Pengantin Tuan Ashoka

Hari yang sudah di tetapkan pun tiba. Hari dimana seharusnya Ayu bahagia, meskipun kenyataannya tidak. Entah dengan Ashoka?

Tiap orang yang ingin menikah mesti memiliki tujuan dibalik keputusannya tersebut. Bagi sebagian orang, menikah merupakan sarana untuk menghindari hubungan seksuall di luar nikah (perzinahan). Secara tidak langsung mereka yang menikah atas dasar pemikiran seperti ini hendak menyatakan bahwa menikah tak lebih dari persoalan pemuasan kebutuhan biologi semata. Ada pula yang menikah karena alasan finansial seperti mendapatkan kehidupan yang lebih layak, atau mengikuti arus semata. Sebagian lain menikah karena tak dapat menolak kebijakan keluarga atau terpaksa mengikuti karena berbagai alasan lain.

Mungkin lebih tepatnya bagi Ayu, menikah hanya karena desakan untuk melunasi hutang Bapaknya pada Ashoka, lelaki yang sejam lalu mengikrarkan ijab Kabul dan menjadikannya istri yang sah. Dalam benak Ayu, entah mengapa Ashoka mau menerima tawaran Bapak.

Meskipun dalamnya hati berkecamuk, bahkan telah menjadi antah-berantah. Ayu sangat pandai memainkan perannya sudah sepatutnya kan' dia diberi apresiasi. Ayu tersenyum saat menjabat tangan para tamu undangan yang sebagian besar adalah tamu Ashoka. Seolah ia adalah wanita yang sangat hebat, bersanding dengan seorang duda konglomerat.

Meskipun Ayu belum tahu, sekaya dan setajir apa Ashoka Bratajaya. Tapi sepertinya Ashoka memanglah kaya raya dan mempunyai pengaruh bisnis yang menjanjikan, nampak jelas dari para tamu petinggi yang hadir, ruangan yang megah, interior mewah, alunan musik dari artis terpilih.

Seharusnya dengan segenap pesta mewah ini membuat Ayu merasakan gagap gempita, seharusnya ia bahagia. Tapi bagaimana jika tidak?

Pandangan dari beberapa tamu undangan wanita yang terlihat patah hati atas pernikahan ini, mereka mengutuki mempelai wanita. Bagaimana tidak patah hati, mereka selalu merayu Ashoka dan ingin bersanding dengan duda konglomerat itu, namun apalah daya. Kala sekarang ini, Ashoka telah bersanding dengan seorang wanita yang masih terlihat sangat muda.

Ayu saat ini berbalut gaun pengantin putih sangat indah dan Ashoka yang memakai setelan jas yang menambah kesan gagah. Sesekali Ayu menghela nafas panjang, kala merasakan hatinya semakin sesak saja.

"Tersenyumlah, kau tidak perlu menunduk di hadapan mereka, kau hanya perlu menunduk di hadapan ku. Ingat kau adalah istri Ashoka Bratajaya. Jangan mempermalukan ku!" bisik Ashoka melihat Ayu dari sudut matanya.

Mendengar bisikan Ashoka, Ayu secara refleks melihat wajah tampan Ashoka. Bukan karena terlena melihat ketampanan suaminya. Akan tetapi Ayu merinding disko, seolah seringai dan bisikan Ashoka adalah iblis yang bernyawa.

"Ba-baik." ucap Ayu tergagap, ia kembali mengangkat wajahnya dan tersenyum semanis manja. Seolah mengisyaratkan bahwa ialah Pengantin Tuan Ashoka.

Pendingin ruangan rasanya tidak bisa mendinginkan hati Ayu, pegal di kaki dan letih di wajah akibat terlalu sering menjembreng gigi seakan kian terasa. Ayu ingin segera pulang dan duduk selonjoran. Manik Ayu menangkap kebahagiaan yang terlihat di wajah Bapak dan Ibunya.

Bagaimana tidak bahagia? Bapak yang tega menjual anak gadisnya, bukan hanya menyelamatkan tanah dan pabrik, bahkan kini Bapak seolah mendapatkan kehormatan telah menikahkan anaknya dengan seorang duda tajir melintir. Ayu berdoa jangan sampai membuatnya keplintir-plintir setelah menjadi istri Ashoka Bratajaya.

Dan lihatlah senyuman seorang Ibu yang selalu meremehkan pendidikan anak gadisnya. Bu Tumirah seringkali mengatakan, "buat apa sekolah tinggi-tinggi, perempuan kalau sudah menikah pasti ujung-ujungnya selalu di dapur."

Untung saja dengan keteguhan hati Ayu, setidaknya meskipun harus membiayai kuliahnya sendiri dengan bekerja paruh waktu sampai pulang larut malam, ia diterima masuk universitas karena mempunyai kecerdasan.

Tapi sekarang ini?

Ayu mengedarkan pandangannya, menatap sejauh mata memandang. Pesta pernikahan yang tidak diinginkan ini, suami yang tidak dicintainya dan tidak pula mencintainya, seolah telah menjeratnya.

Akhirnya acara jabat tangan tamu undangan telah usai, namun sama sekali tak membuat Ayu bisa terbebas dan bisa duduk selonjoran. Ia nampaknya harus menemani Ashoka kala ada tamu petinggi partai politik yang baru saja hadir.

Melihat para tamu penting Ashoka, Ayu merasakan atmosfer yang luar biasa. Ternyata Ashoka Bratajaya bukanlah orang sembarangan. Bukan takjub, namun Ayu malah ngeri, bagaimana jika ia melakukan kesalahan dan bagaimana bila sepanjang ia menjadi istri Ashoka tidak menjalankan tugasnya sebagai istri yang membawa nama baik dan menjaga martabat serta kehormatan Ashoka. Ayu bergetar, tangannya meremass gaunnya. Matilah aku!

Saat pikiran oleng kala memikirkan segala macam spekulasi yang bergelut di otaknya. Seorang gadis kecil datang menghampiri Ashoka.

"Dady..." Ayna baru saja hadir di tengah-tengah acara. Karena sejak tadi asyik makan kue kesukaannya. Mendapat teman baru, apalagi yang disukai anak-anak jika bukan cake manis dan kue. Gadis kecil ini juga tidak begitu memperdulikan acara orang-orang dewasa, ia asyik bermain dengan para pelayannya.

Jelas saja Ashoka langsung mengangkat tubuh mungil putrinya. "Hay My princess."

Ayu terkejut kala melihat seorang gadis kecil yang memanggil Ashoka dengan sebutan Dady. Tentu saja Ayu tahu, jikalau suaminya ini seorang duda. Akan tetapi yang tidak disangka oleh Ayu adalah, anak Ashoka adalah Ayna Azkayr yang merupakan muridnya di sekolah TK.

Astaga, apa yang sudah aku lewatkan, kenapa sampai aku tidak tahu Ashoka adalah Ayah Ayna.

Masih terhitung guru baru yang baru mengajar 4 bulan, jadi Ayu tidak begitu ngeh siapa-siapa saja orang tua muridnya.

Netra polos Ayna melihat Bu guru Ayu yang berdiri di sebelah Dady-nya, dengan balutan gaun putih seperti princess. "Bu gulu Ayu?" gadis kecil ini mengalihkan atensinya menatap wajah sang Ayah. "Dady, kenapa Bu gulu Ayu ada di sini, apa Dady sama Bu gulu saling kenal?"

Ayu dan Ashoka saling bersitatap, dan Ashoka kembali menatap putri kecilnya yang terlihat kebingungan. Sebelum itu, dia tidak membicarakan hal ini dengan Ayna, karena merasa belumlah siap untuk memberitahukan putrinya bahwa dia menikah lagi.

"Ayna sayang, mari ikut Om Gading." Gading menghampiri keponakannya, ia mengajukan diri untuk membantu Ashoka yang terlihat kebingungan untuk menjelaskan statusnya sekarang apa.

Ayna menggelengkan kepalanya, menandakan ia masih butuh penjelasan.

"Apa kau tidak menjelaskan pada Ayna, bahwa kau akan menikah lagi, Shoka?" kata Mama Mega sinis pada Ashoka. Namun dengan suara pelan agar tidak terdengar tamu undangan.

Ayu tidak habis pikir, kenapa bisa Ashoka tidak bercerita tentangnya, dan kenapa saat kemarin ke kediaman Ashoka, dia tidak melihat Ayna.

"Menikah itu apa?" netra bulat Ayna menatap orang-orang dewasa yang ada disekitarnya. "kata Dady, Mama ku Lose, dan Mama sudah pelgi ke sulga. Bu gulu Ayu gulu kan gulu Ayna di syekulah."

Mendengar perkataan Ayna membuat hati Ayu ngilu, pergi ke surga tidak lain tidak bukan adalah meninggal dunia.

Ayu melihat piano yang terdapat di panggung orkestra musik pengiring pengantin. Ia lalu mempunyai gagasan untuk mengalihkan perhatian Ayna.

"Ayna, mau mendengarkan Bu guru bermain piano?" ujar Ayu mengulurkan tangannya kehadapan Ayna yang masih didalam gendongan Ashoka.

"Mau-mau, Asyyiiikk Bu gulu main piano, asyyyiiikkkk." Ayna berseru girang. Lalu mengalihkan posisi tubuhnya jadi menempel pada Bu gurunya.

Ashoka terhenyak mendengar tawaran Ayu, ia tahu bahwa istri barunya ini sedang mengalihkan perhatian Ayna, namun bagaimana jika ternyata Ayu tidak bisa bermain piano sedangkan di sini banyak tamu pentingnya. Ashoka mendekati Ayu lalu berbisik. "Awas saja kalau kau mempermalukan ku!"

Ayu menatap Ashoka malas, ia gantian berbisik. "Kita lihat saja!"

Sebelum pergi dari para tamu undangan yang berada disekitarnya. Ayu berpamitan dengan sangat sopan. "Permisi Bapak-bapak, dan Ibu-ibu yang saya hormati. Saya mohon izin undur diri."

"Yah silahkan." kata seorang Bapak tamu undangan.

"Silahkan Nyonya Ashoka." jawab Ibu-ibu tamu undangan.

Ayu lekas membawa Ayna ke panggung orkestra musik pengiring pengantin.

Ayu duduk di kursi memanjang bersama dengan Ayna, gadis kecil yang secara tidak langsung kini telah menjadi anak tirinya. Entah ada keajaiban apa nantinya bersama dengan Ayna dan Ashoka. Biarlah waktu yang akan menjawabnya.

Ayu meremass jari jemarinya untuk pelemasan otot. Ia melihat gadis kecil ini menatapnya dengan mata yang berbinar-binar, sungguh siapapun orang yang menatap mata bulat gadis kecil ini akan hanyut didalamnya.

Sepasang mata yang merindukan akan sosok Ibunya. Bisakah aku menjadi Ibu untuk Ayna?

Sekilas Ayu melihat para tamu undangan yang sedang menatapnya, lalu melihat Ashoka. Ia menghela nafas, kala melihat Ashoka menatapnya seperti tatapan mengintimidasi. Pria itu selalu saja membuatnya tertekan, tapi ya sudahlah. Toh, hidupnya kini sudah terlanjur tejebur kedalamnya, maka mau tidak mau, siap tidak siap. Ayu akan memberanikan diri untuk menghadapi kenyataan.

Perlahan tapi pasti, Ayu menaruh ke sepuluh jemarinya di antara tuts piano secara acak. Suara tuts piano mulai menggema di seluruh penjuru sound sistem ruangan mewah nan megah yang dijadikan gelar resepsi pernikahan dadakan dan tidak diinginkannya ini.

...*****...

Bersambung...

Terpopuler

Comments

El🌻

El🌻

semangat

2023-01-27

1

khey

khey

optimis,, kamu bisa Ayu

2023-01-19

1

khey

khey

yee asyiiiikkk,,Ayu punya teman

2023-01-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!