76
77
MFD 77
78
MFD 78
79
MFD 79
80
MFD 80
81
MFD 81
82
MFD 82
83
MFD 83
84
MFD 84
85
MFD 85
86
MFD 86
87
MFD 87
88
MFD 88
89
MFD 89
90
MFD 90
91
MFD 91
92
MFD 92
93
MFD 93
94
MFD 94
95
MFD 95
96
MFD 96
97
MFD 97
98
MFD 98
99
MFD 99
100
MFD 100
101
MFD 101
102
MFD 102
103
MFD 103
104
MFD 104
105
MFD 105
106
MFD 106
107
MFD 107
108
MFD 108
109
MFD 109
110
MFD 110
111
MFD 111
112
MFD 112
113
MFD 113
114
MFD 114
115
MFD 115
116
MFD 116
117
MFD 117
118
MFD 118
119
MFD 119
120
MFD 120
121
MFD 121
122
MFD 122
123
MFD 123
124
MFD 124
125
MFF 125
126
MFD 126
127
MFD 127
128
MFD 128
129
MFD 129
130
MFD 130
131
MFD 131
132
MFD 132
133
MFD 133
134
MFD 134
135
MFD 135
136
MFD 136
137
MFD 137
138
MFD 138
139
MFD 139
140
MFD 140
141
MFD 141
142
MFD 142
143
MFD 143
144
MFD 144
145
MFD 145
146
MFD 146
147
MFD 147
148
MFD 148
149
MFD 149
150
MFD 150
151
MFD 151
152
MFD 152
153
MFD 153
154
MFD 154
155
MFD 155
156
MFD 156
157
MFD 157
158
MFD 158
159
MFD 159
160
MFD 160
161
MFD 161
162
MFD 162
163
MFD 163
164
MFD 164
165
MFD 165
166
MFD 166
167
MFD 167
168
MFD 168
169
MFD 169
170
MFD 170
171
MFD 171
172
MFD 172
173
MFD 173
174
MFD 174
175
MFD 175
176
MFD 176
177
MFD 177
178
MFD 178
179
MFD 179
180
MFD 180
181
MFD 181
182
MFD 182
183
MFD 183
184
MFD 184
185
MFD 185
186
MFD 186
187
MFD 187
188
MFD 188
189
MFD 189
190
MFD 190
191
MFD 191
192
MFD 192
193
MFD 193
194
MFD 194
195
MFD 195
196
MFD 196
197
MFD 197
198
MFD 198
199
MFD 199
200
MFD 200
201
MFD 201 (END)
202
(Bukan) Perampas Mahkotaku
203
My Disable Husband
204
ANAK ANAK DADDY DIGO KEMBALI...!
205
Nathan dan Rengganis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!