Playboy Sang Raja Gombal

Playboy Sang Raja Gombal

Episode 1

"hai sayang" aku menyapa hannah sambil duduk di kursi yang berhadapan dengannya. kini kami berada di kantin kampus, belakang gedung fakultas psikologi dan fakultas kedokteran yang jadi satu di gedung D. kami baru saja berpacaran sebulan.

"kamu kemana aja kok lama?" jawab hannah dengan wajah cemberut menatap mataku.

"kalo masih cemberut aku gak mau jawab" sahut ku dan dia pun benar tersenyum.

"nah gitu dong kan jadi lebih cantik, maaf ya tadi aku abis nongkrong dulu bentar sama zayeen" jawab ku menatap kembali dengan senyum ke hannah.

"jadi, kamu lebih pentingin dia dari pada aku?" jawab hannah dengan nada sedikit tinggi dan cemberut lagi, aku menarik napas.

"ini meja kosong, kita makan aja yuk, udah makan belum?" tanya ku mencoba mengganti topik dari pada terus berdebat dengannya, dimana laki-laki selalu salah dan perempuan selalu benar.

"jadi ini pacar baru kamu? dia yang buat kamu gak ada waktu buat aku?" tiba-tiba saja della datang dengan suara tinggi dan mengepak meja. aku kaget dia bisa datang kesini padahal dia anak manajamen yang kuliah di gedung A, jarang sekali dia kesini, apalagi melihat jaraknya yang cukup jauh. Dia datang bersama dua temannya.

"kok kamu bisa disini?" tanya aku padanya.

"dia siapa daniel? dasar buaya! kamu gak pernah berubah ya" hannah ikut marah dengan suara tinggi lalu berdiri, aku ikut berdiri.

"lo berani-beraninya permainkan teman gua ya niel, klo lo udah bosen lu bilang, gak usah main belakang kaya gini, lo gak bakal pernah ngerti perasaan cewek" salah satu teman della ikut berbicara dengan suara lantang menatap ku.

"lo nanya kenapa gua bisa disini? karena tadinya gua mau ke kelas lo, gua pengen kasih surprise ke lo, tapi ternyata malah lo yang.." della berkata dengan nada yang marah, hingga air matanya keluar dan meredupkan kata-katanya.

"niel, lo gak punya hati ya" berbicara seorang teman della yang lain menatap kecewa ke arah ku juga dengan kening mengerut.

"sekarang kita putus!! dan jangan pernah temuin gua lagi" geram della menatapku penuh amarah dan kecewa, air matanya menetes lalu pergi meninggal kan aku dan hannah. seketika aku sadar bahwa banyak yang sedang memperhatikan kejadian ini.

"hannah biar aku jelaskan, tolong duduk, kita jadi pusat perhatian" aku berbicara pelan.

"berapa perempuan lagi yang masih berhubungan sama kamu? dasar buaya!" ucap hannah sebelum meninggalkan ku sendirian.

aku menarik napas, lalu aku juga pergi ke arah yang berlawanan. aku berjalan dengan santai, sebenarnya aku merasa bersalah karena seperti mempermainkan hati mereka. tapi aku harus berbuat apa? mereka yang mengejar-ngejar ku. aku hanya mencoba membalas dan meladeni mereka, memberikan nyata pada ekspetasi mereka sendiri dan dekat dengan ku.

aku pikir aku tidak sepenuhnya bersalah, jika saja mereka tidak mengejar-ngejar ku, aku tidak akan mengganggu mereka, dan mereka tidak perlu merasakan sakit hati. lagi pula aku tidak pernah bermain di melampaui batas. begini-begini aku juga masih punya harga diri dan ingin dihargai juga pastinya mereka ingin dihargai dan feedback dari ku.

aku berjalan ke arah parkiran di depan gedung d, yang sedang aku lewati.

"daniel" aku menengok dari arah samping ada yang memanggil ku, saat aku baru saja menaiki motor ku. dia ica, dia katanya ingin berpacaran dengan ku, walau tau aku adalah playboy, jadi ku terima saja dia, kami baru jadian seminggu yang lalu.

"aku ingin cerita sama kamu" lanjut ica

"boleh, tapi diluar ya, sekarang naik dulu" aku mengajaknya naik motor dengan ku, dia naik saja tanpa basa basi lagi, aku bergegas memakai helm dan keluar kampus.

"ingin cerita apa?" aku bertanya padanya membuka percakapan ditengah jalan.

dia belum menjawab apapun, lama menunggu aku berbicara lagi.

"atau ingin bercerita tentang masa depan kita?" aku berniat bercanda saja dan asal bicara.

"hmm, kamu mau gak nikah sama aku?" tanya ica, jawabannya malah membuat aku terpaku, aku diam memikirkan jawabannya, yang benar saja kita baru jadian seminggu, kita belum benar-benar dekat, bahkan dia yang menembak ku bukan aku, aku bahkan tidak pernah suka sedikitpun padanya bahkan tertarik.

"daniel, kok kamu malah diam?" tanya ica lagi yang tau aku diam membisu.

"iya, kenapa?" jawab ku singkat, aku masih bingung harus menjawab apa.

"kamu mau gak nikah sama aku?" dia benar-benar mengulangi perkataannya.

"yuk ke sungai" jawab ku

"kok ke sungai?" tanya ica bingung.

"kita cari buayanya dulu buat bikin roti buayanya" jawab ku kemudian tertawa.

"ih aku serius, kita nikah secepatnya ya" ica berbicara lagi dengan serius, menghentikan tertawa ku, aku mengambil napas dalam.

"maaf ca, tapi jujur gua gak ada niatan buat nikah muda, untuk sekarang kepikiran buat nikah aja belum ada" jawab ku jujur.

"yah.. kamu serius? nanti kalo aku diambil sama yang lain giman?" tanya ica.

"yaahh... mungkin.. kita belum disatu garis takdir yang sama" jawab ku "tapi jika sudah ada pria lain yang sudah siap bersama mu aku tidak keberatan untuk melepas mu".

"daniel" dia hanya memanggil namaku setelah sesaat hening.

"iya, kenapa?" jawab ku singkat.

"aku hamil" singkat yang keluar dari mulut ica, tapi membuat ku tertegun, aku tidak tau harus menjawab apa, aku bahkan sama sekali tidak tau harus bicara apalagi. semua badan ku mendadak lemas. seingat, aku belum pernah melakukan hal senonoh seperti itu, tidak mungkin itu adalah anak ku ica mengeluarkan air mata.

"siapa ayah dari anak itu?" aku pun memberanikan diri bertanya setelah beberapa saat.

"kamu" jawabnya pelan, aku mencoba mengingat-ingat kembali apa saja yang pernah ku lakukan, aku benar-benar merasa bodoh, aku belum mau menikah, yang benar saja.

"maksudku, maukah kamu menjadi ayah dari bayi ini nanti? kita bisa membangun rumah tangga" ica menambahkan. lagi-lagi aku tertegun, tak tau apa yang harus kulakukan.

"tapi, jika kamu tidak mau tak apa, ini bukan salahmu, tak seharusnya juga aku melibatkan ini kepada mu, aku minta maaf" ica berbicara lagi.

"lalu siapa lelaki itu? kenapa tidak meminta dia saja?" aku mencoba bertanya.

"aku benci dia, dia tidak mau mempertanggung jawabkan ini" jawab dia, dia terdengar lelah, suaranya juga sesak. aku lagi-lagi hanya diam. aku juga bingung harus bagaimana, aku tidak mungkin juga menanggung, apalagi yang bukan menjadi tanggungjawab ku.

"daniel antar aku pulang saja, apa boleh?"

"baiklah" aku mengikuti permintaanya dia saja mengantarnya pulang sampai depan rumahnya, setelah itu aku pun bergegas pulang ke rumah ku.

Terpopuler

Comments

verachipuuu

verachipuuu

walau aku cewe aku gak suka sama ica, kalau tanggung jawab itu sama ayah aslinya. gimana sih kalau udah berbuat harus berani tanggung jawab! ayo Daniel semangat, jangan dengerin omongan cewe cewe kayak gitu.

2023-02-05

0

verachipuuu

verachipuuu

semangat cerita nya bagus kok, kiww🥰🥰🥰🥰

2023-02-05

0

verachipuuu

verachipuuu

dan kalau nama tokoh harus pakai huruf kapital ya kak

2023-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!