Di kediaman Dion.
Dion membersihkan tubuhnya dengan air hangat yang sudah di siapkan, lalu memilah pakaian yang harus ia kenakan.
Jelas saja Dion kebingungan, pasalnya dia tidak banyak memiliki baju santai dan sederhana, karena bajunya semua bermerk penuh dengan pakaian resmi.
Ruang baju ganti yang tertata rapi, sepatu buatan designer ternama, juga pakaian yang tak kalah mewahnya. Sehingga membuat Dion mengerutkan kening bingung apa yang harus ia kenakan untuk tampil sederhana.
"Gogo!" panggil Dion, yang masih tidak mengenakan sehelai kain pun kecuali sebuah handuk yang melilit di lingkar pinggangnya.
Karena Dion sudah tahu, pasti sekretarisnya tersebut tak akan jauh dari jangkauannya, dan ketika Dion memanggil, dengan sigap Gogo langsung datang kepadanya.
"Iya Tuan."
"Ambil semua pakaianmu yang layak pakai dan masukkan ke dalam tas besar!"
"Aaa..apa Anda mengusir saya, Tuan?"
Apa ini karena aku salah bicara tadi.
"Jangan banyak tanya, lakukan segera dan bawa kesini!"
"Baik Tuan." tanpa membantah, Gogo langsung beranjak pergi mengambil pakaiannya yang terletak dilemari salah satu kamar dirumah besar Dion.
"Buat apa ya, Tuan Dion dengan baju bajuku?" Gogo menerka nerka. "Ah sudahlah, lihat saja nanti."
Segera Gogo memilah milah baju yang serasa cocok dengannya, yang dia rasa masih baru dan dipakai jarang sekali. Mengingat Gogo harus bekerja melayani Bosnya selama 24 jam penuh.
****
"Letakkan bajunya!" pinta Dion.
"Baik Tuan!" Gogo pun langsung menaruhnya diatas meja milik Dion.
"Keluarlah!" Gogo masih mematung, heran.
"Apa kau ingin melihat aku mengganti pakaian, hah?" bentak Dion.
"Eh, maaf Tuan." dengan tergopoh gopoh Gogo segera keluar, tapi rasa penasarannya masih ada dalam kepalanya.
Dion pun mengambil tas yang berisi baju tersebut, kemudian memindahkannya ke atas tempat tidurnya, lalu memilih pakaian yang bisa ia kenakan.
"Cih, kenapa seleranya rendah sekali? Bukankah aku memberinya gaji besar, dia bahkan tidak mempunyai baju bermerk satu pun."
Akhirnya, dengan terpaksa Dion memilih, lalu memakai baju kemeja sederhana dengan celana kain untuk menunjang penampilannya.
****
Sementara itu, Gogo sudah menunggu Bosnya dilantai bawah.
Saat Dion keluar kamar memegang tas besar milik sekretarisnya, sontak semua mata tertuju pada Dion.
"Ya Ampun, Tuan Dion tampan sekali."
"Dia bukan manusia lagi gak sih? Malah mirip seperti Dewa."
"Tuan kita memang selalu tampan, menyejukkan mata."
"Aaaaa."
Itu lah gosip sejumlah pelayan yang terpana melihat Dion dengan rambut acak acakan serta berpenampilan casual, hingga membuat dia semakin terlihat lebih muda dan tampan. Berbeda dari biasanya yang selalu disisir ke belakang dan terlihat sangat maskulin.
Keterpanaan itu juga berlaku pada Gogo yang membelalak kaget, ia menajamkan matanya melihat Bosnya dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Bahkan, ia lupa bahwa baju yang Dion kenakan adalah miliknya sendiri, karena terlihat begitu berbeda saat dikenakan olehnya dan Dion.
Bak seorang model yang sedang memperagakan busana di atas catwalk.
Sepertinya, aku pernah melihat baju ini, seperti milikku tapi.... Ah, tidak mungkin.
"Kita berangkat sekarang!" Dion berjalan masih dengan ke angkuhnya.
"Baik Tuan."
Segera Gogo berjalan membukakan pintu mobil belakang untuk Bosnya.
****
SRUPPP
Kiko menyeruput semangkok mie untuk mengganjal perutnya dengan rakus.
"Kau tidak bosan hanya makan mie setiap hari?" tanya Nina.
"Ya, mau bagaimana lagi? Aku tidak punya cukup uang untuk membeli makanan yang enak enak, aku masih bersyukur bisa makan hari ini."
"Astaga, sungguh malang sekali nasib mu Nak Nak." Nina berdecak dimulutnya.
"Kau sendiri bagaimana? Nasib kita tak jauh beda." Kiko membalas ejekan.
"Tenanglah! Aku sudah mendapat tawaran bahwa novelku akan di filmkan." Nina berkata penuh kemenangan.
"Wahhh, benarkah?"
Nina mengangguk dengan percayadiri.
"Selamat, selamat, kau memang temanku yang hebat."
"Iya dong, nanti bakal aku teraktir Tenang saja."
"Tapi, novel yang mana yang akan di filmkan?"
Doeng!! Seketika Nina gugup, dan mendehem.
"Itu, naskah romantislah!" Nina menjawab dingin sampai salah tingkah, pasalnya yang akan di filmkan adalah novel erotis yang bahkan dia sendiri tak pernah melakukannya.
"Oh, bagus kalau begitu, sekarang memang musim para remaja menyukai hal-hal yang begitu romantis dan menyentuh, seperti kisah yang terlalu mainstream di novel, tentang anak yang dijodohkan atau dipaksa menikah lalu saling jatuh cinta."
"Ha ha ha ya kau benar, kurang lebih sama seperti itu" sahut Nina berbohong.
****
"Tuan, apa Anda yakin akan keluar sendirian?"
"Kau pikir aku siapa, tidak bisa menemui seorang wanita sendirian?"
"Eh, maksud saya bukan begitu Tuan."
Aduh salah bicara lagi.
"Kau tunggu disini saja!" Dion pun keluar dari dalam mobil membawa tas berisi baju bawaannya.
Tok tok tok
"Eh, sepertinya ada tamu." ucap Nina memberitahu.
"Kau yang buka saja! Mie ku masih belum habis"
"Cih, itu kan tamu mu, huh, baiklah!"
Nina pun segera membuka pintu dan seketika ia membelalak, mulutnya menganga. Bahkan menurut Nina, pria yang berdiri di depannya sekarang sedang mengeluarkan cahaya, begitu bersinar karena ketampanannya.
Dion melihat Nina dengan menyunggingkan bibir, jijik. "Maaf Nona, air liur mu keluar."
Doeng!!
"Eh, iya he he. Tuan sedang mencari siapa?"
"Saya mencari pemilik rumah ini."
"Oke."
BRUKK!! Nina langsung menutup pintu kembali tepat di depan mata Dion, hingga membuat Dion kaget.
Lalu Nina berlari dengan girang, bak orang kesurupan menghampiri Kiko yang tengah asyik menyantap semangkuk mie.
"Gawat! Gawat! Gawat!" teriak Nina kegirangan.
"Apanya yang gawat, sih?" tanya Kiko, masih duduk menyeruput mie.
"Hayo keluar!" Nina menarik lengan Kiko yang bersila didepan meja "Cepetan, hayo!"
"Apaan sih? Siapa yang datang?"
"Pangeran."
"Hah?"
"Pangeran yang datang, hayo cepat!"
Mereka pun kembali membuka pintu, dan Kiko juga kaget tak menyangka.
"Permi.." Dion hendak menyapa.
BRUKK!! Kiko kembali menutup pintu.
Sial, ada apa sih dengan mereka?
"Kenapa kamu menutup pintunya lagi?" tanya Nina heran.
"Kita harus berbicara!"
"Tentang apa?"
"Di depan itu adalah pria yang pernah aku ceritakan."
"Hah, maksudmu pria tampan tapi menyimpang?"
Kiko mengangguk membenarkan.
"Ah, mana mungkin. Coba kita tanyakan dulu apa tujuannya kemari."
Kemudian mereka kembali membuka pintu untuk untuk Dion.
Dion pun menyambut dengan senyum, walau hatinya begitu kesal kepada kedua wanita aneh yang berdiri didepannya sekarang.
"Maaf Tuan, ada apa mencari saya?" Kiko bertanya membuat Dion langsung gugup karena jantungnya berdegup kencang tak seperti biasanya.
"Karena itu!" Dion menunjuk kertas yang di tempel di tembok pagar rumah Kiko.
"TERIMA KOS KHUSUS WANITA."
Dion tak pernah membacanya, hanya salah menunjuk saja.
Lantas Kiko langsung bergumam pada Nina, "Kan, benar apa yang ku bilang."
"Eh, iya kau benar." sahut Nina kecewa.
Apa yang dibicarakan dua wanita ini tentangku?
"Maaf Tuan, tetapi tidak bisa."
"Aku akan membayarmu mahal, 20x lipat dari biaya kos pada umumnya. Bagaimana?"
Tawaran Dion membuat Kiko berpikir dua kali untuk menolaknya.
"Sudah, terima saja! Dia kan tidak mungkin macam macam padamu" bisik Nina.
"Baiklah, Anda boleh tinggal disini."
Seketika Dion langsung menerobos masuk, melemparkan tasnya diatas sofa lalu merebahkan kakinya diatas meja.
Dia pikir ini rumahnya sendiri apa?
Kiko bergumam kesal, melihat tingkah Dion yang asing, berlagak seperti seorang majikan.
"Duduklah!" perintah Dion.
Dia bahkan menyuruhku duduk di sofa milikku sendiri, hiikss.
"Aku haus, bawakan aku air!" Kiko masih kaku mengepalkan tangannya menahan kesal. "Aku kan masih seorang tamu, dan tamu adalah seorang raja."
"Ah, baik Tuan. Akan saya ambilkan."
Cih, kalau bukan karena aku butuh uang, sudah ku tendang si tengik itu.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Efan Zega
ngakak abiz aq bca novel ini,😄😄😄
2021-02-21
0
💕Řëńà&Ŕèšțî💕
🤣🤣🤣d sangka
2020-08-03
1
Senja di langit Jawa🌺℘ṧ
TERIMA KOST KHUSUS WANITA, astogee ngakak sekalee🤣🤣 Dion Dion
2020-06-21
2