Day with Jisung ssi

Entah sudah jam berapa sekarang, Alika mengerjapkan beberapa kali. Ia masih

dalam posisi rebahan menghadap dinding. Ada sesuatu yang aneh dia rasakan,

kepalanya terasa sedikit berat. Selain itu terdengar suara sepatu  yang seolah sengaja di ketuk- ketukkan pada

lantai.

Alika mengubah tidurnya menjadi terlentang. Matanya melirik kearah

kepalanya sendiri. Ternyata ada tangan yang mendarat indah di kepalanya dan itu

milik Jisung. Pemuda itu masih terlelap. Alika lantas mengalihkan pandang pada

sumber suara.  “Abaaangg...” Suara Alika tertahan.

Ia sangat terkejut. Alika langsung

bangkit mendekati Arion yang tengah menatap tajam padanya. Dengan ragu- ragu ia

memeluknya. Tangan Jisung meraba sisi di sebelahnya, namun ia tak mendapati

keberadaan Alika yang sudah beralih dari tempatnya.

 “Alika...” Jisung terduduk saat tak mendapati gadis itu.  Ia belum menyadari keadaan sekitar.“Bisa jelasin, Alika?” Sebenarnya Arion tidak semarah itu, ia hanya

mengerjai adiknya.“Heemmm.. Itu bang, eee...” Alika bisa menjelaskan tapi bingung mulai

darimana.  “Masuk...!” Arion membuka pintu apartemennya.

“Kamu juga” Arion mengkode Jisung dengan dagunya. Apartemen sederhana,

yang terdiri dari dua kamar. Alika mengikuti langkah sang kakak. Tak lupa di

bawa sertanya barang yang tak seberapa itu.

Meski pun ia akan tinggal sedikit lama, namun ia sengaja membawa baju

sedikit. Sebab perbedaan cuaca yang begitu kentara, yang menjadi pertimbangan

Alika.   Jisung duduk setelah di persilakan, sedangkan Arion mengantar Alika

menuju kamar yang akan di tempatinya.

Begitu masuk, langsung saja gadis itu

mengambil baju ganti, handuk beserta perlengkapan mandinya. Badannya sudah

sangat lengket. Membuatnya tidak merasa nyaman. Sementara itu, diruang tamu. Jisung dan Arion tengah mengobrol tentang

banyak hal.

“Makasih udah jagain adik ku. Maaf udah bikin kamu repot. Harus nya

hari ini dia baru berangkat. Dia itu sedikit manja dan menyusahkan” Keluh Arion

diselingi kekehan. Ia menyodorkan minuman kaleng pada Jisung.

“Nggak masalah, aku seneng bisa bantu kamu. Dia datang ketempat ku,

sepertinya salah nomor. Dan tiba- tiba meluk aku. Mungkin mengira kalau aku

adalah kamu” Jisung tersenyum mengingat itu.

 “Anak itu benar- benar ceroboh. Untung saja itu kamu, coba kalau orang

lain. Entah apa jadinya” Arion memijat pangkal hidungnya. Terasa berdenyut

mengingat adiknya yang keras kepala. Alika adalah gadis yang ceroboh dan keras

kepala.

Sebenarnya ia melarang Alika datang sendirian, ia khawatir jika adiknya

kenapa- kenapa. Sebab hanya Alika satu- satunya yang dia punya. Kedua orangtua sudah

meninggal, begitu pula kakek dan nenek dari mama- papanya. Ada juga om dan

tante serta keponakan yang tak mau mengakui mereka berdua.

Alika dan Arion akan

saling mendukung dan menguatkan. Sebab tidak ada yang bisa diandalkan lagi. “Bagaimana kuliah kamu?” tanya Jisung.“Ya begitulah, kemarin ada tugas di desa. Dan tugas itu cukup penting

nilainya untukku. Makanya kemarin aku tidak bisa menjemputnya di bandara.

Tapi bagaimana bisa ia salah nomor, padahal sudah aku kasih tahu” Keluh Arion. “Abang, aku lapar” Keluh Alika. Ia keluar kamar dengan celana pendek

dan kaos lengan panjang kedodoran.

“Adeeekk.. Ganti. Nggak malu apa ada tamu?” Sungut Arion kesal dengan

penampilan adiknya pagi ini.“Nggak mau ah, bang. Udah pewe ini” Bibir Alika mengerucut lucu. “Ganti nggak?. Kalau nggak nurut, pulang aja sono” Tegas Arion. Biar

pun gadis itu cukup menyebalkan, tapi ia sangat menyayanginya.

Apa lagi, Alika baru datang. Jadi harus selalu waspada. “Iyaaa.. Iyaaa.. Bawel deh abang” Alika menghentakkan kaki. Ia merasa

kesal dengan tingkah lebay Arion.“Tak usah pusing dengan tingkahnya. Kamu harus terbiasa, sepertinya aku

akan lebih sering ngerepotin kamu buat mengasuh bayi besar itu” Arion meneguk

kopi kemasan di depannya.

 Ia tidak pernah menyetok minuman beralkohol di apartemennya, sekali pun

untuk alasan menghangatkan tubuh. Ia selalu menyetok jahe sebagai gantinya.

Alika juga sebagai salah satu alasan ia menjauhi alkohol.

“Kerjaan kamu gimana?” tanya Arion.“Biasa saja, tidak ada yang istimewa. Hanya saja sekarang aku sedang

ingin membuat usaha yang lain. Aku tidak nyaman terlalu lama disana” Jisung

menyampaikan uneg- unegnya. “Apa kurangnya?. Jabatan mu sudah tinggi, dan lagi gajimu banyak.

Banyak orang yang ingin seperti mu” Arion menaikkan kedua kakinya diatas sofa.

Menekuknya dengan santai.

 “Ya seharusnya begitu, dan itu benar jika orang lain yang melihatnya.

Tapi itu tak benar jika aku yang memandangnya.” Jisung tersenyum getir.

Tak  ada yang tahu betapa sulit ia menjalani

hidup seorang Kim Jisung. “Abang.. Laper” Alika merengek, dengan kaki yang di hentak- hentakkan

ia mendekati Arion.

Duduk bersandar dengan manja padanya.Rambut panjangnya masih ia gerai, setengah basah mengenai Arion.

Membuatnya gedeg pada sang adik.“Kalau rambut basah jangan nempel- nempel. Di  keringin dulu pake handuk atau hairdryer lah

deh. Aku kan jadi ikutan basah”  Arion

mendorong Alika yang terus saja menempel seperti lintah.

“Ntar juga kering, bang. Lagian juga abang, adeknya dateng bukan di

sambut di beliin makan atau di bikinin minum. Ini malah dimarah mulu dari tadi.

Tau gini mending pulang. Jadi nyesel kesini” Jisung yang tidak paham dengan

percakapan adik- kakak itu. Hanya menyaksikan saja.

 Alika kembali ke kamar, mengambil barang- barangnya dan membawanya

pergi tanpa mengganti daster yang di pakainya. “Mau kemana?” Arion gegas menahan Alika yang hendak pergi. Baru saja

datang, dia sudah mau pergi lagi.“Pulang lah, ngapain juga disini kalau nggak di harepin. Nggak usah

nahan- nahan. Dan nggak usah nyari aku. Anggep aja nggak pernah punya adik” Air

mata Alika luruh.

Lelah hati karena Steve dan lelah fisik sebab perjalanan jauh belum lah

reda, sampai di tujuan malah abangnya ngomel terus membuat Alika semakin kesal

saja. “Kok jadi gini sih?. Biasanya kamu nggak baperan loh. Ada masalah?” Arion

memeluk sambil mengusap lembut kepala Alika.

Gadis itu bukannya bercerita malah

semakin terisak. Semua kesesakan yang di rasa ia tuang dalam bentuk air mata.

Ia tak mampu berkata- kata.

“Maaf, bukannya Abang mau marah sama kamu. Tapi kamu kan baru datang,

jagalah sikap selama di sini. Ini negara orang, bukan tempat kita. Kalau di

rumah kamu bisa sesuka mu, tapi kalau disini jangan. Bukan apa- apa, disni cuma

abang yang jagain kamu. Jadi lebih berhati- hati ya kalau disini. Abang nggak bisa 24 jam sama kamu. Paham?” Alika mengangguk dalam

dekapan Arion.

“Udah jangan nangis, malu sama Jisung. Kamu udah kenal dia kan?” Alika

mengerjap, lalu melepas pelukan Arion. Dia lupa jika orang itu masih ada di

sana. Alika membalikkan badan agar mata sembabnya tak dilihat Jisung.

Ia merutuki diri, untuk pagi ini saja dia sudah berapa kali mempermalukan diri di

depan pria itu. “Maaf Arion, aku pulang dulu kalau begitu.” Jisung beranjak hendak

kembali ke apartemennya sendiri.

“Kamu ikut saja, aku dan Alika ingin pergi makan di luar. Ia

mengeluhkan lapar sejak tadi” Ajak Arion. Jisung mengangguk menyetujui.“Biar aku kemas dulu barang yang di luar” Jisung keluar di susul Alika.“Terima kasih atas bantuan mu, biar aku yang bawa barang- barangnya”

Alika menunjuk tumpukan barang yang tadi di pakai.

 “Ooohh... Terima kasih” Ucap Jisung.“Tak masalah” jawab Alika. Alika mengikuti Jisung memasuki apartemen pria itu. Ia menyimpan barang

yang di bawanya pada sofa yang di tunjuk oleh Jisung. Sementara Jisung masuk ke

dalam kamar guna mengambil beberapa barang.

Alika ingin keluar namun sungkan

pada Jisung. Hingga ia pun memutuskan menunggu pria itu untuk keluar bersama. Selagi

menunggu, ia menikmati tata ruang yang sangat memanjakan mata. Tak banyak

barang, bahkan foto pun tak ada.

Hanya beberapa barang sebagai hiasan. Sofa hitam,

rak buku, dan action figure.  Tak lama mereka keluar bersama menuju loby, sebab Arion sudah menunggu

di bawah. Arion mengatakan akan mengajak Jisung dan Alika makan di cafe yang

tak jauh dari tempat tinggal mereka.

“Pilih sendiri” Arion menyodorkan buku menu pada Alika. Sedangkan Jisung

sudah menentukan menu pilihannya, sebab keduanya sering datang ke sana. “Yang ini aja, bang” Alika menunjuk pada salah satu menu.“Kalian tunggu sebentar” Arion berlalu menuju kasir.

Jisung dan Alika duduk berhadapan, membuat Jisung dapat dengan leluasa menatap gadis di

depannya. Alika sadar jika terus di tatap Jisung, bukan ge-er. Tapi terlihat jelas

dari pantulan kaca di sebelah mereka. Alika menatap kearah jalanan.

Memperhatikan orang yang lalu lalang.

Kota tempatnya berpijak saat ini memang

selalu hidup. Saat ia dalam perjalanan semalam pun masih banyak orang yang

berada di luar. “Waaahh...” Mata Alika berbinar menatap semangkuk bibimbab. Ia benar-

benar merindukan nasi.

Meski pun dini hari tadi ia sudah makan gimbab namun

ternyata masih kurang.  “Kamu kelaparan banget dek?” Tanya Arion, ia heran dengan tingkah

adiknya. Padahal kalau lapar juga tinggal makan, uang yang di pegangnya pasti

masih banyak. “He’em” Alika mengangguk. Mulutnya masih penuh dengan nasi. Ia tak

peduli dengan tatapan dua pria disekitarnya itu.

“Aku terakhir makan nasi waktu sarapan di rumah” Ungkap Alika dan

berhasil membuat Arion tercengang. “Kok bisa?. Kamu kan bawa uang, kalau laper tinggal beli dek. Jangan

kayak nggak punya duit” Arion berdecak malas menatap adiknya.

Alika hanya nyengir saja melihat kekesalan abangnya. Dan Arion pun menjelaskan pada Jisung tentang Alika yang belum makan.

Membuatnya menatap iba.“Makan pelan- pelan, kalau kurang pesan lagi. Biar nanti di bayar

kakakmu” Jisung mendekat pada Alika, mengusap kepalanya yang tengah menunduk

menikmati makanannya.

 “Ck, ini gimana konsepnya. Aku abangnya, dia yang nawarin tapi aku yang

bayar” Arion menggaruk pelipisnya. Mau heran tapi Jisung. Arion dan Jisung

memang cukup dekat meski pun tak terlalu intim.

Mereka sering berbagi cerita, jalan bersama, dan berbagi makanan. Namun tidak melewati apa yang bukan

wilayahnya.  Alika mendongak, ia tertegun namun menikmati usapan lembut Jisung di

kepalanya. Terasa bagai seorang adik yang di lindungi dua kakaknya.

Beda usia Alika dan Arion adalah empat tahun. Arion dan jisung dua tahun lebih tua

jisung. “Kamu lucu” ucap Jisung.“Terima kasih” Alika tersipu mendengar itu. Arion hanya mendengus.“Jangan genit, ingat Steve” Arion melirik sekilas pada Alika yang

tengah menikmati makanannya.

 Alika yang mendengar nama Steve langsung menghentikan makannya, ia

sedikit melempar sendoknya ke dalam mangkuk. Air matanya berderai, membuat

Arion melotot terkejut. “Eeeh kenapa nih?. Kenapa nangis sih?” Arion mendekap Alika, agar suara

tangisnya tidak mengganggu pengunjung yang lain.

“Ada apa?. Cerita ke abang” Arion mengusap punggung adiknya. Jisung bertanya pada Arion melalui tatapan mata saat mereka tak sengaja

bertatapan. Arion menggeleng tanda tidak tahu. Kemudian ia fokus menenangkan

Alika yang masih tersedu di dadanya.

“Mau lanjut makan apa pulang?. Atau mau jalan- jalan?” tawar Arion. “Udah nggak mood makan tapi masih laper” Adu Alika. Ia menyembunyikan wajahnya di balik jaket yang di pakai Arion.

Sekaligus menikmati aroma parfum yang lama ia rindukan. “Mau di bungkusin atau mau coba jajanan Korea?” tawar Arion lagi.“Mau jalan- jalan” cicit Alika dan di setujui oleh Arion. “Jisung, apa kau sibuk?” Jisung mengalihkan pandangan dari Alika pada Arion.

Ia menggeleng.“Hari ini aku santai” Jawabnya.“Ikut jalan- jalan. Okey?. Aku tidak yakin membawa Alika sendirian,

sebab dia terlalu bawel. Mungkin kalau ada kamu, dia bisa sedikit jinak” Arion

terkekeh begitu pula Jisung.

“Boleh. Mau naik mobil atau transportasi umum?” Tanya Jisung.“Sepertinya lebih nyaman kalau pakai transportasi umum. Sekalian biar

Alika belajar” Terang Arion yang diangguki Jisung. Mereka bertiga berjalan menuju ke stasiun bawah tanah. Arion, Alika dan

Jisung menunggu kedatangan kereta yang akan membawa mereka.

Tiba- tiba sebuah pesan masuk di hp Arion. Raut wajahnya berubah setelah mendapat pesan tersebut. “Kenapa, bang?”tanya Alika khawatir.“Temen abang ngabarin kalau mereka otw ke apartemen. Tugas kemarin

belum selesai terus besok harus di kumpul” Arion menjelaskan masalahnya.

“Yaudah kita balik aja.” Saran Alika, Arion nampak berpikir.“Ada apa?” Kini Jisung bertanya. Arion pun menjawab secara singkat saja.“Kalau Alika mau biar aku temani saja dia. Lagi pula aku tidak ada

kegiatan” Tawar Jisung. “Gimana, dek?” tanya Arion setelah menyampaikan tawaran dari Jisung.“Kalau orangnya ok , sih. Ayo aja” Alika mengangguk.

Ia berdiri di samping Jisung, menunggu kereta datang. Mereka berpisah saat kereta datang, dan

Arion kembali ke apartemen. “Tapi jangan telepon aku, aku nggak bawa hp. Hp ku baterai nya habis

dan jangan di charger. Biarin mati aja, tapi aku nggak bawa dompet” Alika

menengadahkan tangan meminta uang pada Arion sebelum Arion pergi.

Tangan Alika di turunkan oleh Jisung.“Jangan khawatir. Ayok” Jisung menarik tangan Alika memasuki kereta. Arion pun tenang sebab yang membawa adalah Jisung. Soal uang nanti bisa

di ganti saat di apartemen. Sebab biasanya juga begitu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!