Alika langsung menuju ke warung bakso neneknya. Hari sudah menunjukkan jam 05.00 sore, biasanya nenek akan berjualan sampai jam 09.00 malam.
Jika sedang banyak pelanggan terkadang mereka juga tutup jam 07.00 malam dan bakso mereka sudah habis. Namun, jika sudah jam 09.00 malam nenek akan bersiap-siap untuk pulang walau bakso mereka belum habis. Walaupun mereka sedang berdagang. Namun, nenek tetap selalu memperhatikan kesehatannya. Usianya sudah semakin tua dan ia tak ingin sampai sakit. Bagi nenek, rejeki sudah di atur, terkadang jika masih banyak sisa nenek akan membaginya pada anak jalanan atau para pengamen yang ada di sekitaran warung mereka. Kebaikan nenek sudah berlangsung sejak ia pertama membuka warung baksonya dan sampai sekarang.
Nenek dikenal di sekitaran warung baksonya dan banyak yang memghormati nenek karena kebaikannya, sehingga jika nenek dalam kesusahan semia akan berlomba-lomba memebantu nenek.
Alika sudah seperti cucu sekaligus anaknya, ia juga kasihan melihat cucunya yang itu memiliki kedua orang tua yang masih lengkap. Namun, seperti tak memiliki orang tua.
Sesampainya di rumah Alika membersihkan badan. Setelah itu, ia pun berbaring, ia benar-benar merindukan kamarnya, tiga hari meninggalkan kamarnya dan menghadapi hari yang melelahkan baginya. Selain merindu nenek yang selama ini merawatnya, ia juga merasa lelah batin, menahan semua rasa sesak yang terus-menerus datang saat berada di kediaman kedua orang tuanya, baik ibu maupun ayahnya.
Alika menarik nafas dan menghembuskannya dengan kasar.
"Sebenarnya, ayah dan ibuku menyayangiku atau tidak, sih? Mengapa mereka lebih menyayangi keluarga baru mereka. Ayah lebih menyayangi Irsya dan ibu lebih parah lagi, Ia menyayaingi Dena lebih dari aku, sedangkan Dena kan hanya anak tirinya," kesal Alika melipat tangannya di dada sambil berbaring dan melihat langit-langit kamarnya. Namun, ia langsung mengingat sosok Kenzie, dengan cepat ia mengambil ponselnya.
Alika melihat kontak dengan nama Kenzie, "ketemu!" serunya. Kemarin dia pernah meminta nomor Kenzie, ia pun mengirim pesan.
"Malam. Maaf mengganggu," tulisnya dan mengirimnya, ia melakukan semua itu tanpa ragu sedikitpun. Tekadnya sudah bulat, jika ia akan merebut kekasih Dena untuk melampiaskan segala kekesalannya. Ia membayangkan betapa indah kedepannya jika ia bisa merebut Kenzie dari Dena, selain tampan dia juga kaya raya dan poin penting, ia ingin mengalahkan saudari tirinya itu. Jika perlu, membuatnya menangis karenanya.
Alika membangunkan di dirinya dan berjalan bolak- balik menunggu pesan balasannya. Namun, ternyata tak ada balasan darinya si pemilik kontak Kenzie.
"Sebenarnya apa kau juga begitu mencintainya Dena? Mengapa kamu bisa mencintai Dena? Apa cantiknya sih dia, hanya bermodalkan make up" gumamnya kemudian Alika pun beranjak dari tempat tidurnya dan duduk di meja rias. Ia melihat penampilannya, selama ini, ia sama sekali tak pernah merias wajahnya, bibirnya merah alami, alisnya tebal walau tanpa diberi pensil alis, bulu matanya juga lentik dan tebal, tanpa menggunakan maskara ataupun pelentik bulu mata.
"Jika berdandan pasti aku juga cantik, lebih cantik dari Dena," gumamnya melihat wajahnya di cermin. Namun, ada satu hal yang membuatnya kembali menghela nafas berat. Dia sama sekali tak memiliki alat make up.
"Ya ampun, aku ini perempuan atau laki-laki sih, mengapa tak ada satu pun riasan di meja ini," ucapnya dan mengambil tiga benda yang ada di atas meja riasnya. Bedak bayi, deodorant dan juga parfum, hanya ketiga alat itu yang menjadi alat tempurnya sebelum keluar dari rumah. Saat ini, Alika hanya membantu neneknya berjualan bakso, ia hanya lulusan SMA berbeda dengan Dena yang sarjana dan sebentar lagi Irsya jiga akan kuliah. Hanya dirinya yang tak pernah merasakan bangku kuliah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments