Pagi menjelang siang,
di sebuah tempat pemakaman umum di desa itu. Seorang gadis cantik menangis tersedu sedu. Memeluk batu nisan sebuah makam baru bertuliskan nama Ratmi disana.
Gadis cantik dengan pakaian serba hitam itu terlihat begitu rapuh. Satu satunya keluarga yang ia miliki kini telah pergi selama lamanya.
Ya...nenek Ratmi ditemukan tewas terpanggang pagi tadi. Jasadnya ditemukan dikamar tertimbun reruntuhan dinding kayu yang sudah menjadi arang.
Arini benar benar hancur. Ia sudah tak punya siapa siapa lagi di dunia ini. Satu satunya orang yang ia sayangi kini sudah pergi selama lamanya. Harta bendanya hangus tak bersisa. Arini hidup sebatang kara tanpa adanya sosok keluarga dan rumah tinggal.
Arini masih memeluk batu nisan itu. Bu Yati sang tetangga nampak menenangkan gadis malang tersebut. Mengusap usap punggung nya agar lebih tenang. Para pelayat hampir semua sudah pulang, tapi sejak tadi Arini seolah enggan beranjak dari tempat itu.
Tak jauh dari makam yang masih basah itu, seorang pria nampak sibuk dengan ponselnya. Berusaha menghubungi sebuah nomor ponsel yang ia ketahui adalah nomor ponsel dari ayah kandung Arini, tuan Calvin.
Nomor itu sudah sangat lama ia simpan. Tuan Calvin sengaja memberikan nomornya pada Pak Yanto selaku orang yang di percayai tuan Calvin untuk memantau perkembangan Arini.
Tuan Calvin tak sepenuhnya melepas kan tanggung jawabnya atas Arini. Namun statusnya sebagai orang terpandang yang sudah memiliki calon istri kala Arini di tinggal mati ibunya, membuat tuan Calvin tak bisa membawa Arini ikut dengannya.
Tuan Calvin memang sangat jarang menghubungi Pak Yanto. Pun sebaliknya. Tuan Calvin biasanya mengirim uang untuk Arini tiga hingga empat bulan sekali dalam jumlah yang cukup untuk membiayai sekolah dan kehidupan sehari hari Arini.
Tapi sudah enam bulan ini tuan Calvin tak ada kabar. Ia tak pernah mengirim uang bulanan lagi untuk putrinya. Dan kini saat Pak Yanto ingin mengabarkan perihal kondisi yang di alami Arini saat ini, tuan Calvin justru tak bisa dihubungi. Entah kemana laki laki itu..! Padahal saat ini Arini tengah rapuh. Ia butuh sosok ayahnya. Gadis malang itu sudah tak punya siapa siapa di desa ini.
Pak Yanto menghela nafas panjang.
"hmmm...! kemana bapakmu ini, Rin..?! kasihan kamu, nak" gumam pak Yanto sambil menggelengkan kepalanya samar.
Merasa menghubungi tuan Calvin tak membuahkan hasil, pak Yanto memilih untuk menemui Arini. Mendekati gadis rapuh yang masih sibuk meratapi kepergian nenek tercinta nya itu.
Pak Yanto duduk di samping Arini. Di usapnya lembut pundak gadis cantik itu guna memenangkan hati sang anak malang.
"nak, kita pulang yuk. Ini sudah sore. Sebentar lagi hujan.." ucap Pak Yanto.
Arini menoleh, menatap ke arah pria dengan rambut yang nampak sudah beruban sebagian itu.
"aku mau pulang kemana, pak? rumah aja Arin nggak punya. Hiks..." ucap Arini menangis.
"kamu tinggal saja di rumah bapak. Ya..." ucap Pak Yanto.
"tapi, pak......"
"sudah. Yang penting hari ini kamu punya tempat untuk berteduh" ucap pak Yanto.
Bu Yati hanya diam. Ia nampak melirik sekilas ke arah suaminya seolah ingin mengatakan sesuatu.
Arini mengusap lelehan air matanya.
"udah, yuk, kita pulang" ucap pak Yanto.
Arini pun hanya mengangguk. Mau tak mau ia pun ikut. Ia sama sekali tak punya keluarga, harta benda ataupun tempat berteduh. Gadis cantik itupun kemudian bangkit mengikuti langkah laki laki itu untuk pulang ke rumahnya.
...****************...
Sepuluh menit berjalan kaki, mereka sampai di kediaman Pak Yanto.
Sebuah rumah petak kecil dan sederhana dengan tiga kamar tidur, satu dapur dan satu kamar mandi berada di sana.
"assalamualaikum...." ucap Pak Yanto,
"wa alaikum salam...." jawab lima anak pak Yanto yang masih kecil kecil.
Anak pertamanya berusia lima belas tahun, kelas tiga SMP. Yang kedua masih berusia tiga belas tahun kelas satu SMP. Anak ketiga sepuluh tahun kelas empat SD, anak ke empat tujuh tahun kelas satu SD. Sedangkan anak kelima masih berumur tiga tahun.
Arini menelan ludahnya kasar. Anak anak itu menatap polos ke arah para manusia dewasa yang baru saja datang itu. Anak pak Yanto cukup banyak. Sedangkan pak Yanto sendiri pekerjaan nya hanya serabutan. Kadang ngojek, kuli bangunan, dan sebagainya yang penting menghasilkan uang. Sedangkan Bu Yati adalah seorang tukang cuci di desanya. Ia menawarkan jasa mencuci dan menyetrika baju baju tetangga. Terkadang juga bersih bersih. Serabutan, yang penting ada uang yang didapat.
Arini menunduk. Ia jadi tak enak hati untuk menumpang hidup bersama pak Yanto. Bukan apa apa. Ia hanya takut merepotkan keluarga ini. Kehidupan mereka sudah sulit. Jika ditambah Arini yang ikut tinggal disana, pasti akan makin sulit lagi. Tapi jika tidak tinggal bersama keluarga ini. Harus dimana lagi ia tinggal??
Arini masuk ke dalam rumah itu mengikuti pak Yanto dan Bu Yati.
"Rin, nanti, kamu tidur sama Rani, ya. Kamu tinggal di sini saja dulu. Ya, nak" ucap Pak Yanto.
Arini menunduk, mengangguk samar.
"Pak, kamar kita kan udah di pakai buat 3 orang. Kalau ketambahan sama kak Arin kan jadi tambah sempit" ucap Rani polos.
"huusss....!" ucap Pak Yanto pelan dengan mata melotot seolah melarang Rani berucap demikian.
Arini menunduk. Ia makin tak enak hati.
"eemm....Rin, kamu istirahat dulu, ya. Kalau lapar, ads makanan di dapur. Tadi ibunya anak anak sudah masak.." ucap Pak Yanto.
Arini hanya mengangguk lesu.
"ya sudah, kamu istirahat. Bapak mau ganti baju, mau ngojek dulu" ucap Pak Yanto lagi.
"iya, pak. Makasih..." ucap Arini lagi.
Pak Yanto pun hanya mengangguk. Ia lantas masuk ke dalam ruangan di rumah itu yang merupakan kamar pribadinya, yang ia tempati bersama istri dan anak keempat serta kelimanya.
Arini nampak diam. Anak-anak pak Yanto terlihat menatap ke arahnya.
"kak Arin kalau mau tidur tidur aja di kamar aku" ucap Rani ramah
Arini hanya mengangguk sambil tersenyum. Rani lantas mendekati gadis sebatang kara itu. Ia menggandeng tangan Arini untuk masuk ke dalam kamarnya.
ceklekkk
pintu terbuka.
Arini terdiam. Kamar berukuran dua kali dua meter itu nampak berantakan. Kasurnya lusuh, selimut usang, berserakan tak terlipat berbaur dengan bantal-bantal lusuh serta berapa boneka dan mainan yang bentuknya sudah tidak bagus lagi.
Arini diam lagi. Ruangan se sempit ini di huni oleh 3 anak pak Yanto. Dan akan ditambah lagi dengan dirinya..
Ya Tuhan...! Ia merasa makin tak enak dengan keluarga ini. Apa mungkin ia akan betah tinggal di rumah ini??
...----------------...
Selamat siang....
up 10:42
yuk, dukungan dulu 🥰😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Raudatul zahra
lanjut baca dulu yaa thor..
2023-07-09
1
Riana
jangan jangan ayah arini
sakit
meninggal
ketauan keluarganya dilarang kirim uang apalg telponan
🤔🤔🤔
2023-04-29
1
Putri Minwa
👍👍👍
2023-04-02
1