Semusim

Semusim

Patah hati

Alika begitu semangat setelah acara kelulusan beberapa hari lalu, ia sudah tak sabar untuk menikmati liburannya di negara yang di impikannya itu. Alika berencana akan berada di sana selama tiga bulan, selain untuk liburan ia juga ingin mencari universitas yang cocok.

Sebenarnya Alika sangat ingin mengajak kekasihnya untuk berlibur bersama, selain itu juga mengenalkannya pada Arion, kakak tunggalnya. Sayangnya sang kekasih menolak dengan alasan sibuk. Entah sibuk apa, Alika pun tak tahu.

Hubungan antara Alika dan pacarnya terjalin dari saat kelas X semester kedua, Alika sejujurnya kurang terlalu suka dengan Steve. Bukan karena jelek atau pun miskin, namun ada suatu hal yang Alika rasa tak nyaman saat bersama lelaki itu.

Alika hanya mencoba membuka hati dan berharap jika ia bisa benar- benar jatuh cinta terhadap lelaki itu suatu saat nanti.

Entah kenapa hingga sampai saat ini, setelah lebih dari dua tahun. Ia tak merasa apa pun, ia hanya merasa perlu berlaku sebagai seorang kekasih yang baik di mata Steve. Tentang perasaannya hanya cukup dirinya saja yang tahu.

Itu juga salah satu alasan ingin melanjutkan pendidikan di negeri orang, agar perlahan ia bisa menjauh dari sang pacar.

Arion sedang menempuh pendidikan di Korea dan saat ini sudah memasuki semester akhir. Namun jika nantinya Alika memilih kuliah di sana maka Arion pun akan menempuh S2 di sana juga.

Pagi hari selepas sarapan, Alika berencana akan pergi ke mall untuk membeli beberapa baju. Terlebih baju tebal untuk berjaga- jaga.

Alika berjalan mondar- mandir di dalam kamar, tangannya sibuk menekan tombol panggilan pada Steve. Ia ingin meminta pacarnya untuk menemaninya berbelanja. Setelah lebih dari sepuluh kali menghubungi dan meninggalkan beberapa pesan,  tak ada respon sama sekali dari Steve.

Alika melempar asal hp nya, meski pun kesal namun ia tak ingin terlalu ambil pusing.

"Jangan sampai liburan ku kacau gara- gara si Steve" Gumam Alika di sela kesibukannya memilah baju yang akan di pakainya.

Pilihannya jatuh pada dress jeans selutut lengan pendek dipadukan dengan sneakers. Serta sling bag untuk hp dan dompet.

Sekali lagi ia memeriksa hp nya sebelum pergi dari kamarnya.

"Bi, aku pergi dulu ya. Nanti kalau ada yang nyariin bilang aja aku lagi pergi" Pesan Alika pada Bi Surti.

"Iya, non. Hati- hati ya, non. Diantar pak Pri kan?" Tanya Bi Surti.

"Nggak, Bi. Aku naik taksi aja. Lagi pengen" Alika pergi meninggalkan Bi Surti yang tengah beberes di ruang tamu.

"Mau kemana, Non?. Biar saya antar" Tawar pak Pri, sopir pribadi Alika.

"Nggak usah, pak. Aku udah pesan taksi kok. Mari, pak" Tak lupa Alika memberikan senyum untuk para pekerja di rumahnya.

***

Alika berkeliling melihat- lihat barang yang sekiranya cocok menurutnya. Ia sudah lupa jika sedang kesal pada Steve, kala melihat poster Lee min ho yang menjadi idolanya. Ia menggigit pipi bagian dalam nya sebab merasa gemas pada sosok tampan itu. Itu salah satu alasan ia sangat ingin ke Korea.

Usai berbelanja, Alika memilih menonton film saja. Ia tak begitu peduli dengan judulnya, ia asal tunjuk saja yang penting ia nonton untuk mengusir sepi.

Ia mencari bangku yang tertera pada karcis, tempat duduk yang di urutan ketiga dari atas baris ke dua. Teater tiga sudah hampir penuh, ada beberapa seat yang masih kosong di depannya.

Tak lama sepasang laki- laki dan perempuan duduk tepat di depannya. Ia tak begitu menghiraukannya sebab ia masih sibuk dengan minuman di tangannya.

Begitu ia sudah meletakkan cup minumannya di holder ia menyamankan duduknya. Hingga dua orang di depannya membuatnya memicingkan mata.

Meski pun remang namun ia tahu betul siapa dua manusia itu, orang yang sangat di kenalnya.

Film belum mulai, dan itu adalah kesempatan bagi Alika untuk merekam pasangan mesra di depannya yang mulai saling bercumbu mesra.

Setelah mendapat apa yang di butuhkan ia keluar dengan air mata yang berderai, ia sudah tak peduli dengan orang- orang yang menatapnya aneh.

Diusapnya dengan kasar air mata yang terus mengalir.

Ia tak ingin lagi menoleh kearah belakang. Sudah cukup sakit dirasakannya, melihat kekasihnya berciuman dengan orang lain

Saat itu juga ia kembali ke rumah dan mengambil barang- barangnya yang sebagian sudah di packing sejak dua hari yang lalu.

"Gila aja, apa kurangnya gue?. Udah dapet spek bidadari gini malah nyari spek setan. Gue yang belum cinta aja sakit ati sama loe Steve. Bisa- bisanya loe selingkuhin gue di saat gue berusaha buat cinta sama loe. Cuma buat si kutil badak. Apa gegara gue nggak mau loe cium?. Untuk aja gue nolak loe jamah gue. Untung juga gue nggak cinta sama loe. Beruntung gue masih waras buat nggak nurutin semua mau loe." Gerutu Alika di sela kesibukannya berkemas.

Ia merebahkan tubuhnya sejenak guna mengatur emosinya, masih terbayang jelas gimana mereka tak tahu malunya melakukan itu.

Andai dirinya tega, sudah pasti ia akan mengirim video itu pada mamanya Steve. Namun ia tak tega sebab tante Maya(mamanya Steve) sudah sangat sayang padanya.

"Bang..!" Alika menghubungi Arion guna mengabarkan keberangkatannya yang sudah ia ubah jadwalnya.

"Apaan?. Gue masih ada kelas nih." Terdengar suara bisikan di ujung sana. Alika menloudspeaker hp nya, ia malas menempelkan benda pipih itu di telinganya.

"Gue berangkat ke sono ntar, penerbangan gue jam tiga" tutur Alika.

"Mwo?. Jangan gila loe. Gue nggak bisa jemput. Gue ntar baru bisa balik besok siang. Kenapa mendadak sih?" Sungut Arion.

"Bodo, cuma mau bilang itu doang. Gampanglah, yang penting alamat yang loe kasih jelas." Alika menutup telponnya secara sepihak.

Alika yang rencananya akan berangkat besok, merubah jadwalnya menjadi hari. Penerbangan pukul tiga sore ini.

"Bi, aku berangkat. Titip rumah, ya" Alika tak ingin berlama- lama. Ia memeluk tubuh paruh baya itu dengan erat.

Kemudian berpamitan pada pak Priyanto, supirnya. Dan pak Dadang, satpam di rumahnya.

Ia ke bandara dengan menaiki taksi.

Saat dalam perjalanan ia mengirim pesan pada Steve.

Alika:

*** Duuuuhhh... Selamat ya kalian, semoga langgeng. Ati- ati sama karma eeh kurma maksudnya.

Nggak bahagia selalu buat mantan dan adik pungut.

[video]

Alika mematikan ponselnya setelah mengirim itu pada group dadakan yang ia buat. Berisi dirinya, Steve dan Emely, adik angkat Steve yang sudah Alika sayang seperti adik sendiri.

Sesekali sang sopir taksi melirik kearah Alika yang sedang menangis melalui spion. Hendak bertanya namun ragu. Tak ingin di sangka terlalu kepo dengan urusan orang. Gadis itu sudah berusaha untuk menahan tangis, namun tetap saja sulit. Sekali pun tak cinta, tapi dua tahun yang di lalui terasa terbuang percuma.

Lelah menangis dan perutnya sangat lapar memaksa Alika menutup mata. Tak terasa ia tertidur selama menuju bandara. Jarak rumah ke bandara memakan waktu satu jam sepuluh menit. Tergantung dengan kelancaran lalu lintas.

Alika memandang ke sekeliling bandara, jujur saja ini adalah penerbangannya yang pertama kali seorang diri. Pernah pergi jauh juga dulu saat kedua orangtuanya masih ada.

Tapi semenjak tujuh tahun yang lalu ia harus menjadi gadis tangguh dan mandiri, sekali pun Arion. Ia tak selalu bisa bergantung padanya.

Sebab kesibukan Arion yang tak kenal istirahat, salah satu alasan juga yang membuatnya mau menerima Steve.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!