Adakah Cinta Untukku

Adakah Cinta Untukku

Hari Ulang Tahun

Mata Alika memerah saat melihat senyuman dari saudara tirinya saat mendapatkan kejitan dari mamanya.

Selama ini ia selalu sabar menghadapi ketidak adilan yang terjadi padanya, ia adalah seorang anak kandung, tetapi ibunya lebih menyayangi saudara tirinya.

Kedua putrinya saat ini sedang ulang tahun di hari yang sama. Namun, ibunya tak memberinya satu kado pun. Tapi, berbeda dengan saudara tirinya, Dena. Seudara tirinya itu mendapatkan kejutan yang Alika sendiri terkejut dengan apa yang ibunua berikan pada Putri tirinya itu.

Mobil sport yang selama ini di impikan oleh saudara tirinya itu kini ada di depannya. Bukan hanya Dena, tapi mobil itu adalah impian semua orang termasuk Alika, ia juga memimpikan hal yang sama. Namun, mimpi itu seolah hal yang mustahil baginya.

"Ibu, ini hadiah untukku?" tanyanya yang langsung berlari menghampiri mobil mewah yang baru saja datang itu dan terparkir tepat di depan rumah mereka.

'Ibu, mengapa kamu memanggilku datang ke sini? Apa hanya untuk memamerkan kado yang kau berikan kepada Dena? Sedangkan kau hanya mengucapkan selamat ulang tahun padaku, tanpa memberiku satu kado pun,' batin Alika, setetes air mata jatuh membasahi pipi gadis cantik itu. Ia berusaha menepis rasa sakitnya. Rasa merasa sakit itu semakin menggerogoti tubuhnya, ia mengusap dengan kasar air mata itu dan ingin pergi dari sana. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar ibunya memanggil namanya.

"Alika, tunggu!" ucapnya, Alika pun berbalik dengan berusaha untuk tetap tersenyum, ada harapan jika ibunya memanggilnya mungkin untuk membelikan hadiah intuknya.

"Alika, tolong siapkan makanan di dalam, sebentar lagi teman-teman Dena akan masuk untuk makan. Oh ya, jangan lupa susun juga kado yang tadi di bawah taman Dena agar tak berantakan, jangan sampai ada kado yang hilang," ucap ibu membuat hatiku itu terasa tersayat.

Matanya kembali memanas. Namun, ia langsung berpaling tak ingin memperlihatkan air mata yang kini sudah jatuh kembali menetes dari sudut matanya.

Alika berjalan menjauhi ibunya.

Namun, ia tak melakukan apa yang diminta oleh ibunya. Alika masuk ke kamar dan menguncinya.

Selama 15 tahun ini, Alika tinggal di rumah neneknya. Rumah sederhana dan ibunya tinggal di rumah mewah berlantai dua. Alika memiliki kamar di sana, dia bisa datang kapan pun ia mau, itulah yang dikatakan ibunya. Namun, setiap datang ke rumah ibunya itu, Alika hanya penderitaan dan sakit hati.

Ibunya selalu menyayangi Dena dan membandingkannya mereka. Dena itu anaknya cantik, Dena itu yang pandai mengurus diri dan dia pintar, kamu harus menjadi seperti Dena. Kata-kata itu terus terdengar di telinganya dari ia kecil sampai usianya saat ini sudah menginjak 21 tahun.

Alika menghampiri sebuah kado kecil yang ada di meja riasnya, ia mengambil kado itu dan membukanya, senyum terbit di bibirnya.

"Nenek," liriknya.

Ya, selama ini hanya neneknya yang selalu memberinya kado di setiap ulang tahunnya tepat waktu, Alika merasa terharu saat melihat cincin emas yang ada di dalam kotak kecil yang diberikan oleh neneknya pagi tadi sebelum ia berangkat ke rumah ibunya.

Sebenarnya, Alika tak ingin merayakan ulang tahunnya itu di rumah ibunya. Namun, ibunya terus mendesaknya untuk datang. Tadinya ia berpikir mungkin tahun ini dia kan merayakan ulang tahun sama seperti Dena yang selalu merayakan ulang tahun meriah di setiap tahunnya. Tapi, ternyata dugaannya salah, ia hanya diminta untuk melayani tamu Dena.

Rasa sesal menyelimuti dirinya, mengapa ia harus meninggalkan neneknya sendiri di hari bahagianya ini dan datang ke rumah ibunya. Ia ingin pulang saat ini juga, tapi hari sudah malam, ia tak punya kendaraan.

Selama ini Alika selalu meminta ibunya untuk membelikan sepeda motor. Namun, ibunya selalu beralasan jika ia akan memberikan setelah mendapatkan uang dari ayah tirinya.

"Tok- tok -tok," sebuah ketukan di pintu kamarnya menyadarkan Alika dari lamunannya atas ketidak adilan yang didapatkan dari ibunya.

"Iya, Bu. Ada apa?" tanya Alika setelah membuka pintu dan melihat jika ibunya yang ada di balik pintu.

"Nak, kamu kok ada di kamar, ayo turun kita rayakan ulang tahunmu bersama dengan Dena, kuenya sebentar lagi akan dipotong," ucap wanita paruh baya itu yang tak lain adalah ibu kandung Alila, Alika tak menjawab. Namun, ibunya langsung menyerat Alika keluar dari kamar, membuat Alika mau tak mau mengikuti langkah ibunya menuruni anak tangga, walau dengan wajah cemberut.

Benar saja, begitu sampai di bawah, Alika hanya melihat satu kue. Kue yang berukuran besar dan Dena sudah berdiri di depan kue itu dengan pisau yang ukurannya cukup panjang ditangannya.

Lagu nyanyian selamat ulang tahun pun bergema di ruangan itu. Alika sama sekali tak ikut menyanyikan lagu itu, dia memilih asik dengan ponselnya dan mengirim pesan dengan teman-temannya. Namun, sebuah pesan masuk mengalihkan perhatiannya dari pesan yang sedang di tunggunya. Tertulis nama ayah di sana. Alika kembali menghembuskan nafas kasar.

Ayah dan ibunya sama saja, mereka sama-sama larut dalam kebahagiaan rumah tangga baru mereka tanpa memikirkan apakah dia bahagia atau tidak.

Berbeda dengan ibunya yang menikah dengan duda beranak satu dan anaknya seumuran dengan dirinya. Ayahnya menikah dengan seorang gadis dan setahun pernikahan mereka ia melahirkan seorang putra dan juga menjadi putra kesayangan ayahnya.

Berbeda dengan Dena yang selama ini selalu mengabaikannya dan terkadang menghina dirinya, adiknya yang bernama Irsya justru menyayanginya dan itu sedikit mengurangi rasa sesak di hatinya karena perlakuan kedua orang tuanya.

"Selamat ulang tahun, semoga panjang umur, Nak. Besok pagi datanglah ke rumah Ayah, Ayah punya kado untukmu," Tulis Ayah Alika dalam pesannya.

"Baik, Ayah," jawab Alika membalas pasan ayahnya.

Jika ibunya menikah dengan seorang yang lebih kaya dari ayahnya. Ayahnya hanya menikahi gadis desa biasa, membuat perekonomian mereka tetap sama seperti dulu. Ayahnya bekerja sebagai karyawan biasa di sebuah kantor. Setiap tahun ayahnya memberikannya kado walaupun kadang terlambat. Namun, tetap saja kado yang diberikan ayahnya pasti harganya jauh lebih murah dari kado yang biasa diberikan ayahnya untuk adiknya.

"Alika, tolong ambilkan piringnya untuk teman-teman Dena, Nak," ucap Ibu Alika membuat sang anak hanya mengangguk dan memberikan apa yang ibunya minta, melayani teman-teman saudara tirinya dengan wajah yang di tekuk.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!