Salah Jasmine Apa?
"Apa ini? Semua ini tidak boleh terjadi!" teriak Aldalin, wajahnya merah padam menahan amarah. Matanya melotot tajam, menatap tajam foto sepasang suami-istri yang sangat dibenci selama ini.
Aldalin melempar ponselnya dengan kasar ke lantai, membuat benda itu terbanting dan layarnya retak. Ia menggeram, rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal erat.
Aldalin berjalan menuju kamar Jasmine, langkahnya berat dan penuh amarah. Ia ingin melakukan hal seperti biasanya ketika sedang kesal, menghukum Jasmine atas kesalahan yang tidak pernah dilakukannya.
Ceklek!
Jasmine terkejut, matanya membulat saat melihat pintu kamarnya tiba-tiba saja terbuka. Ternyata sang ayah angkat yang membuka pintu dan masuk ke dalam, wajahnya dipenuhi amarah yang mengerikan.
"Ada apa, Ayah?" tanya Jasmine, suaranya gemetar. Ia menatap wajah sang ayah angkat dengan hati-hati, berusaha membaca apa yang sedang terjadi.
Aldalin tidak mengatakan apapun, ia langsung menarik tangan Jasmine dengan kasar, membuat gadis itu tersentak dan terhuyung. Wajahnya dipenuhi ketakutan, matanya berkaca-kaca.
"Ayah, lepaskan Jasmine!" teriak Jasmine, suaranya bergetar.
Seisi rumah langsung berhamburan untuk melihat apa yang sedang terjadi. Para pelayan dan pekerja rumah tangga terdiam, wajah mereka dipenuhi kekhawatiran.
Aldalin tidak menjawab ucapan Jasmine, ia terus membawa gadis itu ke halaman belakang yang terdapat kolam renang di sana. Wajahnya dingin dan tanpa ekspresi, matanya menatap tajam ke depan, seolah-olah Jasmine hanyalah sebuah benda mati.
Aldalin hempaskan tubuh Jasmine masuk ke kolam renang, sehingga gadis itu berteriak keras sebab dirinya tidak bisa berenang. Air kolam memercik ke mana-mana, dan wajah Jasmine dipenuhi ketakutan.
"Ayah!" teriak Jasmine, suaranya bergetar.
Jasmine mencoba untuk menyelamatkan dirinya, tapi tidak berhasil. Ia menggapai-gapai air, wajahnya pucat pasi, matanya dipenuhi kepanikan.
"Ayah, tolong!" teriak Jasmine lagi, suaranya nyaris tidak terdengar.
Aldalin sama sekali menghiraukan teriakan dari Jasmine. Ia berdiri di tepi kolam, wajahnya dingin dan tanpa ekspresi, seolah-olah tidak peduli dengan nasib Jasmine.
'Aku, tidak bisa diam saja! Aku harus menyelamatkan Kak Jasmine, karena dia sama sekali tidak bisa berenang,' batin Samudra, wajahnya dipenuhi keprihatinan.
Samudra berlari dengan sekuat tenaganya melompat masuk ke dalam kolam renang. Aldalin sangat terkejut melihat putranya itu melompat masuk ke dalam kolam, wajahnya dipenuhi amarah dan ketidakpercayaan.
"Sam, untuk apa? Kamu menyelamatkannya!" teriak Aldalin, suaranya bergetar.
Selama ini, jika Aldalin menghukum putrinya tidak ada satu orang pun yang berani menolong Jasmine, termasuk Samudra. Namun kali ini, putranya itu berani melawan, wajahnya dipenuhi tekad dan keberanian.
"Biarkan saja! Jangan pedulikan dia!" teriak Aldalin lagi, wajahnya memerah menahan amarah.
Samudra tidak mendengarkan ucapan sang ayah angkat kali ini, karena ia sudah tidak sanggup melihat kakaknya selalu dihukum. Wajahnya dipenuhi kepedulian dan kasih sayang kepada kakaknya.
Samudra membawa tubuh Jasmine naik ke atas, lalu ia memberikan nafas buatan karena kakaknya itu pingsan akibat terlalu banyak menelan air. Wajahnya dipenuhi kepanikan dan kesungguhan.
"Maafkan Sam."
Setelah Samudra memberikan nafas buatan, Jasmine terbangun dan memuntahkan semua air yang di minumnya tadi. Wajahnya pucat pasi, matanya masih dipenuhi ketakutan.
Kemudian Jasmine melirik ke arah sang ayah angkat yang terlihat sangat tidak peduli padanya. Wajahnya dipenuhi kesedihan dan kekecewaan.
"Apa yang ibumu lakukan! Aku juga melakukannya padamu!" bentak Aldalin, wajahnya dipenuhi amarah dan dendam.
Jasmine langsung meneteskan air matanya, saat sang ayah angkat berkata akan melakukan apa yang ibunya berbuat. Wajahnya dipenuhi kesedihan dan keputusasaan.
"Salahku apa, Ayah?" tanya Jasmine dengan air mata yang sudah mengalir deras, suaranya bergetar.
Samudra langsung menyelimuti seluruh tubuh Jasmine menggunakan handuk. Wajahnya dipenuhi kepedulian dan rasa sayang kepada kakaknya.
"Salahmu? Kehidupanmu itu adalah salahmu!" seru Aldalin, wajahnya dipenuhi amarah dan kebencian.
Aldalin ingin pergi dari sana, tapi langkanya terhenti saat Samudra berteriak. Wajah Samudra dipenuhi amarah dan keberanian.
"Lalu! Sam ini apa? Bukankah kami satu ibu satu Ayah!" teriak Samudra untuk pertama kalinya kepada sang ayah angkat.
Aldalin langsung membalikkan badannya, saat mendengar ucapan dari Samudra kemudian tersenyum simpul. Wajahnya dipenuhi kekecewaan dan amarah.
"Berani kamu melawan sekarang! Kamu anak ayah sedangkan dia, anak ibu ja-lang kalian itu!" Aldalin langsung berlalu pergi dari sana, wajahnya dipenuhi kebencian dan kekejaman.
Jasmine menangis tersedu-sedu sambil memeluk dirinya sendiri. Wajahnya dipenuhi kesedihan dan keputusasaan. Kemudian datanglah para pelayan yang sejak tadi hanya melihat.
"Non, apakah? Non baik-baik saja?" tanya Bi Sinta sambil memegang tangan Jasmine, wajahnya dipenuhi keprihatinan.
Jasmine hanya diam tidak menjawab ucapan dari Bi Sinta. Wajahnya kosong, matanya kosong menatap ke depan.
"Maafkan kami, sebab tidak bisa membantu Non," tambah Bi Sinta, wajahnya dipenuhi rasa bersalah.
Jasmine tidak berkata apa-apa. Ia hanya menatap ke arah samping dengan pandangan kosong. Wajahnya dipenuhi kesedihan dan keputusasaan.
"Sam bawa masuk ke dalam. Ya? Pasti air malam sangat dingin?" tanya Samudra dengan sangat lembut, wajahnya dipenuhi kepedulian dan kasih sayang.
Jasmine hanya diam dan merasa sangat sakit hati, terasa nyeri mengingat kembali kejadian tadi saat sang ayah angkat menghukumnya. Wajahnya dipenuhi kesedihan dan rasa sakit.
'Kenapa? Aku yang selalu dihukum atas perbuatan ibu? Aku ingin ibu menjelaskan semuanya padaku kenapa ayah sangat membenci ku,' batin Jasmine, wajahnya dipenuhi kesedihan dan kekecewaan.
"Den, bawa saja Non Jasmin masuk ke dalam," pinta Bi Sinta, wajahnya dipenuhi keprihatinan.
Samudra langsung mengendong tubuh Jasmine masuk ke dalam. Wajahnya dipenuhi kepedulian dan kasih sayang.
"Kasian sekali dia, kenapa? Kesalahan Bu Tasya harus dilampiaskan kepada Jasmine," ucap Bi Sinta dengan lirih, wajahnya dipenuhi kesedihan dan rasa iba.
Dia tidak sanggup harus melihat setiap hari Tuannya menghukum Jasmine, walaupun gadis itu tidak membuat kesalahan apapun.
"Entahlah, sebaiknya kita doakan agar, Tuan Aldalin bisa menyayangi Jasmine," sambung Pak Kumar yang baru saja sampai, wajahnya dipenuhi harapan.
"Semoga saja, kasihan dari kecil Non Jasmine selalu diperlakukan tidak baik oleh ayahnya sendiri," sahut Bik Sinta, wajahnya dipenuhi keprihatinan.
Merekapun pun bergegas pergi dari sana untuk melanjutkan kembali pekerjaan masing-masing.
Samudra membawa Jasmine ke dalam kamarnya, kemudian ia memberikan baju ganti untuk kakaknya itu. Wajahnya dipenuhi kepedulian dan kasih sayang.
Jasmine menerima baju dari Samudra, kemudian ia langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti baju. Wajahnya dipenuhi kesedihan dan keputusasaan.
Setelah selesai ia langsung ke luar dan duduk di sofa. Samudra datang membawakan air hangat untuknya, ia pun langsung menerima air itu. Wajahnya dipenuhi kelegaan.
"Kak Jasmine, Sam sudah tidak tahan lagi akan perlakuan ayah kepadamu," ucap Samudra, wajahnya dipenuhi kepedulian dan rasa sayang.
"Sam, bukankah kamu di sini baik-baik saja? Lalu untuk apa? Mengkhawatirkan aku ini. Tidak usah cemas, aku sudah terbiasa seperti ini dari kecil," sahut Jasmine, wajahnya dipenuhi kesedihan dan keputusasaan.
"Sam, tidak bisa melihat Kak Jasmine selalu saja dihukum oleh ayah, karena kesalahan ibu. Kita pergi dari sini dan jangan kembali lagi," usul Samudra, wajahnya dipenuhi tekad dan keberanian.
Dia sangat menyayangi kakaknya itu, sehingga Samudra tidak mau jika Jasmine terus-menerus dihukum.
"Sam, jika kita pergi maka lima menit kemudian ayah sudah berhasil menangkap kita," jawab Jasmine, wajahnya dipenuhi keputusasaan dan rasa takut.
Kemudian ia menatap ke arah Samudra yang ada di hadapannya. Wajahnya dipenuhi harapan dan rasa percaya.
"Sam, sudah tidak tahan lagi dan Sam akan mencari keberadaan ibu, agar Kak Jasmine terbebas dari ayah," ucap Samudra, wajahnya dipenuhi tekad dan keyakinan.
Dia sangat bersungguh-sungguh mencari keberadaan ibu mereka, agar kakaknya bisa bebas dari hukuman sang ayah angkat.
Jasmine hanya diam saja karena dia tidak mau membuat adiknya itu khawatir lagi, sehingga dia menuruti keinginan Samudra. Wajahnya dipenuhi keputusasaan dan rasa takut.
Aldalin duduk di ruangan kerjanya sambil menghisap rokok, dan juga meminum Bir dengan jumlah banyak. Wajahnya dipenuhi amarah dan dendam.
"Tasya, jika kau menyakitiku! Aku juga melakukan itu pada anakmu. Saat aku melihat wajahnya pasti aku teringat bajingan itu!"
Aldalin melemparkan gelas kosong ke lantai sehingga gelas tersebut pecah seribu, kemudian ia kembali meminum Bir langsung dari botolnya. Wajahnya dipenuhi amarah dan kebencian.
"Tasya, aku pasti membuat anakmu, merasakan apa yang aku rasakan saat bersamamu!" teriak Aldalin, wajahnya dipenuhi dendam dan amarah.
Dia melemparkan semua barang-barang yang ada di hadapannya, sehingga semuanya pecah dan berserakan. Wajahnya dipenuhi amarah dan kekejaman.
Jasmine tidur di sofa kamar Samudra, karena dia ketiduran saat mendengarkan cerita dari sang adik. Wajahnya dipenuhi kelegaan dan rasa tenang.
"Sam berjanji, akan mencari keberadaan ibu agar kakak tidak lagi dihukum oleh ayah," janji Samudra pada Jasmine yang sudah terlelap, wajahnya dipenuhi tekad dan kasih sayang.
Samudra perlahan membopong tubuh Jasmine menuju tempat tidurnya, kemudian meletakan tubuh gadis itu dengan sangat perlahan. Agar sang empunya tidak terbangun. Wajahnya dipenuhi kepedulian dan kasih sayang.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Denzo_sian_alfoenzo
aq hadir semoga ceritanya sesuai bayangan q 😬
2024-02-09
0
Mom Dian
Oh ... Jasmine bukan anak Aldalin tapi anak pria lain toh. kasian sekali kamu ndok pulang ke rumahku saja kalau boleh sama dedek Cinta🤭✌️
2023-03-26
1
Yudi Saputra
kasihan ya jasmine
2023-02-04
1