Pengantin Tuan Ashoka

Pengantin Tuan Ashoka

2 Milyar

Bagaimana impian pernikahan mu? Tentunya ingin menikah karena saling mencintai dan saling klik bukan? Bagaimana jika tidak? Seumpama menikah karena terpaksa atau di paksa?

Dan inilah kisah pernikahan yang tidak diinginkan oleh seorang gadis yang menjadi tumbal atas keserakahan orang tuanya.

Dia dijual untuk menutupi hutang sebanyak 2 Milyar. Karena ayahnya terlilit hutang dan tidak bisa melunasi ketika masa jatuh tempo sudah pasti. Tidak ingin tanah seluas tiga hektar bersama dengan pabriknya di gusur, sang ayah menjual anak gadisnya.

Gadis ini bernama Ayuning Laras berusia 21 tahun, cita-citanya begitu tinggi. Ia ingin menjadi seorang pendidik generasi bangsa. Akan tetapi, sepertinya cita-citanya hanya akan menjadi angan-angannya saja. Kala Bapak begitu ia memanggil sang ayah memintanya untuk menikah dengan seorang pria bernama Ashoka Bratajaya yang sudah berusia 34 tahun.

"Tolong Bapak, Ayu. Anggaplah ini sebagaimana balas budi mu kepada Bapak yang telah membesarkan dan menyekolahkan mu."

Pak Bahar parau menatap putrinya.

"Kau harus menikahi tuan Ashoka, Ayu. Hanya itu satu-satunya cara, agar hutang Bapak lunas. Dia bersedia menikahimu." ucap Pak Bahar penuh dengan pemaksaan pada anak gadisnya.

Ayu kembali menatap kedua orangtuanya dengan tatapan meremang, karena bendungan air mata sudah terkumpul di pelupuk matanya.

"Bapak, tugasmu sebagai orang tua adalah memberikan ku pendidikan dan kehidupan. Bagaimana bisa disebut balas budi?" Ayu membatin lalu menunduk lesuh.

"Tapi Pak, Ayu masih ingin melanjutkan sekolah. Rasanya baru kemarin Ayu masuk universitas. Ayu masih ingin melanjutkan cita-cita Ayu untuk menjadi guru terpelajar." Ayu sudah berderai air mata, dia tidak tahu lagi penolakan apa yang akan dijadikannya sebagai alasan. Bahwa dia tidak ingin dipersunting dengan cara seperti ini.

"Pak, memang tidak ada cara lain lagi selain menikahkan Ayu sama tuan Ashoka?" Bu Tumirah mengusap punggung anak gadisnya.

"Ada, tapi Bapak tidak mau tanah perkebunan teh seluas tiga hektar beserta pabriknya di gusur sama tuan Ashoka, sebab itulah Bapak mengajukan diri untuk menikahkan tuan Ashoka dengan Ayu. Mengingat dia sudah lama menduda." tukas Pak Bahar.

Ayu tidak habis pikir mengapa Bapak begitu getolnya meminjam uang dengan alasan pabrik mengalami kebangkrutan, akan tetapi ketika tak bisa melunasi hutang. Dialah yang jadi tumbal, apakah ini memang rencana Bapak dari awal atau? Ah sudahlah, Ayu tidak ingin berpikir terlalu negatif.

Bu Tumirah menatap Ayu yang sejak tadi berubah menjadi pendiam, ia tahu perasaan Ayu. Akan tetapi, kasihan juga jika pabrik harus di gusur.

"Ayu, kalau kau ingin menjadi anak yang berbakti, maka turuti ucapan Bapakmu ini nak. Menikahlah dengan tuan Ashoka hanya itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan Bapak dari lilitan hutang ini." bujuk Pak Bahar berkata dengan nada suara sangat sedih seperti memohon.

Ayu masih diam saja. Bergelut dengan pikirannya. "Menikahi seorang duda?" monolog Ayu.

Pak Bahar tiba-tiba saja berdiri dan berjalan membuka lemari, diambilnya tali dan dililitkannya ke leher. "Atau kau ingin melihat Bapakmu mati gantung diri, Ayu!"

Melihat apa yang dilakukan Pak Bahar, Ayu maupun Bu Tumirah menghampiri Pak Bahar dan melepaskan tali yang melilit leher pria gemuk ini.

Ayu bersimpuh di lantai, ia menangis seraya berkata. "Baiklah, Pak. Baik, Ayu akan menuruti perkataan Bapak, Ayu akan menikah dengannya."

Pak Bahar langsung sumringah, lalu berlutut dihadapan putrinya. "Benarkah? Kalau begitu seminggu lagi, tuan Ashoka akan menjadikan mu istrinya."

Ayu bergeming, ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Air matanya jatuh membasahi punggung tangannya.

"Apakah aku harus pasrah dengan keputusan Bapak? Bagaimana dengan pekerjaan dan pendidikan ku?"

Pak Bahar mengusap kepala putrinya, "Sekarang kau istirahat, besok orang suruhan tuan Ashoka akan datang menjemput mu."

Ayu tidak menjawabnya, ia segera bergegas masuk kedalam kamar. Kedua orangtuanya ini memang selalu menuntutnya untuk menjadi seperti apa yang mereka inginkan. Bahkan, masuk universitas saja, Ayu sampai bekerja menjadi seorang guru TK Swasta dan bekerja paruh waktu sampai malam.

Pak Bahar tersenyum lebar lantas duduk sofa. "Bu buatkan Bapak teh."

Tanpa menjawab Bu Tumirah langsung berjalan ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuk suaminya. Ia juga merasa senang, karena ia tahu, Ashoka Bratajaya merupakan seorang pebisnis kaya raya.

Tak berselang lama, Bu Tumirah kembali ke ruang tengah dengan membawa nampan berisi teh hangat lalu disajikannya di atas meja. "Silahkan Pak,"

"Makasih Bu'ne." balas Pak Bahar, lalu menyeruput teh hangatnya. Hati yang riang, semakin riang gembira.

"Pak memang benar, kalau tuan Ashoka mau menikahi Ayu untuk melunasi hutang-hutang Bapak?" Bu Tumirah masih penasaran, karena semenjak pulang, suaminya ini belum menjelaskan mengenai detail usulan mengapa sampai keluar wacana untuk menikahkan Ayu dengan Ashoka Bratajaya.

Pak Bahar mengingat kejadian siang ini.

FLASHBACK

"2 Milyar, 2 Milyar." Pak Bahar berulang kali menyebut hutangnya sebanyak itu. Hutang yang tidak bisa ia kembalikan, rasa-rasanya isi kepala mau pecah saja.

BRAK!!!

Pak Bahar buyar, kala mendengar pintu kantornya di dobrak. Siapa lagi kalau bukan Tarjo dan Diman. Pak Bahar langsung berdiri, maniknya melihat Ashoka Bratajaya yang datang dari belakang Tarjo dan Diman.

"Hari ini tanggal berapa Pak Bahar?" Tanpa di persilahkan Ashoka Bratajaya duduk di sofa yang telah ada di ruangan kantor Pak Bahar.

"Ta-tanggal 11 bulan Oktober, tuan." Pak Bahar di landa kengerian kala melihat Ashoka Bratajaya duduk dan memperlihatkan seringai senyuman sinis.

"Bagus, jadi mana uang yang sudah anda janjikan akan dikembalikan hari ini?" Ashoka menegaskan pertanyaannya.

"Saya mohon tuan Ashoka, beri saya waktu dua sampai satu minggu, saya pasti akan melunasi hutang-hutang saya." Pak Bahar menangkupkan kedua tangannya.

Asoka menjentikkan jarinya, kepada Diman. Seketika itu, sang anak buah mengangkat tongkat bisbol dan menghancurkan semua benda yang terdapat di atas meja kerja Bahar.

Krak!!!

Semua benda yang semula tertata rapih di atas meja jatuh dan berserakan di lantai, begitu juga dengan bingkai foto yang pecah.

Pak Bahar terperanjat, ditatapnya benda-benda berserakan di lantai.

"Saya ingin uang saya kembali sekarang juga!" Ashoka berkata dengan suara keras, tak perduli dengan siapa ia berhadapan. Mau tua ataupun muda. Sama sekali tak dihiraukannya yang terpenting uangnya kembali.

Nada suara Asoka terdengar menggelegar. Pak Bahar sampai merasa baru saja mendengar petir menyambar. Pak Bahar mengalihkan posisi duduknya menjadi berlutut dihadapan Ashoka. "Kasihanilah saya tuan, saya janji, saya akan membayar hutang saya. Tapi tolong jangan ambil tanah peninggalan almarhum kedua orang tua saya."

"Saya tidak perduli!" tukas Ashoka tidak mau tahu.

Pak Bahar tergegap entah apa yang harus dilakukannya, sedangkan uang sebanyak itu untuk saat ini ia tidak punya. Pandangannya mengedar pada badan besar Tarjo dan Diman. Pak Bahar menelan ludahnya. Rasa-rasanya sekujur tubuhnya telah basah oleh keringat.

"Tarjo!" Ashoka bicara lagi, seketika Tarjo memberikan berkas padanya. Ashoka menerima berkas yang diberikan Tarjo, secepat kilas ia melemparkannya ke meja. "Itu berkas perjanjian hutang-piutang anda Pak Bahar."

Tentunya Pak Bahar sangat ingat dengan perjanjian dua bulan lalu. Yang ditandatangani olehnya juga Ashoka Bratajaya. [2 Milyar dengan jaminan tiga hektar perkebunan teh.]

Pak Bahar melihat bingkai foto keluarganya yang telah pecah di lantai. Seketika itu juga, dia teringat bahwa Ashoka Bratajaya telah lama duda. Lantas diambilnya selembar foto dari bingkai yang sudah pecah.

"Tu-tuan Ashoka, lihatlah putri saya. Lihat dia, saya ingin menawarkan dia menjadi istri anda. Bu-bukan kah anda sudah lama hidup sendirian? Menikahlah dengan anak saya." Pak Bahar menunjukkan foto keluarga lebih tepatnya pada foto anak gadisnya.

Tarjo mengambil selembar foto dari tangan Pak Bahar, lalu memberikannya pada Ashoka.

Ashoka melihat foto seorang gadis yang sedang tersenyum simpul dan memiliki gaya rambut lurus di jepit kebelakang. Ia menarik ujung bibirnya tipis, lamat-lamat menjadi kekehan kecil.

Pak Bahar semakin ngeri saja kala mendengar tawa Ashoka yang terdengar mistis.

"Apakah anda ingin menjual anak gadis anda untuk menebus hutang, Pak Bahar?" Ashoka melemparkan foto ke atas meja. "kelebihan anak anda apa Pak Bahar, sampai anda begitu percaya diri menawarkan anak anda sebagai tebusan hutang?"

Pak Bahar tidak berani menatap Ashoka. Terserah, jika ia disebut akan menjual anak gadisnya untuk menebus hutang 2 Milyar nya, yang terpenting tanah seluas tiga hektar tidak diambil alih oleh Ashoka.

"Namanya Ayuning Laras usianya 21 tahun. Ayu merupakan guru TK, dia pintar, cekatan dan sangat penurut. Saya yakin tuan Ashoka akan senang jika melihatnya." Ucap Pak Bahar meyakinkan lalu mengangkat wajahnya melihat Ashoka terdiam, pria didepannya ini memang sulit untuk di tebak.

Jika ditanya mengapa Pak Bahar meminjam uang kepada Ashoka yang dingin dan terkenal bengis, karena hanya Ashoka lah yang menjadi harapan terakhirnya. Namun, apalah daya kata 'akhir dari pengucapannya dua bulan lalu. Seolah menjadi pertanda bahwa pabrik yang dikelolanya sejak 30 tahun kini harus mengalami kebangkrutan yang sangat fatal.

"Besok Tarjo akan menjemput anak gadis anda, saya akan lihat dulu. Jika saya merasa cocok maka seminggu lagi saya akan menikahinya." Ashoka langsung berdiri, dan pergi dari hadapan Pak Bahar diikuti dengan Tarjo dan Diman.

Pak Bahar membelalakkan matanya dan bertanya-tanya mengenai jawaban Ashoka. "Apa maksudnya barusan? Semoga saja tuan Ashoka cocok setelah bertemu dengan Ayu dan mau melunasi hutang 2 Milyar ku."

FLASHBACK ON

"Nah begitu ceritanya Bu." kata Pak Bahar selesai ia bercerita.

"Wah bagus itu, lagian Ibu juga ndak setuju kalau Ayu sekolah tinggi-tinggi, buat apa? Toh perempuan kalau sudah menikah pasti ujung-ujungnya selalu di dapur." Bu Tumirah memang tidak menyukai usulan Ayu untuk sekolah tinggi, meskipun Ayu membayar biaya kuliah dengan bekerja sendiri.

...*****...

Bersambung

[Selamat datang dan selamat membaca di karya terbaru saya. Mohon dukungannya untuk karya ini sedulur 🙏🏼]

Terpopuler

Comments

Maya●●●

Maya●●●

aku mampir kak.
semngattt.
jaangan lupa mmpir balik😊

2023-09-01

0

a'la Din

a'la Din

waah karyanya dah banyak dan bagus bagus

2023-06-06

0

El🌻

El🌻

Anaknya udah kayak barang ya dijual🥲

2023-01-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!