Saat ini Alika sudah berada di ruang tunggu
bandara, masih ada waktu sekitar lima belas menit lagi untuk penerbangan nya.
Itu juga kalau nggak delay. Alika memutuskan membeli sesuatu sebagai pengganjal
perut.
Jujur saja ia sangat lapar, selain karena
belum makan juga tenaganya habis untuk menangis. Ia membeli burger dan satu cup galão .
Kemudian ia kembali ke ruang tunggu seraya mencoba menikmati apa yang ada di
tangannya.
Menyesap
perlahan seraya menutup mata. Merasakan galão yang mengaliri tenggorokan nya. Cukup nikmat di rasakan lidah Alika. Tidak buruk
buat dia yang tak terlalu suka kopi.
Panggilan boarding sudah terdengar,
membuat para penumpang dengan tujuan yang sama dengannya gegas bersiap. Alika duduk di kursi dekat jendela, menatap kearah luar. Seharusnya ini
menjadi saat yang indah, berlibur bersama orang yang terkasih. Saling bersandar
dan mengungkap rasa sayang diantara
keduanya.
Tapi semua tinggal harapan. Nyatanya ia pergi sendiri dan mantannya
berselingkuh dengan adik angkatnya. Seharusnya saat ini ia bersyukur tidak lagi
bersama pria seperti itu. Tapi jujur, tetap saja ada rasa sakit di hati. Ada
ruang kosong di dalam dadanya.
Alika memandang orang- orang di
sekelilingnya, sama sekali tidak ada yang di kenal nya. Benar- benar membuatnya
bosan. Ia membaca novel yang di bawa nya
guna mengurangi sepi.
Pesawat sudah take off beberapa waktu yang lalu. Dan masih ada beberapa
jam lagi untuk tiba di Incheon. Penumpang lain yang berada di sebelah nya sudah
tertidur dari sebelum pesawat berangkat. Novel yang di baca Alika pun telah rampung, namun masih tersisa sekitar
empat jam lagi untuk sampai. Ia benar- benar bosan. Tanpa terasa ia terlelap.
Alika terjaga saat merasa ada yang mengusap kepalanya. Ia mengerjap,
mengumpulkan kepingan kesadaran yang tercerai- berai. Usai benar- benar bangun, ia menuju toilet untuk buang air serta cuci
muka. Ia meminta jalan pada orang disebelah nya agar di beri jalan. “Maaf, bisa tolong kasih jalan?. Saya mau ke toilet” Tanpa menjawab orang
itu menggeser kakinya agar Alika dapat lewat.
“Terima kasih” Alika berjalan ke belakang menuju toilet. Selesai mengeringkan sisa air di wajahnya, ia menatap lekat pada cermin
di depannya.“Alika cantik, Alika baik, Alika sempurna. Jangan khawatir Alika, hanya cowok beg* yang
mau sia- sia in kamu.
Suatu saat pasti akan tergantikan dengan yang setara
dengan mu. Seorang pria yang sempurna, melebihi mantan mu” Ia memberi semangat
pada dirinya sendiri.
***
“Akhirnya sampai juga” Gumam Alika. Ditariknya koper berukuran sedang itu dengan santai. Ia masih mengamati sekitarnya dengan tatapan
kagum. Serasa tak percaya jika saat ini ia telah berada di tempat ini.Ia mengambil kertas yang berisi
alamat apartemen Arion di dalam saku nya.
Namun naas, seseorang tanpa
sengaja menabrak nya dan air yang di bawa orang itu tumpah mengenai kertas itu.“Mianhamnida..” Alika menggeleng tanda tak apa- apa.Orang itu berlalu dengan terburu- buru. Alika memungut kembali kertas yang sudah tak jelas bentuk kan nya itu. Hanya terbaca namanya saja, namun Alika berusaha mengingat nomor nya.
Apalagi sekarang sudah malam , membuat Alika sedikit kesulitan. Alika memasuki salah satu swalayan yang sepertinya 24 jam.
Ia membeli
beberapa bungkus roti dan air mineral. Ia duduk di kursi depan swalayan.
Sedikit merenungi nasib, sekarang sudah mendekati tengah malam. Bateraynya habis, dan ia masih luntang- lantung dengan menyeret koper.
Niatnya berlibur tapi malah hilang.
Alika memukul- mukul pelan betis dan lengannya bergantian, berharap
agar pegal nya berkurang. Sadar jika tak mungkin ia bertahan di luar lebih lama, ia bertanya pada
kasir disana.“Permisi, jika saya ingin pergi ke alamat ini. Bagaimana caranya?” Ia
bertanya dalam bahasa inggris, tentunya.
Kasir itu pun memberi arahan, apa saja dan jalur mana saja yang harus
di ambilnya. Setelah mendengar penjelasan kasir itu, bukannya paham. Alika malah
memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Kasir pria itu pun tersenyum ramah.“Kalau kamu kesulitan mengingat rutenya, kamu bisa menuju kesana” jari
nya menunjuk kearah bandara.
“Disana kamu bisa meminta diantar ketempat tujuan. Namun biayanya lebih
mahal” Alika mengangguk dan berterima kasih. Ia pun keluar dari swalayan menuju tempat yang di tunjuk pemuda itu.
Setelah berada di dalam taksi, Alika dapat bernapas lega.
Begitu sampai, Alika menuju satpam yang berjaga. Ia mengatakan jika
dirinya adalah adik dari Arion Fernandes. Serta menunjukkan tanda pengenal nya. Alika melenggang dengan santai nya menuju lantai 16, tempat Arion
tinggal.
Dan dengan percaya dirinya ia menekan bel no 46. Begitu pintu terbuka,
gegas saja ia memeluk orang di hadapannya. Sedang orang yang di peluk Alika,
diam tak bergerak. Ia merasa tubuhnya kaku, ia sangat terkejut sebab tiba- tiba
ada orang asing yang memeluknya.
“Abaaangg.. Kangeeen.. Abang gimana sih, aku dateng enggak di sambut?.
Aku hampir ilang tahu nggak?. Adek abang tuh cantik, kalau sampe ilang emang
abang mau cari ganti dimana?” Cerocos Alika, namun ia merasa aneh. Kenapa
abangnya diam saja.
Kenapa tidak membalas pelukkannya. Perlahan pelukkan Alika mengendur,
ia mendongak. Melihat siapa orang yang tengah di peluknya. Ia pun membeku,
ternyata ia dengan pede nya memeluk orang yang salah.
“Nuguseyo?” Tanya pria di depan Alika. Alika melepas pelukkan nya dan
mundur dua langkah.“Aaa.. M-maaf, saya salah o-orang. S-saya kira kamu saudara saya”
Terang Alika dalam bahasa Inggris. Selama di Korea, Alika menggunakan bahasa
Inggris. “A- apa A- Arion tinggal disini?” Alika mengatur napasnya, degup
jantungnya yang bertalu membuatnya terbata- bata.
“Arion ssi nen gogisseo sarayo” pria di depannya menunjuk no delapan di
depannya kamarnya. Alika memalingkan wajah kearah telunjuk lelaki itu. “Aaa.. Gamsahamnida” Ucap Alika, gadis itu menunduk menahan malu. Gegas
ia beranjak menuju pintu apartemen Arion.
Ia benar- benar tak ada muka untuk
memandang pria itu. “Abaaangg....”Panggil Alika, tangannya berulang kali mengetuk pintu
berwarna hitam itu. Entah mengetuk atau menggedor.
Rasanya ia ingin menangis,
pertama karena pintu tidak segera di buka. Dan yang kedua, pria itu masih diam
disana. Memperhatikannya yang nampak mengenaskan.
Ia merasa lega kala mendengar pintu di belakangnya terdengar berderit
terbuka lalu tertutup. Alika menyerongkan tubuhnya, melirik sekilas pada pintu
di belakangnya.
Tubuhnya luruh saat sosok itu
tak lagi di sana. Ia lelah, ingin berjumpa dengan kasur empuk yang tengah
melambai dalam angannya. Tenaganya benar- benar tinggal sedikit. Dia terakhir makan nasi saat
sarapan, setelah itu perutnya sama sekali belum bertegur sapa dengan nasi.
Hanya roti dan kopi saat masih di Indonesia, kemudian roti dan air mineral
beberapa jam yang lalu. Belum lagi gegara patah hati, ia memandang nanar pada hpnya yang mati. Ia
sedang malas untuk mencharger. Biarlah ia terlihat mengenaskan saat ini. Ia
sangat tidak peduli dengan tatapan beberapa orang yang lewat tak jauh darinya.
Buat apa peduli pada orang asing yang tak tahu apa yang ia rasakan.
Lelah terus menarik kesadarannya, tak lama ia terlelap.
***
“Apa gadis itu baik- baik saja?. Dia kelihatan sangat lelah” Pria
tetangga apartemen Arion merebahkan diri dengan gelisah. Ia ingin lanjut tidur
namun rasa kantuknya sudah menguap entah kemana.
“Sebaiknya aku lihat saja” Pria yang bernama Kim jisung itu menyibak
selimutnya. Ia ke dapur, melihat apa yang ada di sana. Dia hanya menyimpan
gimbab yang di dapatnya dari sepupunya tadi. “Masih ada empat potong, lumayan lah buat isi perut” Gumamnya, lantas
ia beralih ke kulkas mengambil sebotol jus apel.
Ia membawanya keluar
apartemen. “Bangun” Jisung menepuk pelan tangan Alika. Bukannya terbangun, Alika
hanya menggeliat. Mencari posisi nyaman, memeluk erat sling bagnya.“Bangunlah” Kembali ia menepuk lengan Alika, menarik gadis itu dari
alam mimpinya.
“Oooh...” Alika menggeser duduknya agar sedikit jauh dari Jisung. Gadis itu tidur dalam keadaan duduk.“Ada apa?” tanya Alika ketika kesadarannya kembali. Matanya nampak
merah, menahan kantuk juga lelah.
“Makanlah, maaf aku hanya ada ini” Jisung menyodorkan piring berisi
gimbab beserta botol yang di pegangnya. “Terima kasih, tapi tak perlu repot- repot” Alika menolak meski pun
perutnya ingin. Ia menekan perlahan perutnya yang sedikit sakit. “Tak apa, makanlah. Di luar dingin, kau bisa menunggu di tempatku jika
mau.” Tawar Jisung.
“Lebih baik aku menunggu disini saja” Tolak Alika disela kegiatannya
mengunyah makanan di tangannya.“Baiklah, tunggu disini” Jisung kembali ke dalam. Mengambil beberapa
barang. Tak lama ia kembali membawa banyak barang. Ada karpet, bantal, selimut
dan beberapa barang lainnya.
“Buat apa ini?” Alika terkejut melihat apa yang di bawa Jisung.“Jika kamu memilih menunggu disini, gunakan ini. Udara sangat dingin,
jangan sampai kedinginan” Jisung menggelar karpet dan menata bantal. “Tidurlah lagi, biar aku temani. Tadi aku sudah menghubungi Arion, dia
bilang akan kembali besok pagi ini. Jadi dia minta aku menjaga mu sebelum ia
kembali. Kamu jangan khawatir, aku tidak akan menyentuhmu” Ujar Jisung, memberi
senyum meyakinkan pada Alika.
“Aaa.. Terima kasih, tapi kamu tak perlu melakukan ini” Alika benar-
benar merasa tidak enak, apalagi dia sedikit bau sebab sudah seharian tidak
mandi. Dia ingat betul, terakhir mandi pada saat akan pergi ke mall. “Tapi aku harus, sebab di apartemen paling ujung sana. Ada pria tua
yang sering membuat kerusuhan. Jadi apa kau yakin ingin disini sendirian?”
tanya Jisung. Ia merebahkan tubuhnya.
“Iya kah?. Kalau begitu, tolong temani aku. Tapi tolong sedikit kesana”
Alika bersembunyi di balik selimut. Ia sedikit takut berada di dekat orang
asing. Meski pun penampilannya biasa aja dan terkesan sangat tidak enak di
pandang. Tapi tetap saja ia seorang wanita dan yang di sampingnya seorang
lelaki. Kecuali ia memang tak menarik atau lelaki itu ada kelainan. Alika
menggeser tubuhnya, sangat mepet pada tembok.
“Kenapa jauh sekali?” Jisung menatap heran pada Alika.“Aku bau, belum mandi” cicitnya, Jisung terkekeh dan gemas pada gadis
yang baru ditemuinya. “Aku kim Jisung, boleh kau panggil Leon” Jisung mengulurkan tangannya.“Aku Alika, maaf tangan ku kotor” Alika enggan membalas jabatan tangan
Jisung.“Nggak masalah” Jisung menurunkan tangannya.
Sunyi mendera diantara keduanya. Jisung yang heran sebab Alika yang
terlalu lama diam, mengintip gadis di balik selimut itu. Ia tersenyum mendapati Alika yang terlelap terlihat cantik meski pun
kucel. Jisung kembali merebahkan tubuhnya, tangannya meraih guling yang tak
jauh darinya.
Meletakkan guling itu diantara mereka. Mereka baru saja bertemu dan
berkenalan, dan lagi Alika adalah saudara Arion. Pemuda baik hati yang sering
membantunya. Ia harus turut menjaga gadis itu selama tidak ada Arion.
Jisung yang mulai bosan, membuka hpnya. Mengecek pesan sekiranya ada
hal yang penting. Namun hanya ada pesan yang membuatnya berdecak kesal. Ia
enggan membalas pesan itu, membacanya pun enggan.
Ia meletakkan hp nya,
pikirannya melayang entah kemana sebab pesan- pesan memuakkan itu. Saking kesalnya ia, sampai tak terasa ia pun ikut terlelap bersama
Alika di sisinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments