"hai sayang" aku menyapa hannah sambil duduk di kursi yang berhadapan dengannya. kini kami berada di kantin kampus, belakang gedung fakultas psikologi dan fakultas kedokteran yang jadi satu di gedung D. kami baru saja berpacaran sebulan.
"kamu kemana aja kok lama?" jawab hannah dengan wajah cemberut menatap mataku.
"kalo masih cemberut aku gak mau jawab" sahut ku dan dia pun benar tersenyum.
"nah gitu dong kan jadi lebih cantik, maaf ya tadi aku abis nongkrong dulu bentar sama zayeen" jawab ku menatap kembali dengan senyum ke hannah.
"jadi, kamu lebih pentingin dia dari pada aku?" jawab hannah dengan nada sedikit tinggi dan cemberut lagi, aku menarik napas.
"ini meja kosong, kita makan aja yuk, udah makan belum?" tanya ku mencoba mengganti topik dari pada terus berdebat dengannya, dimana laki-laki selalu salah dan perempuan selalu benar.
"jadi ini pacar baru kamu? dia yang buat kamu gak ada waktu buat aku?" tiba-tiba saja della datang dengan suara tinggi dan mengepak meja. aku kaget dia bisa datang kesini padahal dia anak manajamen yang kuliah di gedung A, jarang sekali dia kesini, apalagi melihat jaraknya yang cukup jauh. Dia datang bersama dua temannya.
"kok kamu bisa disini?" tanya aku padanya.
"dia siapa daniel? dasar buaya! kamu gak pernah berubah ya" hannah ikut marah dengan suara tinggi lalu berdiri, aku ikut berdiri.
"lo berani-beraninya permainkan teman gua ya niel, klo lo udah bosen lu bilang, gak usah main belakang kaya gini, lo gak bakal pernah ngerti perasaan cewek" salah satu teman della ikut berbicara dengan suara lantang menatap ku.
"lo nanya kenapa gua bisa disini? karena tadinya gua mau ke kelas lo, gua pengen kasih surprise ke lo, tapi ternyata malah lo yang.." della berkata dengan nada yang marah, hingga air matanya keluar dan meredupkan kata-katanya.
"niel, lo gak punya hati ya" berbicara seorang teman della yang lain menatap kecewa ke arah ku juga dengan kening mengerut.
"sekarang kita putus!! dan jangan pernah temuin gua lagi" geram della menatapku penuh amarah dan kecewa, air matanya menetes lalu pergi meninggal kan aku dan hannah. seketika aku sadar bahwa banyak yang sedang memperhatikan kejadian ini.
"hannah biar aku jelaskan, tolong duduk, kita jadi pusat perhatian" aku berbicara pelan.
"berapa perempuan lagi yang masih berhubungan sama kamu? dasar buaya!" ucap hannah sebelum meninggalkan ku sendirian.
aku menarik napas, lalu aku juga pergi ke arah yang berlawanan. aku berjalan dengan santai, sebenarnya aku merasa bersalah karena seperti mempermainkan hati mereka. tapi aku harus berbuat apa? mereka yang mengejar-ngejar ku. aku hanya mencoba membalas dan meladeni mereka, memberikan nyata pada ekspetasi mereka sendiri dan dekat dengan ku.
aku pikir aku tidak sepenuhnya bersalah, jika saja mereka tidak mengejar-ngejar ku, aku tidak akan mengganggu mereka, dan mereka tidak perlu merasakan sakit hati. lagi pula aku tidak pernah bermain di melampaui batas. begini-begini aku juga masih punya harga diri dan ingin dihargai juga pastinya mereka ingin dihargai dan feedback dari ku.
aku berjalan ke arah parkiran di depan gedung d, yang sedang aku lewati.
"daniel" aku menengok dari arah samping ada yang memanggil ku, saat aku baru saja menaiki motor ku. dia ica, dia katanya ingin berpacaran dengan ku, walau tau aku adalah playboy, jadi ku terima saja dia, kami baru jadian seminggu yang lalu.
"aku ingin cerita sama kamu" lanjut ica
"boleh, tapi diluar ya, sekarang naik dulu" aku mengajaknya naik motor dengan ku, dia naik saja tanpa basa basi lagi, aku bergegas memakai helm dan keluar kampus.
"ingin cerita apa?" aku bertanya padanya membuka percakapan ditengah jalan.
dia belum menjawab apapun, lama menunggu aku berbicara lagi.
"atau ingin bercerita tentang masa depan kita?" aku berniat bercanda saja dan asal bicara.
"hmm, kamu mau gak nikah sama aku?" tanya ica, jawabannya malah membuat aku terpaku, aku diam memikirkan jawabannya, yang benar saja kita baru jadian seminggu, kita belum benar-benar dekat, bahkan dia yang menembak ku bukan aku, aku bahkan tidak pernah suka sedikitpun padanya bahkan tertarik.
"daniel, kok kamu malah diam?" tanya ica lagi yang tau aku diam membisu.
"iya, kenapa?" jawab ku singkat, aku masih bingung harus menjawab apa.
"kamu mau gak nikah sama aku?" dia benar-benar mengulangi perkataannya.
"yuk ke sungai" jawab ku
"kok ke sungai?" tanya ica bingung.
"kita cari buayanya dulu buat bikin roti buayanya" jawab ku kemudian tertawa.
"ih aku serius, kita nikah secepatnya ya" ica berbicara lagi dengan serius, menghentikan tertawa ku, aku mengambil napas dalam.
"maaf ca, tapi jujur gua gak ada niatan buat nikah muda, untuk sekarang kepikiran buat nikah aja belum ada" jawab ku jujur.
"yah.. kamu serius? nanti kalo aku diambil sama yang lain giman?" tanya ica.
"yaahh... mungkin.. kita belum disatu garis takdir yang sama" jawab ku "tapi jika sudah ada pria lain yang sudah siap bersama mu aku tidak keberatan untuk melepas mu".
"daniel" dia hanya memanggil namaku setelah sesaat hening.
"iya, kenapa?" jawab ku singkat.
"aku hamil" singkat yang keluar dari mulut ica, tapi membuat ku tertegun, aku tidak tau harus menjawab apa, aku bahkan sama sekali tidak tau harus bicara apalagi. semua badan ku mendadak lemas. seingat, aku belum pernah melakukan hal senonoh seperti itu, tidak mungkin itu adalah anak ku ica mengeluarkan air mata.
"siapa ayah dari anak itu?" aku pun memberanikan diri bertanya setelah beberapa saat.
"kamu" jawabnya pelan, aku mencoba mengingat-ingat kembali apa saja yang pernah ku lakukan, aku benar-benar merasa bodoh, aku belum mau menikah, yang benar saja.
"maksudku, maukah kamu menjadi ayah dari bayi ini nanti? kita bisa membangun rumah tangga" ica menambahkan. lagi-lagi aku tertegun, tak tau apa yang harus kulakukan.
"tapi, jika kamu tidak mau tak apa, ini bukan salahmu, tak seharusnya juga aku melibatkan ini kepada mu, aku minta maaf" ica berbicara lagi.
"lalu siapa lelaki itu? kenapa tidak meminta dia saja?" aku mencoba bertanya.
"aku benci dia, dia tidak mau mempertanggung jawabkan ini" jawab dia, dia terdengar lelah, suaranya juga sesak. aku lagi-lagi hanya diam. aku juga bingung harus bagaimana, aku tidak mungkin juga menanggung, apalagi yang bukan menjadi tanggungjawab ku.
"daniel antar aku pulang saja, apa boleh?"
"baiklah" aku mengikuti permintaanya dia saja mengantarnya pulang sampai depan rumahnya, setelah itu aku pun bergegas pulang ke rumah ku.
Malam ini hujan, aku melihat ke arah luar jendela dari dalam kamar sambil rebahan di atas sofa. entah kenapa, hujan membuat ku merasa lebih baik, lebih tenang, mendengarkan suara percikan air yang rindu pada bumi dan angin yang mengantarkan pesan dengan sangat lembut pada debu, hingga awan pun ikut berbahagia setelah itu.
Tring... Suara notifikasi pesan masuk, aku membuka hp ku yang ku letakkan diatas laci kecil diantara kasir dan sofa yang saat ini ku tempati.
Itu pesan dari hannah
"Daniel, maaf ya tadi aku emosi"
"Lagi kamu kenapa masih berhubungan dengan wanita lain? Emangnya aku saja tak cukup?"
"Atau aku emang gak menarik dan bahan permainan mu saja?"
"Aku benar-benar suka sama kamu daniel, entah kenapa, saat dekat kamu aku merasa nyaman"
Sampai disini, saat masih mengetik, aku menekan tombol telpon pada kontak hannah
"Hai masih marah?" Aku membuka percakapan.
"Coba pikir sendiri" jawabnya dengar suara masih ngambek.
"aku lagi enggak bisa mikir, pikiran ku sedang hilang, terkalahkan oleh perasaan ku saat ini, dag dig dug" jawab ku, mencoba menangkan dia.
"aku ambil lama-lama jantung kamu untuk memastikan kamu tidak bohong"
"di hati aku aja udah ada kamu, harusnya kamu udah bisa merasakan tanpa harus mencuri" aku mulai khawatir, dia adalah psikopat ahaha.
"iya di hati kamu emang ada aku, tapi aku hanya salah satunya kan?" tanya hannah.
"jika jujur iya, tapi kamu yang paling dekat dengan jantung aku, kamu yang paling bisa ngerasain detak jantung aku"
"jawaban kamu bikin aku gak bisa berkata-kata tau gak?"
"biar kamu nya bahagia" jawabku sambil menatap langit-langit kamar ku dan memikirkan apa yang harus ku jawab selanjutnya.
"Kamu masih bisa-bisanya gombal ya saat ini, aku masih marah sama kamu" hannah dengan nada suaranya yang manja seperti anak kecil meminta mainan pada ayahnya.
"Marah kamu itu lucu, pipi kamu jadi merah merona, dan aku tau, sekarang kamu sedang tersenyum" aku berpikir orang-orang akan tersenyum jika orang lain menganggap dirinya sedang tersenyum, begitulah sikap manusia, walaupun aku bukan anak psikologi, aku adalah anak kedokteran.
"Kamu bisa saja, itu sebabnya aku suka kamu yang mampu mencairkan segala suasana"
"Hmm, itu kebaikan yang tuhan berikan padaku untuk membahagiakan mu" aku lagi-lagi seperti membuat wanita nyaman denganku, walaupun sebenarnya aku tidak mau melakukan ini.
"tapi aku mau tanya sama kamu, apa dengan aku saja tidak cukup? Apa kamu harus memperdulikan wanita lainnya juga?" Hannah bertanya "Aku cemburu daniel" dan melanjutkannya penuh isak dan pelan.
"Iya maaf kalo kamu cemburu, kurangin cemburunya ya, sekarang kamu lebih baik tenangin diri kamu, cuci muka, cuci kaki, habis itu kamu tidur, kamu istirahat dan semoga besok pagi lebih cerah"
"Iya, kamu juga" hannah masih dengan nada manjanya.
"Iya, sampai jumpa"
"Sampai juga"
Aku mematikan telponnya
"Huftt" aku terbangun dari baring, meletakkan hp di atas laci dan berbaring di tempat tidurku. rasanya ingin ku sudahi hubunganku dengan wanita yang saat ini masih dekat dengan ku. Tapi, apakah mereka bisa menerima itu?, lebih baik aku tidur dan memikirkan itu nanti.
deringg.... deringg... deringgg... handphone ku berbunyi, zayeen menelphone, aku melihat ke arah jam dinding, masih jam 5 lewat 15 pagi buta.
"apa zay? masih pagi ini?" aku mengangkat telpon dengan suara masih lemah dan mata terpejam serta masih memeluk guling.
"lo udah denger berita belum?" zayeen bertanya.
"berita apaan emangnya? gua masih ngantuk banget ini, entar aja ah, gua mau tidur" balas ku dan langsung mematikan telpon.
dering.. hp ku berbunyi lagi dan dari orang yang sama, aku angkat saja
"ica bunuh diri tadi malam di kamarnya" zayeen langsung nyeletuk saja setelah ku angkat teleponnya. mataku langsung terbuka lebar.
"serius lo zay? gak bercanda kan lo? masih pagi buta ini" aku kaget dan mengira mungkin saja zayeen sedang bercanda.
"bercanda gua gak lucu kalo begini tau gak" jawab zayeen. aku berpikir, baru saja aku bertemu dengannya kemarin dan mengobrol panjang dengannya, dan aku tidak pernah berpikir dia akan mengambil jalan ini.
"daniel? lu masih disitu kan? lu gak tidur lagi kan?" zayeen memastikan.
"ya, gua masih disini zay, lo tau dari mana?" tanya ku masih tidak percaya.
"dari teman-teman dekatnya ica dan dari mantannya" pikirku langsung tertuju pada kata mantan yang diucapkan zayeen, apa mantannya itu yang membuatnya hamil?.
emang kenapa ceritanya dia bunuh diri zay?" aku berpura-pura tidak tahu.
"gua juga belum tau termasuk teman-temannya, keluarganya, mereka semua kaget, sekarang polisi lagi mencari tau alasan kenapa dia bunuh diri"
"terus polisi udah tau kenapa dia bunuh diri?" aku berpikir, apakah jika mayatnya di otopsi akan ketauan jika ica sedang hamil?.
"belum jasadnya baru di bawa polisi untuk diperiksa lebih lanjut, juga kata keluarganya, saat ditemukan jasad ica sudah kaku niel, akibat banyaknya darah yang keluar dari nadinya, dia memotong nadinya sendiri di tangan kanan dan kirinya, kamarnya juga penuh dengan darah"
"ica kok lo bisa-bisanya mengambil pikiran seperti itu" aku berbicara dengan diri ku dengan suara nyesal, bukan nyesal karena tidak menikahinya, tapi tidak menemaninya dan memberinya solusi terbaik.
"lo tau permasalahan ica niel?" tanya zayeen.
"enggak zay, gua cuma gak nyangka aja, ica bisa berpikir untuk melakukan hal itu, padahal setiap masalah pasti ada solusinya" aku berbohong, aku tidak tau jika jujur, harus bagaimana cara menjelaskannya pada zayeen, pada semuanya, selain itu aku juga belum tau siapa pelakunya.
"iya, gua juga gak nyangka. yaudah nanti setelah pulang kuliah kita nyelawat ke rumahnya kalo jenazahnya sudah dipulangkan, semoga masalah ini cepet selesai"
"aamiin" jawab ku "yaudah zay kalo gitu, sampai bertemu nanti ya".
"iya sampai bertemu lagi nanti". zayeen mematikan telpon.
sekarang apa yang harus kulakukan? jujur atau merahasiakan hal ini yang cepat atau lambat juga akan terbongkar, tapi lebih baik nanti akan terbongkar dengan sendirinya, lagi pula aku juga masih belum mengetahui siapa pria yang bermain dengan ica itu, apakah aku harus mencari tahunya? tapi untuk apa? tidak ada urusannya dengan ku, lagi pula ica juga sudah tiada. jika benar akan ditemukan lalu untuk apa?. pertanyaan-pertanyaan itu melelahkan, aku kembali melihat jam dinding jam 5 lewat 30 menit, berangkat kuliah jam 8, lebih baik sekarang aku tidur lagi, untuk healing setelah setelah semua kejadian beruntun ini yang membuat ku hampir sedikit gila.
tiada rasa suka, hanya rasa peduli yang hampa, dan perhatian akan rasa nyaman. hati ini tetap saja kosong, sering kali berbunyi keras memanggil sebuah nama, tapi belum ku tau siapa dirinya yang mampu membuat hatiku tertunduk dan memikat aliran nadi ku menjadi nadi mu.
3 bulan sudah aku berpacaran dengan hannah, entah apa yang membuatnya bertahan sejauh ini.
"Niel" panggil hannah kepada ku yang sedang sibuk makan.
"Ya" tatapan ku beralih ke dirinya, baru ku menyuap, mulut ku penuh dengan makanan.
"Ada gak rasa suka kamu kamu sedikit aja ke aku? Kayanya semua yang kamu lakuin sama seperti yang lainnya"
"Bagus dong" kataku
"Bagus gimana? Jelas-jelas aku gak ada bedanya dengan yang lain" hannah dengan nada tenang.
"waktu terbanyak aku kasih ke kamu hannah" jawabku menatapnya.
"iya aku mendapatkan perhatian kamu, kepedulian kamu, tapi tidak dengan hati kamu" jawabnya, jujurnya aku bosan jika harus terus berdebat seperti ini di sedikit pertemuan.
"kalo hati aku kamu ambil, aku gak punya hati lagi dong, terus.. aku bisa sakit, aku gak bisa kuliah, aku gak bisa ketemu kamu dalam waktu lama" aku mengaitkannya dengan hati dalam sistem pencernaan.
"ihh.. kamu bisa aja jawabnya, kamu selalu bisa mencairkan suasana, tapi aku kesel sama kamu yang gak suka sedikitpun ke aku"
"Ya terus aku harus gimana?". aku yang sudah lelah berbicara dengannya, dimana aku selalu saja salah.
"Hannah" suara lembut tiba-tiba muncul dari seorang wanita berambut coklat panjang, tubuh tidak terlalu tinggi tidak kurus dan tidak gemuk, wajah dan rambut yang anggun. Dia sangat anggun dan kulihat dari sikapnya mungkin dia agak sedikit pemalu. Dia bersama dua wanita lainnya. dua lainnya berambut hitam panjang, tapi yang satu tergerai, dia juga cantik, tapi aku lebih suka dengan yang yang berbicara ini. yang satunya lagi diikat kuncir kuda, dengan gayanya yang tomboi, ku lihat dari cara berpakaiannya. sepertinya mereka bertiga teman dekat.
"Ini buku kamu yang aku pinjam, makasih ya" katanya lagi sambil memberinya sebuah buku.
"Iya, sama-sama sherly" jawab hannah
"Kalo gitu aku pamit dulu" katanya sebelum meninggalkan aku dan pergi menjauh.
"Tadi siapa?" Tanya ku menatap hannah.
"Kenapa? Kamu suka sama dia? Mau deketin dia?" Jawab hannah, dia sudah berprasangka buruk saja, padahal belum pernah sedikit pun aku mengejar seorang wanita.
"Tidak" jawab ku singkat.
"Dia sherly, temen sekelas ku, yang 2 lainnya teman dekatnya, sekelas dengan ku juga" hannah memberi jawaban lalu menyedot minumnya.
"Ohh.." aku mengangguk.
"Jangan bilang kamu tertarik... Aku tau dia lebih cantik dari aku, aku tau dia juga pintar, aku tau dia.."
"Sstt" kataku sambil meletakkan jari telunjukku di depan bibirnya, dia langsung terdiam, aku tersenyum.
"kamu habiskan makan, seminggu lagi kamu uas, nanti kalo kamu sakit siapa yang repot?.. Aku pula, kamu juga harus belajar kan sebelum itu, jadi jangan sakiti diri kamu sendiri dengan over thinking dan hal-hal lain yang seharusnya tidak kamu pikirkan.
"Iya". jawab hannah singkat meneruskan makannya, begitu juga aku.
Selesai makan aku mengantar hannah pulang, dan bergegas ke rumah zayeen menemui calvin dan gabriel, mereka teman sekelas ku.
"Calvin mana?" Tanya ku ketika sampai.
"Katanya mau jalan dulu bentar sama ceweknya" jawab gabriel.
"Owalah... btw sekarang kita harus menyiapkan diri untuk ujian blok terakhir ya" kataku sambil merebahkan diri di kasur zayeen.
"Iya, makanya jangan pacaran mulu lo niel, mana ganti-ganti cewek mulu lagi" sahut gabriel, aku berubah posisi menjadi tengkurap, aku terpikirkan bahwa aku sudah lelah dengan banyak wanita.
""kenapa jadi pacaran? apa hubungannya?" tanya ku.
'lo harus fokus niel, biar bisa lulus ujian blok, lo mau ulang lagi emangnya?" jawab gabriel lagi.
"iya niel, selain menyakiti diri lo sendiri, lo juga menyakiti orang lain apalagi hati perempuan itu gampang rapuh niel, dan lo malah memberi luka dalam pada mereka yang tidak bisa ditangani oleh medis" dukung zayeen.
"iya, gua paham guys, gua juga bingung harus gimana, sebenarnya gua akhir-akhir ini berpikir untuk putus dengan mereka semua, tapi kalo mereka gua putusin serentak, jahat banget gak gua?"
"Menurut gua gapapa sih, demi kebaikan lo juga mereka, sebelum mereka jatuh lebih dalam lagi dan semakin membuat kalian terikat" jawab gabriel sambil menonton tv yang sedang duduk dilantai bersandar di kasur dan membelakangi ku.
"Kalo menurut lo gimana zay?" Tanya ku lagi meminta pendapat zayeen yang berada di samping ku.
"Hmm.. ada benarnya juga kata gabriel, tapi lo juga menyakiti hati wanita, sebelum semakin dalam, lebih baik sekarang, kalo lo gak suka lo juga gak usah peduli"
"Bener tuh niel, jadi lo harus cari wanita yang benar-benar lo suka" gabriel menyauti.
"Hmm, tapi untuk sekarang belum ada wanita yang gua suka gimana?" Tanya ku lagi.
"Guys" calvin datang.
"Ada yang abis ngedate nih guys" gabriel cetus.
"Tuh lo gak tanya pendapat calvin juga niel" ucap zayeen.
"Pendapat apa?" Tanya calvin dan duduk di samping gabriel. Gabriel menceritakan semuanya.
"Owalah, jadi lo mau ke satu wanita aja nih yang lo suka gitu?" Calvin antusias dengan gayanya sok mikir "bisa-bisa, langkah pertama lo harus cari wanita yang lo suka, kedua, putusin semua cewek yang lo gak suka, ketiga jalani dengan baik" calvin sambil menghitung jari.
Aku menarik napas.
"Tapi ada diantara itu cewek yang lo suka niel?" Tanya calvin.
"Paling hannah ya, gua liat lo sering banget sama dia" cetus zayeen.
"Enggak.. enggak ada" aku sambil berpikir langkah apa yang harus diambil dan apalah ada wanita yang aku suka.
"Terus gk ada yang membuat lo tertarik?" Tanya lagi calvin.
"Untuk saat ini belum, tapi kayanya gua akan putuskan semua cewek yang berhubungan dengan gua sebelum ujian blok, gua capek, gua mau jomblo dulu" kataku lalu merentangkan tubuh.
"itu keputusan lo niel, tapi gua dukung" sahut gabriel.
Melihat langit-langit kamar zayeen aku teringat akan wanita bernama sherly yang membuat ku ingin lebih mengenalnya lagi, aku kembali tengkurap dan memberi tahu isi pikiran ku.
"Tapi, tadi gua liat cewek anak psikologi, temennya hannah, tapi gua sedikit ingin kenal dia lebih dalam, gua liat dia agak sedikit berbeda dari pada wanita lainnya"
"Kalo lo mau kenal lebih dekat silahkan niel, tapi jangan sampe itu cewek jadi korban play boy lo juga" sahut zayeen.
"Iya zay".
Dan akhirnya 3 hari sebelum ujian blok kedokteran, aku memutuskan semua cewek yang saat ini masih berhubungan dengan ku satu per satu melalui telpon, termasuk hannah. awalnya hannah menolak, tapi ku yakinkan dia bahwa aku sedang ingin sendiri dan dia menerimanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!