Alika dan Jisung melanjutkan perjalanan yang sudah di rencanakan sebelumnya. Apa yang di
makan dan diambil oleh Alika, di tanggung sepenuhnya oleh Jisung.
"Waahh...Ramai sekali" seru Alika saat melewati kumpulan pedagang makanan.
"Kau suka?" tanya Jisung, ia terus mengikuti kemana pun Alika pergi. Gadis itu
berlari kecil kesana- kemari tanpa menghiraukan pertanyaan Jisung.
Greb..
Jisung meraih tangan Alika, gadis itu menoleh ke belakang.
"Ada apa?" nampak raut kebingungan di wajah Alika.
"Jangan lari- lari dan jangan sampai terpisah. Ingat..!. Kamu nggak bawa apa pun dan
juga kamu belum tahu daerah ini" Jisung mengikis jarak diantara keduanya.
Dada Alika sudah berdebar hebat sebab terlalu dekatnya mereka. Bukan ingin di cium atau
sudah jatuh hati, hanya saja ini jaraknya terlalu dekat bagi mereka, orang
asing yang baru bertemu tadi malam.
Belum ada 24 am pertemuan mereka, rasanya tidak lucu jika langsung beradegan ciuman.
"Apa kamu mengerti?. Tetap pegang tangan ku" Jisung mengeratkan genggaman tangannya.
Ditatap begitu dalam membuat Alika tak berkutik. Ia mengangguk, memahami arahan Jisung.
"Ingin coba yang mana?" Alika berjalan bersama Jisung, melewati banyak penjaja makanan.
Alika berhenti di satu tempat, ia menarik tangan Jisung mendekati ibu- ibu sang penjual.
"Bibi. Tolong satu porsitteokbokki.” Pesan Jisung.
“Kamu tidak makan?” tanya Alika. Jisung menggeleng.
“Aku masih kenyang. Apa tidak dingin?”tanya Jisung. Alika menggeleng, udaranya memang sejuk dan sedikit
dingin. Namun belum membuat Alika kedinginan.
“Kamu duduk di sini dulu, aku beli minuman.” Jisung berlari kecil menuju mesin penjual otomatis yang tak jauh
darinya.
“Ini minuman mu” Jisung menyerahkan sebotol minuman rasa jeruk, sedangkan milik Jisung sendiri rasa apel.
“Kamu suka banget ya, sama apel?” tanya Alika.
“Lumayan, terlebih yang hijau” Tutur Jisung.
“Kenapa?. Biasanya orang suka yang merah, lebih manis” Alika menatap heran.
“Entah lah, lebih suka saja. Rasanya lebih menyegarkan dari pada manis. Dan tentang selera tidak harus sama dengan yang lain." tutur Jisung.
“Kamu mau?” Alika menyodorkan tteokbokki di tangannya.
“Kamu habis kan saja” Jisung mendorong pelan tangan Alika.
“Tapi aku sudah kenyang” Gadis itu menatap sayang pada sisa tteokbokki nya. Porsi yang di dapat tak seperti
bayangannya. Meski pun ukuran bowl nya sedikit kecil namun isi nya penuh.
“Buang aja kalau kamu udah nggak mau” Jisung mengambil nya dari tangan Alika.
“Jangan, sayang banget kalau dibuang. Masih banyak” Alika mencegah Jisung. Jisung terkejut melihat tangan
Alisa yang berada di punggung tangannya.
Dia suka terbiasa berkontak fisik
dengan banyak gadis, meski pun berpeluk kan tanpa hubungan. Yaa karena memang
sebebas itu di sana. Tapi kenapa terasa lain bagi Jisung jika itu Alika. Gadis yang baru di kenal nya.
Sedikit menyentuh kulitnya saja membuatnya berdebar.
“Jangan di buang, ya?” Pinta Alika.
“Oke asal kamu yang suapin” Putus Jisung. Alika memalingkan wajah, malu mendera setelah Jisung mengatakan itu.
“Tapi.. kamu kan bisa sendiri?” cicit Alika.
“Ya nggak masalah kalau nggak mau, di buang saja” Jisung sudah beranjak akan membuangnya di tempat sampah.
“Oke.. oke.. Duduk” Alika menarik tangan Jisung agar duduk lagi di tempatnya.
Dengan senang hati Jisung menuruti Alika. Mata nya tak lepas dari memandangi Alika yang tengah cemberut sebab dipaksa menyuapi nya. Ia merasa bahagia setelah lama tak merasakan nya.
“Udah abis” Alika menunjukkan paper bowl yang kosong itu.
“Kamu ingin kemana lagi?” Alika menggeleng.
“Harusnya aku yang tanya, sebab aku
orang asing. Sedangkan kamu yang nemenin aku. Kamu yang jadi tour guide” jawab
Alika.
“Penawaran menarik. Kalau aku jadi tour guide nya, kamu bayar berapa?” Jisung mendekatkan duduknya pada Alika.
“Entah lah, aku belum bekerja. Jadi aku tidak bisa menggaji mu banyak” Alika terkekeh, ia yang seorang pengangguran di mintai bayaran oleh seseorang yang bekerja.
“Aku ada penawaran kalau kau mau” Jisung menyandarkan tubuhnya.
“Apa itu?. Mungkin bisa aku pertimbangkan.
“Aku bersedia menjadi tour guide kamu, asalkan setiap sabtu malam hingga minggu malam kamu harus jadi pacarku” terang Jisung.
“Sebentar, ini gimana maksudnya?” Bukan Alika tak paham, hanya saja ia merasa aneh. Apa Jisung sebegitu tidak laku nya hingga ia melakukan hal itu.
“Bagaimana?” tanya Jisung.
“Apa kamu nggak punya pacar?”Tanya Alika.
“Ma- maaf, bukan bermaksud tidak sopan. Hanya saja aku takut kalau samapi ada masalah nanti nya jika aku mengiyakan begitu saja. Apa lagi kamu juga lumayan, bisa saja kan pacar kamu nggak hanya satu.” Jisung terbahak mendengar nya.
“Maaf, aku tidak bermaksud mentertawakan rasa khawatir mu. Saat ini hati aku sendiri. Aku punya hubungan
yang rumit. Aku bingung bagaimana menyampaikannya” raut wajah Jisung menjadi sendu.
“Baik lah, aku bersedia. Selama saling menguntungkan kenapa tidak?. Tapi aku ada syarat” kata Alika.
“Apa?” Jisung nampak bahagia mendengar Alika menerima tawarannya. Ia sangat antusias menanti ucapan Alika
selanjutnya.
“Aku ingin membeli apa pun dengan uang ku sendiri. Kamu boleh membelikan aku sesuatu hanya pada saat jadwal kita berpacaran” tegas Alika. Biar bagaimana pun ia tak ingin di cap sebagai gadis matre.
“Tidak masalah.” Jisung meraih tangan Alika yang berada di pangkuan gadis itu. Lantas menggenggamnya dengan erat.
“Hari ini hari apa?” tanya Jisung. Ia mengecek hp nya.
Jisung menghela napas, ternyata masih hari rabu. Perlu beberapa hari lagi untuk berkencan. Padahal ya sama saja, hari minggu atau bukan, ia akan tetap berjalan bersama Alika.
"Masih hari rabu, masih beberapa hari lagi untuk memanggil mu sayang" sungut Jisung. Alika terkekeh, ada- ada saja kelakuan lelaki itu.
"Ayo pulang" Ajak Alika. Ia mengulurkan tangan, mengajak Jisung bergandengan tangan.
Jisung menyambut tangan itu di sertai senyum sumringah.
Jisung menyampirkan jaketnya pada Alika, menutupi daster motif bunga kecil- kecil. Rambutnya ia ikat asal. Meski pun berantakan namun tak mengurangi rasa percaya dirinya.
Jisung mengusap kepala Alika. Sangat mendebarkan sekaligus menenteramkan saat bersama Alika.
"Sebentar" Jisung menghentikan langkah saat merasa hp nya bergetar.
"Arion" Jisung menunjukkan hp nya pada Alika.
"Apa, bang?" tanya Alika, sebab Jisung menyodorkan hp nya.
"Iya, bentar lagi pulang" Sungut Alika. Lantas mengembalikan barang pribadi milik Jisung.
"Ayo" Ia mengulurkan tangan, mengajak Alika kembali bergandengan tangan.
Mereka langsung pulang, tanpa berniat mampir kemana pun. Sebab Alika sudah merasa lelah jalan- jalan seharian ini.
"Capek?" Jisung menarik kepala Alika agar bersandar di bahu nya.
"Sedikit. Tapi terima kasih untuk hari yang menyenangkan ini" Alika tersenyum manis pada Jisung.
Jisung mengambil jaket di bahu Alika, lantas menggunakannya untuk menutup paha Alika. Sebab daster yang di pakai panjangnya selutut.
Sehingga akan menjadi sepaha jika di pakai duduk.
"Tidur lah, nanti aku bangun kan kalau sudah sampai. Masih ada 40 menit lagi untuk tiba" Jisung mengusap pipi Alika dengan sebelah tangan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments