Pelayan Pribadi Ekslusif Milik Tuan Mafia
Ini adalah kisah, dari seorang gadis yatim piatu bernama Adelia yang saat ini tinggal di salah satu panti asuhan.
Saat ini terlihat di panti asuhan tempat Adelia, ada beberapa anak yang mulai makan hanya nasi dan sayuran seadanya. Namun walaupun anak-anak itu makan dengan sesuatu yang cukup sederhana, anak-anak itu terlihat sangat menikmatinya.
Hal semacam itu sudah biasa terjadi di panti asuhan itu, sebuah pantai asuhan yang terbilang cukup miskin jika dibandingkan dengan panti-panti yang lain itu semua karena Panti itu tidak memiliki donatur yang cukup.
Jadi, anak-anak disana hanya bisa makan bahkan sesuatu yang seadanya saja.
Bisa dibilang, diantara anak-anak itu Adelia adalah yang paling tua saat ini umurnya sudah lebih dari 13 tahun, sudah hampir melewati usia di mana itu bisa diadopsi.
Karena diumur-umur itu biasanya orang-orang semakin tidak menginginkan untuk diadopsi, karena dianggap sudah terlalu tua untuk anak-anak.
Adelia yang sudah pasrah karena dirinya mungkin hanya bisa tinggal di Panti Asuhan itu, jadi dia berusaha keras untuk bisa membantu Panti tempat dirinya tinggal itu.
"Kak Adelia, Kenapa Kakak tidak makan?" Tanya salah satu bocah kecil yang ada di sana.
"Tidak apa-apa Aku akan makan nanti. kalian sekarang makanlah yang cukup mungkin sekarang hanya ini menu yang tersedia namun kalian harus yakin pasti nanti akan ada donatur sehingga kita bisa makan sesuatu yang lebih enak," kata Adelia sambil tersenyum ke arah anak-anak itu.
"Emm, itu benar. Aku sudah cukup bosan hanya makan sayuran ini saja, Aku ingin makan Ayam goreng," kata salah satu anak disana.
Adelia hanya tersenyum membalas ucapan anak-anak itu, bagaimanapun juga mereka masih anak-anak yang begitu muda, kurang dari lima tahun, jadi wajar untuk mereka tidak begitu mengerti soal situasi.
Adelia sendiri, sebisa mungkin mencoba menahan rasa laparnya.
Ya, Adelia saat ini memang tidak makan, dirinya hanya makan sekali sehari, begitulah keadaan Panti itu, sebagai anak yang lebih tua dirinya harus rela mengorbankan jatah makannya untuk anak-anak yang lebih kecil.
Sama seperti para pengurus panti, yang saat ini juga menahan diri untuk tidak makan, dan membiarkan anak-anak yang lebih kecil untuk makan lebih banyak.
Setelah anak-anak itu selesai makan, Adelia membantu para pengurus panti, yang hanya ada dua orang itu membereskan meja makan.
Namun saat membereskan meja makan itu, Adelia jelas melihat salah satu pengurus itu memiliki wajah yang sedih.
"Ibunda, ada apa? Kenapa Ibunda terlihat begitu sedih?" Tanya Adelia pada pengurus panti, buka dirinya anggap seperti Ibunya sendiri itu.
"Sebenarnya, stok makanan kita sudah hampir habis, tinggal tersisa kurang dari dua hari, namun saat ini tempat ini benar-benar tidak memiliki dana lagi untuk membeli makanan,"
Adelia yang mendengar itu jelas ikut ngerasa sedih namun dirinya juga tidak tahu harus berbuat apa.
Sang Ibu Panti itu, melihat kesetiaan dari Adelia, lalu mencoba untuk menenangkan nya,
"Kamu tidak perlu memikirkannya, Biar Aku dan Kakak pengurus yang memikirkannya. Kami pasti akan menemukan cara, entah itu dari Donatur atau dari hutang."
Lalu ketika mendengar itu, Adelia menjadi teringat sesuatu.
"Jangan berhutang... Sebelumnya, Adelia lihat ada beberapa orang menyeramkan datang ke tempat ini untuk menagih, kita membuat takut anak-anak, kurasa bukan hal yang bagus untuk meminjam uang pada mereka,"
"Kamu tidak perlu memikirkannya, dan sekarang sebaiknya kamu makan saja."
"Tidak, tadi siang aku sudah makan jadi aku tidak perlu makan lagi."
"Adelia, ku itu juga masih kecil jadi tetaplah makan."
"Aku benar-benar tidak apa-apa, bisa menahan nya biarkan ini untuk menghemat makan untuk anak-anak yang lebih kecil."
Namun jelas sekali, sebenarnya Adelia kelaparan, perutnya terasa tidak nyaman karena tidak makan apa pun tadi siang juga hanya memiliki porsi makan sedikit.
Jelas dirinya tidak bisa komplain karena dirinya tahu tempat ini saat ini tidak dalam keadaan yang baik
Dengan itu, malam itu sekali lagi, Adelia hanya bisa menahan rasa laparnya dan mulai melupakan rasa laparnya itu sampai tertidur.
Lalu, di pagi berikutnya, Adelia merasa begitu lelah, dan tidak berenergi, mungkin itu karena dirinya merasa lapar?
Namun walaupun begitu, Adelia tetap bangun, dan membantu para pengurus panti asuhan untuk menyiapkan sarapan.
Sarapan kali ini adalah bubur.
"Adelia, kamu setidaknya harus makan pagi ini,"
"Tapi..."
"Adelia, kamu sakit nanti ini juga malah akan menimbulkan masalah,"
Adelia juga tahu, hal yang di katakan itu hanya untuk agar dirinya mau makan, ndak memiliki maksud atau arti lainnya hanya sebuah bentuk dari kekhawatiran.
Adelia tidak tahu, siapa orang tuanya, namun untuknya orang-orang yang ada di tempat ini sudah lebih dari keluarga untuknya.
Jadi jika dirinya bisa dirinya ingin sebisa mungkin membantu mereka.
Namun apa yang bisa dilakukan oleh seorang anak berumur tiga belas tahun?
Adelia tiba-tiba mulai memikirkan agar dirinya bisa cepat menjadi dewasa.
Ya, ika dirinya menjadi dewasa mungkin akan ada banyak hal yang bisa dirinya lakukan untuk Panti Asuhan itu.
####
Sore itu, Adelia sedang menyapu halaman Panti Asuhan.
Ketika Adelia menyapu, perutnya tiba-tiba berbunyi.
Jelas itu mungkin karena dirinya kelaparan.
Adelia hanya makan bubur di pagi hari dan tidak makan siang, walaupun para pengurus panti menyuruhnya makan...
Namun inilah yang bisa dirinya lakukan, satunya hal yang dirinya lakukan.
Dirinya harus bisa menahan diri.
Sampai kemudian, Adelia melihat ada sebuah mobil yang berhenti di depan panti asuhan itu.
Seorang Pria Parubaya yang mengenakan jas rapi, segera bertanya pada Adelia, apakah pemilik Panti ada?
"Ada Paman, Paman masuk saja aku akan memanggil kan Ibunda,"
Adelia jelas merasa memiliki firasat baik ketika melihat pria itu barangkali dia seorang pendonor?
Ibunda Panti jelas menjadi begitu gembira ketika mendengar ada seorang Pria yang terlihat kaya datang, diapun mempersilahkan orang itu untuk masuk ke dalam.
Sedangkan Adelia, kembali menuju halaman untuk melanjutkan menyapu.
Kali ini hatinya terasa senang, hanya bisa berharap jika yang dirinya pikirkan itu benar.
Namun karena rasa penasaran, Adelia memutuskan untuk masuk ke dalam ingin tahu tentang apa yang mereka bicarakan.
Namun ternyata pembicaraan itu berjalan dengan cukup buruk.
"Apa maksudmu ingin mencari anak panti asuhan ini untuk dijadikan seorang pelayan?" Kata Ibu Panti dengan nada marah.
"Jelas, aku hanya memberikan penawaran yang baik. Yang Keluarga Majikanku butuhkan adalah seorang anak yang mau menjadi Pelayan untuk Tuan Muda kami, jelas ini bukan penawaran yang buruk, anak itu nantinya akan diberikan gaji yang layak, dan jelas Panti Asuhan ini, akan diberikan donatur dari Keluarga Majikanku," kata Pria itu dengan ekspresi tentang.
"Tidak! Ini sama saja perdagangan anak! Panti Asuhan tempat semacam itu!" Kata Ibu Panti itu, sepertinya masih menolak gagasan untuk membiarkan anak asuhnya menjadi Pelayan di Keluarga Kaya, kan walaupun itu demi mendapatkan donasi, namun Panti miliknya ini bukan tempat macam itu yang mengeploitasi anak-anak.
"Aku tidak pernah memberikan paksaan. ku hanya memberikan penawaran karena aku tahu panti ini memiliki situasi yang buruk. Tuh benar-benar terserah kalian apakah ingin menerimanya atau tidak,"
Ibu Panti itu, lalu segera berkata dengan tegas,
"Kami akan menolak itu!"
Sang Pria hanya tersenyum lalu mulai meletakkan sebuah kartu nama.
"Jika kalian berubah pikiran, kalian selalu bisa untuk menghubungi ku, tahu ini keputusan yang sulit namun tolong dipikirkan baik-baik penawaran ini."
Adelia yang mendengar semua itu jelas di merasa di india tidak bisa tinggal diam ketika melihat Donatur itu pergi.
Tidak!
Ini adalah sebuah kesempatan yang baik dan mungkin anak-anak bisa mendapatkan makanan yang lebih layak kenapa kesempatan sebagus ini bisa dilewatkan?
Bahkan walaupun tawaran itu sedikit mencurigakan...
Namun...
Adelia sudah membulat kan tekad nya untuk membuat keputusan.
Ini semua demi Keluarga kecilnya di Panti Asuhan ini, open tidak memiliki hubungan darah namun anak-anak di sini sudah dirinya anggap sebagai adik-adiknya lalu para pengurus panti sudah dirinya anggap seperti orang tuanya sendiri.
Dirinya selalu memiliki keinginan untuk bisa membantu mereka.
Adelia segera membuka pintu ruangan itu dan berkata dengan tegas,
"Aku, Apakah tidak apa-apa untukku untuk menerima tawaran dari Bapak tadi?"
Pria Paruh Baya itu, tersenyum ketika melihat Adelia, seolah sedang menatap gadis itu, dari atas kebawah, mencoba untuk menilai nya.
Ibu Panti yang mendengar kata-kata dari Adelia, jelas saja tidak senang dan segera berkata,
"Adelia! Apa yang coba kamu katakan! Kamu jelas tidak bisa menerima tawaran itu! Kamu sebaiknya masuk saja biar kami yang mengurus nya!"
Adelia yang mendengar penolakan itu segera berkata,
"Namun ini semua demi kebaikan Panti ini, sungguh Aku yakin bisa melakukannya lagi pula ini hanya menjadi seorang pelayan, khusus biasa bersih-bersih dan memasak, Aku pasti akan bisa melakukannya,"
"Adelia, namun tawaran ini...."
Pria paruh baya itu, menatap ke arah Adelia, yang terlihat memiliki tekad yang cukup bagus.
Walaupun anak ini masih muda sepertinya, dia cukup pintar untuk memahami situasi di sekitarnya, bugatti kate yang dia miliki itu adalah sesuatu yang sangat bagus.
Dirinya butuhkan memang seorang anak yang seperti ini, pasti akan sangat mudah untuk dimanfaatkan, dan mendapatkan kesetiaan dari anak semacam ini akan mudah.
"Namamu Adelia bukan? Kamu memiliki kualifikasi yang cukup untuk menerima tawaran ku. namun kamu harus ingat begitu tawaran ini diterima kamu tidak akan bisa lari atau mundur,"
Adelia yang mendengar itu segera berkata dengan penuh tekad dan keyakinan,
"Aku akan melakukannya. apapun itu aku akan melakukannya asalkan kalian mau memberikan donasi yang cukup untuk Panti Asuhan ini, lama aku bekerja dan menjadi Pelayan seperti yang kalian inginkan,"
"Tentu saja itu tidak masalah keluarga makan ku sangat kaya hanya membiayai panti kecil seperti ini jelas bukan hal yang susah. Namun yang kami butuhkan adalah kesetiaanmu,"
"Aku akan memberikan kesetiaanku."
"Adelia! Kamu..." Ibu Panti itu yang mendengar percakapan itu jelas masih merasa ragu.
"Ibunda, ini semua demi kebaikan semua orang jadi aku mohon terimalah saja, aku tidak apa-apa. aku benar-benar sangat berterima kasih karena telah dirawat selama ini jadi sekarang adalah saatnya untukku membalas budi mungkin hanya ini yang bisa aku lakukan...."
"Adelia tapi..."
Pria paruhbaya itu, lalu segera berkata lagi,
"Jika kamu memang begitu serius, kera bereskan barang-barang mu dan ikut denganku menuju Rumah Keluarga kami,"
"Tentu saja, juga kalian harus menempati janji kalian!"
Pria paruh baya itu, segera mengeluarkan sebuah amplop debat dari jas yang dipakainya, game menyerahkan amplop itu kepada Ibu Panti, juga menyerahkan sebuah dokumen untuk ditandatangani.
"Anak ini sepertinya lebih realistis daripada kalian berdua. Ini adalah uang, harus kalian lakukan adalah menandatangani surat adopsi dan surat perjanjian bahwa kalian akan merahasiakan semua hal ini,"
Adelia menatap amplop tebal itu, sepertinya memang berisi uang.
Untuk itu banyak uang itu pasti bisa membeli makanan makanan enak.
Anak-anak di sini pasti akan sangat senang.
Sangat sayang, dirinya mungkin tidak bisa memberikan kata-kata perpisahan untuk mereka.
Namun melihat mereka senang itu sudah cukup.
Ibu Panti itu, sudah memutuskan karena desakan dari Adelia, dia menandatangani surat itu.
Itu adalah hari terakhir Adelia berada di Rumah Panti Asuhan itu.
Sampai Adelia yang sudah mengemas memgemasi barang-barangnya itu, segera di bawa pergi oleh Pria Parubaya itu.
"Kalau boleh tahu kemana kita akan pergi? Apakah aku harus segera menjadi seorang pelayan?"
Pria itu tersenyum lalu berkata,
"Tentu saja tidak. Kamu harus lebih dulu mengikuti sebuah Pelatihan agar bisa menjadi Seorang Pelayan yang cakap, Keluarga kami memiliki standar yang cukup tinggi,"
"Aku mengerti aku akan melakukan pelatihan dengan cukup baik. Jadi, apakah kita akan pergi ke tempat pelatihan?"
Pria itu menggelengkan kepalanya lalu segera berkata,
"Kita akan menuju ke Rumah Majikanku dulu, Aku akan menunjukkan padamu Tuan Muda makan kamu layani di masa depan setelah pelatihan itu,"
Adelia yang mendengar itu merasa cukup cemas.
Dirinya menjadi penasaran seperti apa seseorang yang akan dirinya layani nanti.
Namum melihat dia yang ada di hadapannya ini melakukan hal ini dengan serius sepertinya tawaran sebelumnya bukanlah kebohongan atau penipuan.
Tentu saja, Adelia bertaruh cukup banyak soal tawaran ini yang mungkin saja adalah sebuah penipuan.
Adelia setidaknya merasa sangat lega ketika dirinya sampai di sebuah rumah mewah.
Rumah majikan yang akan dilayaninya dimasa depan.
Namun, Adelia saat itu tidak tahu apa-apa, bahwa rumah yang dimaksudkinya itu bukanlah sebuah rumah biasa.
Sebuah rumah begitu kamu memasuki dunia kamu mungkin tidak akan pernah bisa keluar lagi....
Adelia jalan dengan gugup mengikuti pria itu.
Menatap kearah rumah mewah itu.
Semua hal yang ada di rumah itu sangat indah, suatu yang tidak pernah Adelia lihat.
Sampai ketika mereka tiba di lorong, Pria itu segera menyuruh Adelia menunduk, Adelia jelas menurut kemudian menunduk.
Ada seseorang yang melewati mereka.
"Selamat malam, Tuan Edward dan Tuan Muda Lucas,"
"Ya."
Hanya ada jawaban dingin dari orang yang mereka sapa.
Adelia diam-diam sedikit mengintip kaka tas untuk melihat siapa yang mereka sapa.
Ada seseorang, Pria dewasa, memiliki ekspresi dingin, dengan sebuah tato yang ada di lehernya penampilannya sehingga sedikit mengerikan.
Lalu di sampingnya ada seorang anak yang kira-kira seumuran dengannya, memiliki ekspresi yang cukup dingin.
Namun, padahal mengejutkan yang membuat Adelia merasa syok.
Yaitu, sebuah pintol yang dibawa oleh anak yang seumuran dengannya itu.
Tentu, Adelia tahu itu pistol karena pernah melihat hal-hal semacam itu di televisi.
Tunggu...
Mungkin itu hanya mainan anak-anak?
Setelah semua anak laki-laki memang suka memiliki mainan seperti itu.
Namun tebakan Adelia salah.
Tepat setelah dua orang itu pergi, menuju ke arah ujung lorong yang sepertinya sebuah taman, anak itu menarik pelatuk pistolnya.
Ada suara nyaring ketika tembakan itu berbunyi, membuat Adelia menjadi begitu kaget.
Pria paruh baya itu, lalu segera berkata,
"Dia adalah Tuan Muda yang akan kamu layani nanti, Lucas Liones."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Hua mulan
bagus ceritanya tapi bhsa nya masih belibet , semangat berkarya tor di benahu lagi
2023-03-12
1
@Risa Virgo Always Beautiful
Adelia kasihan banget makan seadanya
2023-01-27
0