"Tuan, bukankah itu wanita yang sedang Anda cari?" tunjuk Gogo, ke arah Kiko tengah menangis di tengah para pejalan kaki.
"Iya kau benar, kenapa dia?"
"Sepertinya dia sedang kesusahan, apa saya perlu memberi bantuan kepadanya?"
"Tidak, jangan sekarang! tapi.."
"apa Tuan ingin meminta saya untuk mengumpulkan semua informasi mengenai wanita tersebut?"
"Ya, lakukanlah!"
"Baik Tuan."
Mobil pun melaju pergi lagi karena hari masih siang, dan masih di jam kerja. Dion tidak mungkin meninggalkan pekerjaannya dan memilih untuk mengikuti Kiko walaupun pikirannya tertuju pada gadis tersebut.
Kenapa dia menangis ya? Apa yang membuat dia sesedih itu? Eh, kenapa semenjak kejadian itu aku terus saja memikirkannya?.
Dion mengerutkan keningnya, heran pada pikirannya sendiri, Gogo yang menyadari tingkah Bosnya yang tak biasa melalui cermin mobil, lantas bertanya.
"Apa Tuan sedang tak enak badan?"
Dion mendehem, agar suara yang tersangkut di tenggorokannya keluar, karena rasa gugup. Tidak mungkin kan, seorang Dion mengatakan kalau sedang memikirkan seorang wanita?
"Aku tidak apa apa, menyetirlah dengan benar!" sahutnya ketus.
Gogo merengut. "Jelas jelas wajahnya tadi memerah!" gumamnya.
****
Kiko berjalan sempoyongan ke arah rumah teman satu satunya ialah Nina.
"Nina." sapa Kiko, sambil merengek masuk kedalam rumah Nina yang hanya sepetak, dan langsung merebahkan badannya diatas kasur.
"Kenapa lagi? tumben sudah pulang?" tanya Nina masih sibuk dengan rutinitasnya di depan komputer.
"Aku di pecat." sahutnya terisak.
"apa?" Nina kaget, "Kenapa?"
"Itu karena aku tidak sengaja melamun dan memberikan bosku uang receh, karena aku kira, dia orang lain yang datang untuk mengemis."
sontak Nina terkekeh. "Apa? ha ha kau memang bodoh, ya? Tidak heran, kau menjadi teman abadiku."
"Hei, kau sedang menghina ku, ya?" Kiko berteriak kesal, lalu mencerna. "Kau benar, aku memang bodoh, ah sial."
Kiko menatap langit langit dinding dikamar Nina lalu menghembuskan nafasnya kasar.
"Ini semua karena pria itu." gumamnya menyalahkan.
"Pria? Yang mana?" tanya Nina, ia tak mengerti, pasalnya Kiko tidak memiliki seorang teman pria satupun kecuali Fredy anak bosnya tempat ia bekerja dulu. "Maksudmu, kau sedang memikirkan seorang pria, begitu?"
"Huh, bukan. Tapi pria yang pernah aku ceritakan padamu, yang pernah aku selamatkan."
Nina langsung beranjak dari tempat duduknya dan meloncat ke atas kasur sampai mengagetkan Kiko. "Gimana, gimana? Ceritakan! Apa dia mengajak mu berkencan?" tanya Nina penuh semangat serta tersenyum lebar.
Kiko akhirnya bangkit dari rebahannya. "Kau gila, ya? Apanya yang kencan, tidak sampai sejauh itu."
"Lalu, bagaimana?" tanya Nina kecewa, pasalnya tidak sesuai imajinasinya didalam sebuah dogeng.
Kiko menghela nafas kasar. "Aku hanya bertemu dengannya tidak sengaja, itupun belum bertatap muka langsung dengannya."
"Yah, kecewa." dengus Nina, "Lalu, kenapa kau tadi bergumam tentangnya tadi?"
"Begini, akan aku ceritakan kepadamu se detail mungkin apa yang sudah aku lihat." Kiko memegang pundak Nina dan menatapnya dengan serius kali ini.
Kiko pun menceritakan awal mula bertemu dengan sosok pria berkacamata yang tak lain adalah Gogo sekretaris Dion, lalu tak sengaja menemukan dompetnya yang tertinggal dan Kiko mencoba mengembalikan dompet tersebut hingga menyusul Gogo ke perusahaan terbesar, bukan hanya itu, Kiko menceritakan juga kejadian salah paham yang ia lihat.
Kiko mengira Dion sedang melakukan hal intim dengan Gogo, pasalnya kepalanya sangat pas dengan posisi daerah intim milik Gogo.
"Apa?" teriak Nina kaget, setelah mendengar cerita detail dari Kiko.
"Aku juga tidak percaya. Hiikkss." Kiko merengek frustasi.
"Pantas saja, kau bisa bersentuhan dengannya."
Kiko mengangguk membenarkan.
Mereka kemudian saling berpelukan dan menangis bersama, layaknya anak kecil yang kehilangan mainannya.
****
"Tuan, ini adalah sejumlah catatan informasi mengenai wanita yang Anda cari." Gogo memberi berkas.
Dion mulai membaca biodata wanita tersedut sambil tersenyum lebar.
Gogo yang sedari tadi memperhatikan Dion tampak tak percaya, karena baru kali ini Bosnya tersenyum manis seperti itu, serta mengangkat satu alisnya.
Kenapa dia mendadak menjadi manusia?
"Namanya Kiko Furukawa, blasteran Jepang dan pengalaman kerja, kosong?" Dion kaget
"Benar Tuan, wanita tersebut adalah seorang pengangguran Tuan. Sudah pernah menaruh beberapa lamaran pekerjaan dimana mana, bahkan di perusahaan ini, tapi tak kunjung mendapat tanggapan."
"Panggil dia dengan namanya, Nona Kiko!"
"Baik Tuan." sahut Gogo gugup.
"Lalu?"
"Terakhir kali, Nona Kiko bekerja paruh waktu, tapi baru kemarin sudah di pecat Tuan."
Dion tertawa. "Ha ha... Jadi dia kemarin merengek karena di pecat?"
Ya ampun, bahkan dia sekarang tertawa.
Gogo heran tapi tak mampu menebak keanehan Bosnya. "Wanita tersebut menyediakan tempat kos dirumahnya, Tuan."
"Nona Kiko." tegas Dion.
"Maaf Tuan, Nona Kiko menyediakan tempat Kos." ucapnya mengulang.
"kos?"
"iya benar, Tuan."
Dion semakin melebarkan senyumnya penuh tersirat.
Apa lagi yang dipikirkan Bos ku ini? semoga bukan hal yang aneh aneh karena aku tak dapat menolak.
"Antarkan aku kesana!" Dion beranjak dari tempat duduknya dan bersiap pergi
"Kemana Tuan?"
"Kuburanmu! Ya, wanita tersebut lah. Kenapa kau bertanya lagi."
Bahkan, Bos ku sudah mulai membuat lelucon seperti ini, membuatku ngeri saja.
"Mari Tuan, saya akan mengantarkan Anda!" mempersikahkan Dion melangkah terlebih dahulu lalu Gogo menyusulnya berjalan di belakang.
****
Sementara itu, Kiko dan Nina tengah asik karaoken dirumahnya.
Bum bum sya la la la.
Lo pasti nyesel kan,
Nyesel kan,
Pacarin gue.
Lo pasti nyesel kan,
Sebel kan,
Karena pecat gue.
Huyy! Huyy!
Disisi lain, Dion sudah sampai di depan rumah Kiko, ia masih di dalam mobil mengawasi rumah Kiko yang tampak berisik dari luar.
Kenapa rumahnya berisik sekali?
"Tuan, Anda tidak ingin turun?" tanya Gogo heran, karena mereka sudah ber jam jam hanya berdiam diri didalam mobil.
"Diamlah! aku masih berpikir dengan otak canggihku ini." mengepalkan tangan lalu memukul mukul dahinya pelan untuk mengeluarkan ide yang ada didalam otaknya.
Gogo hanya bisa bernafas lega dan berdiam diri sembari menunggu perintah dari Tuannya.
"Menurutmu, aku harus bagaimana menyapanya?"
Doeng! katanya canggih, menghadapi wanita saja kesusahan.
"Menurut saya, sebaiknya Tuan merubah penampilan terlebih dahulu karena sangat mencolok, berhubung dia wanita yang sederhana, jadi tidak mudah didekati hanya dengan uang."
"Hei, kau kira aku ingin mengencani nya, hah?" teriak Dion, membuat Gogo jantungan. "Wanita kampungan seperti dia bukan tipeku, jauh jauhlah dari pikiran itu!"
Astaga, aku salah bicara.
"Tapi ide mu bagus juga, kita pulang terlebih dahulu untuk mengganti baju." Dion tersenyum penuh makna yang terencana
"Baik Tuan"
Apa yang akan direncanakan Dion kali ini??
****
hai hai
Kalau suka, Klik favorite, Rating, Like, Komen yang penting!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
CR⃟7Naikenz *🎯Hs
Jangan heran gogo bos mu lagi bucin 😂😂😂
2020-10-21
1
moms furqan
kiko...kiko...km manis bngt semanis es kiko
2020-06-10
1
Ida Ismail
sumpah gue bacanya ketawa ampe sakit perut 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2020-06-06
2