Induknya beruang

Ayu turun dari boncengan, lalu membayar kang ojek. Ia sungkan di antar memakai mobil pria angkuh itu.

"Assalamualaikum." Ayu berjalan memasuki rumah. Dilihatnya Ibu dan Bapak sedang bercengkrama seolah memang sedang menunggu kepulangannya.

"Wa'alaikumussalam." jawab Pak Bahar dan Bu Tumirah secara bersamaan.

Pak Bahar melihat bingkisan makanan dan juga berkas yang di pegang Ayu.

"Bagaimana pertemuan mu dengan tuan Ashoka, apa dia menyukaimu, Yu?" Pak bertanya Bahar antusias.

"Hanya itukah yang Bapak ingin tahu?" batin Ayu merana.

"Apa kau mendapatkan makanan dan kwitansi ini dari tuan Ashoka?" lagi Pak Bahar bertanya.

"Apa yang Bapak rencanakan berjalan sesuai dengan rencana Bapak. Ayu lelah, Ayu mau istirahat." Ayu menjawab tanpa melihat Bapak.

"Baiklah istirahat sana." jawab Pak Bahar.

Ayu berjalan melewati Ibunya, lalu masuk kedalam kamarnya sendiri.

Kedua orang tua itu, hanya memikirkan diri mereka sendiri. Tanpa memikirkan perasaan anak mereka yang sudah meneteskan air mata. "Egois."

Dan besok? Besok adalah hari dimana Ayu mulai menjalankan tugas sebagai boneka Ashoka. Iya, Ayu merasa dia akan menjadi boneka pria angkuh itu.

"Melahirkan seorang anak laki-laki? Jika yang ku lahirkan nanti ternyata anak perempuan, bagaimana hidupku? Apa selamanya aku akan terjerat dengan pria angkuh itu?" Ayu bersandar pada pintu, tubuhnya semakin merosot dan meringkuk terduduk. "kenapa aku tidak menanyakannya tadi?"

**

Keesokan harinya..

Di sebuah butik ternama, butik yang di khususkan untuk merancang gaun pengantin bagi kalangan elit dan konglomerat. Ayu sedang duduk, berhadapan dengan calon suaminya. Siapa lagi jika bukan Ashoka.

Ruang VVIP butik.

Ashoka memperhatikan penampilan Ayu yang sama sekali tidak menggairahkan. Ashoka menjentikkan jarinya pada Tarjo.

Sigap, Tarjo menunjukkan berkas yang sudah ia kerjakan semalaman. Selalu saja, Ashoka membuatnya begadang. Apalagi, jika sang tuan sedang senang kala mendapatkan mainan. Sebagai anak buah, Tarjo bisa apa coba? Selain berkata 'ya dan 'siap.

Semua yang dilakukan Ashoka dan Tarjo tak luput dari pengawasan Ayu. Ia melihat Tarjo pun sudah seperti boneka Ashoka.

Ayu mempersiapkan diri, apabila kemungkinan kemungkinan buruk akan terjadi. Karena pernikahan ini hanyalah wujud baktinya terhadap Bapak. Ayu meyakini, bahwa apapun yang akan terjadi nantinya, semoga saja keteguhan hatinya bisa melewati jalan yang kemungkinan terjal dan berkelok serta curam. Persis seperti tanjakan pegunungan.

"Bacalah, itu adalah berkas perjanjian pranikah setelah kau menjadi istriku. Ingat pernikahan kita atas dasar pelunasan hutang dan melahirkan seorang bayi laki-laki, jadi kau jangan berharap bisa menjadi istri yang dapat ku cintai." Ashoka menyilangkan tangannya di depan dada, tatapannya menjurus pada satu titik, yaitu dimana seorang gadis yang dijadikan tumbal sebagai pelunasan hutang.

Ayu melihat berkas yang ada atas meja. Ia menghela nafas melihat sikap angkuhnya sang calon suami.

"Aku tahu, bahwa aku sudah dijual padamu. Tapi tidak usah diperjelas juga, seolah aku ini benar-benar tidak ada harga dirinya lagi dan seolah aku ini tidak pantas untuk dicintai." Ayu bergumam sendiri sembari mengambil serta membuka lembaran kertas dan kemudian membacanya.

Ashoka terganggu mendengar gerutuan Ayu. Tapi ia diam saja, seolah menuli.

"Apa ini? Istri harus selalu patuh dengan perkataan apapun yang dikatakan suaminya. Dan jangan pernah membantah." Ayu membacanya dalam hati.

Ayu baru tahu, setelah kemarin mencari tahu tentang Ashoka. Rumor mengatakan, bahwa pria di depannya ini bisa melakukan apa saja pada seseorang yang telah menunggak hutang, dan kini karena hutang Bapak, dialah yang jadi korbannya.

"Maaf tuan, boleh saya tahu apa arti dari perjanjian ini?"

Ashoka menatap wanita yang telah menjadi tumbal atas keserakahan Bahar. "Patuhi aturan apa saja yang saya katakan."

"Bukankah kemarin tuan hanya bilang, jika saya dapat melahirkan anak laki-laki berarti saya bisa bebas?"

"Itu kalau anak yang kau lahirkan bayi laki-laki, kalau perempuan. Maka selamanya kau akan menjadi istri ku sampai kau melahirkan anak laki-laki."

"Negosiasi gila seperti ini hanya dimiliki oleh orang yang tidak waras!" gerutu Ayu lirih. Tapi agaknya cukup mengganggu pendengaran Ashoka.

"Iya, jika aku gila, maka kau yang waras harus gila bersama ku haha.." ucap Ashoka ringan diselingi dengan kekehan kecil.

Ayu melihat pria didepannya tersenyum menyeringai. Membuat bulu kuduknya merinding. Apalagi mendengar tawa Ashoka yang berkesan mistis. Tak ingin berdebat lama-lama, Ayu kembali mencari maksud dari aturan Ashoka.

"Bisa dijelaskan apa saja perjanjiannya agar kedepannya saya tidak melakukan kesalahan?" Ayu bertanya dengan bibir tersenyum yang dipaksakan. Ia menahan hati yang bergejolak gugup. Sekilas ia melihat wajah Ashoka yang sedikit terkejut mendengar ucapannya dan kemudian menarik satu sudut bibirnya miring, menampakkan senyuman yang menyebalkan.

Ashoka menjentikkan jarinya, secepat kilat Tarjo mengambil kertas dan pulpen dari dalam tas hitam yang dibawanya. Lalu meletakkan di depan calon istri tuannya.

"Tulis." Kata Ashoka dingin.

Ayu melihat lembaran putih dan pulpen di depannya. Tangan yang sejak tadi dibawah meja dan berkeringat perlahan menggenggam dan mengusap-usap keringatnya ke celana panjang yang dipakainya. Lalu mengambil pulpen hitam dengan ujung pulpen berwarna emas.

"Hal pertama, kau harus mengurus anakku, dari bangun tidur sampai bangun tidur, urus dia dengan sangat baik."

Ayu menuliskan semua perkataan Ashoka didepannya dengan sangat cepat, sampai terlihat seperti tulisan seorang dokter ketika memberikan resep. Belibet, angel di woco.

Melihat tulisan Ayu yang seperti asal-asalan, Ashoka berkata. "Tulis yang benar. Kalau sampai kau salah tulis, tamat riwayat mu!"

"Baik." Ayu menjawab tanpa melihat lawan bicaranya. Karena setiap harinya ia berkutat dengan buku, maka mudah saja baginya untuk menulis dengan cara yang cepat.

"Tamat! Memangnya kau ini malaikat mautku?" Ayu masih bisa menahan kesal.

Ashoka tergelak dengan jawaban monoton calon istrinya. "Kedua kau tidak boleh meninggalkan anakku meskipun hanya sedetik, semenit apalagi sejam kalau kau melanggar, aku akan pastikan bahwa aku akan menghancurkan hidupmu sampai bertaburan seperti embun."

"Baik." Ayu menulis seperti sebelumnya, sangat cepat dan seperti tidak dapat dibaca. Namun, baginya tulisan yang seperti tulisan resep dokter mudah saja dibacanya.

Ashoka geram dengan tulisan cepat yang dituliskan Ayu. Ia kembali berkata dengan nada super kilat. "Ketiga, jangan ikut campur dengan kehidupan ku, ataupun pribadi ku. Meskipun aku pergi kencan atau membawa pulang wanita ke rumah. Kau tidak boleh melarang ku..."

"Tunggu?" Ayu menghentikan jemari tangannya dalam menulis penjelasan yang sedang di ucapkan Ashoka. "jika saya tidak boleh ikut campur dalam urusan pribadi anda, apakah saya boleh berpacaran dengan pria lain?" ucapannya ternyata mendapatkan tatapan tajam dari Ashoka.

"Kalau kau mau mati detik itu juga!" sergah Ashoka.

Ayu menatap Ashoka malas. "Keterlaluan, dia bisa bermain dengan banyak wanita, sedangkan aku?" gumamnya.

"Kau harus akui, realitanya dunia hanya bisa ditaklukkan oleh orang yang ber'uang saja," kali ini Ashoka bicara santai, ia seolah menemukan teman debat yang menarik.

"Kalau begitu, saya akan jadi induknya beruang saja," celetuk Ayu, lalu kembali menunduk tidak ingin menatap wajah Ashoka lama-lama, meskipun tampan. Namun, keangkuhan Ashoka membuatnya engap.

Tarjo sebenarnya ingin tersenyum saat mendengar Ayu keberatan dengan adanya aturan yang dibuat Ashoka. Tapi, ia menahan diri, dan lebih baik baginya jika jadi patung.

"Bagaimana apa sudah di tulis semua?" Ashoka melihat Ayu sudah selesai menulis.

"Iya," Ayu menaruh pulpen di atas kertas. "Apa hanya ini calon suamiku?" sambungnya lagi dengan bertanya mulus meluncur dari bibirnya.

Ashoka menatap Ayu tidak suka. "Apa kau sedang menantangku?"

Ayu menggeleng. "Tentu saya tidak berani menantang anda tuan. Hehe.. siapa yang akan berani menantang Ashoka Bratajaya, ya kan?" Ayu melihat Tarjo guna meminta pendapat dengan kekehan garing nya. Tapi, baik Tarjo maupun Ashoka tidak ada yang memberikannya komentar, bahkan wajah kedua pria ini terlihat semakin menyeramkan. Satu seperti Hulk satu seperti Popeye.

Ayu memberanikan diri untuk menatap Ashoka. Serta dalam hatinya berseloroh ria. "Apa dia mencoba mengekang kebebasan ku. Dia pikir aku ini baby sitter, kalau dia ingin wanita untuk mengurusi dari bangun sampai tidur anaknya. Kenapa tidak mencari jasa baby sitter kan lebih jelas, kenapa harus dengan cara seperti ini. Benar-benar pria angkuh. Aku juga tidak perduli dia membawa wanita manapun, yang terpenting bagiku bisa melunasi hutang Bapakku. Walaupun harus melahirkan anak juga."

Membaca dari sorot mata Ayu yang menatapnya tajam. Ashoka bertanya. "Apa ada yang ingin kau katakan?"

Ayu terhenyak. "Ah iya tuan," Dia mempersiapkan diri untuk bertanya mengenai hal tentang pekerjaannya. "Maaf tuan, apakah saya masih boleh bekerja dan kuliah?"

"Aku tidak perduli dengan pekerjaan atau status mu itu. Yang selalu kamu ingat jaga anakku jangan sampai meninggalkannya sedetikpun!" Kata Ashoka memperingatkan Ayu dengan gerakan tangannya yang dikepal kuat-kuat. "dan ingat, saat aku pulang. Kau sudah harus ada di rumah."

Ayu menelan ludahnya melihat gerakan tangan Ashoka yang seperti sedang meremass kuat-kuat, sampai terdengar bunyi gemeretak dari jari jemarinya yang nampak berotot. "Baik, saya akan selalu ingat dan patuh, terimakasih karena anda sudah mengizinkan saya untuk tetap bekerja dan melanjutkan pendidikan saya. Saya akan selalu menjaga anak anda dengan cinta dan segenap hati saya, tuan"

Setelah mengucapkan kata itu, Ayu mengutuk dirinya dalam hati. "OMG, apa yang aku katakan barusan. Kenapa meluncur mulus dari mulutku. Apa aku ini sudah kehilangan akal sehat?"

Ashoka memicingkan mata menatap Ayu. "Dasar gadis bermulut besar, aku tidak memuji ataupun memberikan kebebasan untukmu. Lihat saja, apa kamu masih bisa tersenyum seperti itu?"

Fitting gaun pengantin dan jas pengantin telah usai. Tidak ada suatu hal yang istimewa. Ayu pulang dengan diantar oleh Diman, sedangan Ashoka akan ada pertemuan lainnya.

...*****...

Bersambung

Terpopuler

Comments

khey

khey

wa'alaikum salam

2023-01-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!