Adelia benar-benar tidak menyangka bahwa pistol yang dipegang oleh anak laki-laki tadi, sebenarnya adalah sebuah pistol.
Adelia menatap ke arah taman, yang sepertinya menjadi sebuah tempat latihan karena ada beberapa objek yang di khususkan untuk di tembak disana.
Tanpa sadar, Adelia yang merasa ingin tahu itu segera berjalan ke arah taman, menatap anak laki-laki itu, yang saat ini mencoba untuk menembak, namun sepertinya gagal mengenai sasaran.
Adelia bisa melihat dari arahnya, bagaimana tangan anak itu sedikit gemetar ketika Pistol itu, mungkinkah dia takut memegangnya?
Untuk sebuah senjata berbahaya semacam itu dipegang oleh seorang anak jelas, anak itu akan takut.
"Kamu harus menembak tepat sasaran, kamu harus menjadi seperti Kakakmu. Kakakmu bisa menembak dengan tepat bahkan di usia yang lebih muda, bahkan adikmu lebih hebat darimu, kamu itu sangat lembek!"
"Maafkan Aku Ayah. Aku bisa melakukan hal ini,"
"Jangan hanya bicara!"
Sekali lagi suara tembakan terdengar.
Namun ketika Adelia menatap tangan anak itu, walaupun kata-katanya terlihat berani, namun tangan anak itu terlihat gemetar namun jelas anak itu berusaha keras untuk menyembunyikan ketakutannya dan menunjukkan keberaniannya.
Ya, Adelia entah kenapa merasa sedikit terkesimal ketika memandang pemandangan itu.
Ya, anak itu terlihat lebih muda darinya, namun melihat anak itu berusaha untuk menyembunyikan rasa takutnya, dan berani memegang hal yang cukup berbahaya seperti itu membuat dirinya takjub.
"Adelia, Ayo kamu harus segera masuk ke dalam. Aku akan mulai memperkenalkanmu dengan silsilah keluarga ini, namun apapun yang kamu dengar Dan apapun yang kamu lihat kamu tidak boleh membocorkan semua informasi ini,"
Mendengar kata-kata itu, Adelia segera kembali menuju ke arah pria paruh baya itu.
Sebenarnya dirinya cukup bertanya-tanya Kenapa bisa seorang anak yang seumuran dengannya bisa diberikan pistol seperti itu?
Sebenarnya, Keluarga yang akan dirinya layani itu Keluarga semacam apa?
Kemudian jawaban dari pertanyaannya itu segera terungkap.
Ya, Adelia sebenarnya tidak pernah mengira jika Keluarga Kaya yang akan dirinya layani adalah sebuah Keluarga Mafia.
Adelia menatap deretan foto keluarga pemilik Rumah itu, dengan ekspresi begitu takut.
Ya itu karena penampilan beberapa pria yang ada di foto itu sedikit menyeramkan.
Belum lagi, ketika Adelia menatap ke arah sekitar rumah itu terlihat beberapa orang mengenakan pakaian hitam juga memiliki tato entah di bagian wajah atau tangan atau bahkan mungkin leher, memiliki tubuh yang tinggi dan kekar menggunakan sebuah kacamata hitam, benar-benar sebuah penampilan yang penuh dengan intimidasi.
Adelia tidak pernah mengira jika dirinya akan terlibat dalam keluarga semacam itu.
Dan begitu dirinya masuk dan terlibat, dirinya tahu dirinya tidak memiliki kesempatan untuk mundur.
Takdirnya berada di rumah itu, untuk melayani salah satu Tuan Muda di Rumah itu.
Pantas saja, Tuan Muda sebelumnya memegang sebuah pistol.
Dia adalah tuan muda di keluarga semacam, pasti sulit di umurnya yang segitu dia harus diajari hal-hal mengerikan semacam ini.
"Adelia? Apakah kamu mendengarkan apa yang aku katakan? Kamu tidak bisa pergi dari tempat pelatihan tanpa izin,"
"Ya, Aku... Aku mendengarnya," kata Adelia dengan nada gugup.
"Satu lagi yang harus kamu tahu, yang Keluarga ini butuhkan adalah seorang Pelayan yang Profesional, juga yang memiliki kesetiaan sampai mati kepada Tuan yang dilayani. Jadi kamu di masa depan jangan pernah berpikir untuk melarikan diri, atau berkhianat dari Keluarga ini, atau kamu akan tahu akibatnya tidak hanya kamu yang mungkin akan terdampak namun juga orang-orang di Panti Asuhan tempat kamu berasal, harap kamu selalu berhati-hati dengan semua tindakan yang kamu lakukan mulai dari sekarang."
Ketika mendengar suara dingin itu, Adelia merasa merinding dan ketakutan, memikirkan sepertinya dirinya berurusan dengan sebuah keluarga yang lebih buruk daripada yang dirinya kira.
Dan jelas dirinya tidak mungkin bisa mundur setelah terlibat, tidak hanya dirinya yang dipertaruhkan namun orang-orang di Panti Asuhan yang sangat berharga untuknya.
Sebuah keputusan impulsif ini, benar-benar membawa dirinya sebuah takdir yang tidak pernah dirinya.
Menjadi Pelayan dari Tuan Muda itu?
Seperti apa nanti dia ketika tumbuh dewasa?
Mengigat, anak semacam itu dibesarkan dalam keluarga mengerikan seperti ini...
Pasti, dia juga akan tumbuh seperti kebanyakan orang di rumah ini.
Hanya memikirkan nasipnya saja, Adelia sudah ngeri.
Dirinya hanya bisa berharap semuanya akan berjalan baik untuk kedepannya.
####
5 Tahun Kemudian
Sudah lima tahun, sejak Adelia memasuki Rumah Keluarga Liones, belum menjadi seorang pelayan, namun masih dalam masa pelatihan untuk menjadi seorang Pelayan Profesional.
Banyak hal, hanya Adelia pelajari ketika masa pelatihan itu.
Yang paling jelas adalah orang-orang yang ikut pelatihan itu kurang lebih memiliki nasib yang hampir sama dengannya.
Anak-anak yatim piatu, yang tidak memiliki rumah dan tidak memiliki tempat untuk kembali.
Mereka semua dilatih untuk menjadi seorang pelayan profesional dan setia kepada tuannya, karena mereka tidak memiliki keluarga itu artinya mereka juga bisa dibuang dan disingkirkan kapan saja begitu terlihat ada ketidak kesetiaan.
Itulah apa yang Adelia pelajari, selama dirinya mengikuti pelatihan di sana selama 5 tahun ini.
Jelas pelatihan ini cukup berat.
Beberapa orang, yang dirinya kenal ada yang sudah berlatih lebih dulu jadi akan segera keluar dari tempat pelatihan, dan segera salah melayani Anggota Keluarga itu.
Ini adalah hari terakhir Adelia nada di tempat pelatihan jadi dirinya mulai mengucapkan mengapa kata perpisahan dengan teman-temannya yang masih ada di tempat pelatihan.
"Aku akan mengirimkan pesan jika Aku memiliki waktu," kata Adelia dengan nada ramah.
"Aku hanya bisa mendoakan semoga kamu selalu aman, sebenanya aku cukup takut dan palapa yang akan terjadi pada kita begitu kita mulai melakukan Tugas Kita sebagai seorang Pelayan, kamu tahu... Kak Merlin, yang sebelumnya menjadi Pelayan Tuan Muda ketiga? Aku dengar dia sempat disiksa, dan sekarang berada di dalam kurungan hukuman karena melanggar Perintah Tuan Mudanya," mata salah seorang temannya itu dengan nada takut.
Adelia tentu saja jika tahu soal berita itu, orang-orang di tempat pelatihan, selalu menjadi penasaran dengan Rumah Keluarga Liones, dan Anggota Keluarga mereka, beberapa orang akan bertanya kepada orang-orang yang lebih dulu menyisakan pelatihan soal apa yang mereka lakukan ketika menjalankan pekerjaannya.
Beberapa, sangat beruntung hanya dijadikan pelayan biasa di rumah itu.
Namun, beberapa juga sial saat di jadikan seorang Pelayan Pribadi, terutama ada orang-orang kejam di rumah itu, seperti Tuan Muda Ketiga, yang selalu bersikap semena-mena kepada bawahannya.
Soal salah satu rekannya itu, Merlin, dia di hukum karena menentang perintah Tuan Mudanya, yaitu untuk melayaninya di tempat tidur...
Jelas, itu adalah perintah tidak bermoral bukan?
Namun, begitu menentang...
Hasilnya adalah sebuah hukuman yang kejam.
Adelia jelas merasa cukup takut juga, Tuan Muda yang akan dirinya layani...
Tuan Muda kedua, Lucas Liones.
Tidak ada rumor apapun soal tuhan muda itu karena Tuan Muda itu tinggal di Luar Negeri.
Namun tetap saja, dia Tuan Muda Keluarga Liones, siapa yang tahu seberapa kejam dia nanti?
"Aku pasti akan hati-hati,"
Adelia segera mengucapkan perpisahan dengan mereka dengan perasaan yang cukup berat.
"Apakah kamu siap? Sekarang aku akan membawamu kepada Tuan Muda Lucas," kata seorang Pria tua, yang juga Pelayan yang dulu membawa Adelia ketempat ini.
Pria itu ternyata, adalah Kepala Pelayan Keluarga Liones, salah satu orang penting di tempat ini yang memang memiliki tugas untuk merekrut orang-orang bangun terkadang yang merekrut juga bawahannya, adalah salah satu hal langka yang direkrut oleh kepala pelayan sendiri.
"Baik Tuan,"
"Aku berharap banyak kepadamu, Adelia. Jangan kecewakan Tuan Muda Lucas,"
Setelahnya, angka sekarang menuju ke Rumah Utama, rumah yang biasanya hanya bisa dilihat dari jauh.
Rumah yang memiliki dekorasi yang sama seperti lima tahun lalu.
Mereka di sebuah lorong, dekat dengan tempat pelatihan menembak.
Adelia dibawa ke tempat latihan.
Disana, Adelia mendengar beberapa suara tembakan.
Yang membuat Adelia terkejut, adalah tentang target orang yang menembak itu bukanlah sebuah papan.
Namun...
Manusia dengan apel di atas kepalanya.
Adelia melihat seorang pria sedang menembak itu tanpa sedikitpun keraguan.
Dan Pria yang membawa apel diatas kepalanya, tidak menujukan ekpersi apapun.
Seolah yakin, jika peluru itu, tidak akan mengenai dirinya.
Adelia sendiri, tegang ketika melihat hal itu.
Lalu, suara tembakan pistol segera terdengar, dan mengenai sasaran tepat.
"Lihat Lucas, bukankah Kakak sudah semakin ahli dalam mengunakan pintol?"
Orang yang tadi jadi sasaran membawa Apel itu, segera bergerak mendekati ke arah orang yang sebelumnya menembakkan pistol itu.
"Hah, Kakak masih suka memiliki hobi-hobi tidak perlu seperti ini, lihat Kakak baru saja membuat takut seorang gadis disana," kata seorang Pria yang memiliki wajah tanpa ekpersi.
Tatapan Adelia bertemu dengan tatapan dia itu.
Adelia tentu mengenai pria itu.
Tuan Muda yang akan dia layani, Tuan Muda Kedua, Lucas Liones.
Lalu, yang ada dihadapannya itu, Tuan Muda Pertama?
Kakak Tuan Muda Lucas, Theo Liones.
Namun, untuk memiliki hobi seperti itu...
"Lucas, mari kamu yang mencoba berikutnya, Aku yang akan membawa Apel. Atau kamu bisa menyuruh orang untuk membawa apelnya di kepala mereka,"
Tatapan Pria itu bertemu dengan tatapan Adelia, Adelia tiba-tiba merasa takut.
Lucas, terlihat menatap kakaknya yang tersenyum itu.
"Aku tidak begitu gila sepertimu, dan jangan menakut-nakuti orang, tenang saja Kakakku hanya bercanda," kata Lucas pada Adelia yang dari tadi masih diam mematung di sana.
"Saya, mengerti Tuan Muda," kata Adelia mencoba untuk bersikap tenang.
Adelia dengar, hubungan Kakak beradik itu, cukup baik, daripada dengan saudara-saudara lainnya.
Lucas disisi lainnya segera mengambil pistol dari Kakaknya, dan mulai menembak beberapa target papan tembakan dengan tenang, semuanya tepat sasaran, sangat akurat, bagaimana dia memegang pistol benar-benar tanpa bergeming sedikitpun.
Ketika dirinya menatap Tuan Muda yang akan dirinya layani itu, dirinya cukup merasa kaget.
Dulu, anak kecil yang dirinya lihat lima tahun lalu, adalah seorang anak yang terlihat lebih pendek dari dirinya, dia yang masih gemetar ketika memegang pistol, namun dia mencoba memasang ekspresi yang cukup tenang, hal-hal yang dulu sempat Adelia kagumi, semangatnya yang terlihat kuat, mengingatkannya pada dirinya sendiri.
Dirinya dulu juga ingin terlihat lebih kuat dari pada anak-anak lainnya di panti, agar tidak bisa merepotkan semua orang.
Begitu pula saat dirinya sedang melakukan pelatihan, mungkin ketika pelatihan yang berat itu, dirinya teringat bagaimana Tuan Muda yang masih cukup muda itu, mencoba terlihat kuat ketika di berikan barang berbahaya, membuat dirinya bersemangat jika dirinya juga akan bisa seperti Tuan Muda itu.
Tetap kuat, dalam menghadapi apapun yang dilewati, demi hal-hal yang harus dirinya lindungi yaitu Keluarganya di panti asuhan.
Dengan mengigat kenangan soal Tuan Muda kecil itu, itulah kenapa Adelia masih bisa bertahan sampai sekarang, jika dirinya juga akan sanggup untuk melewati semuanya.
Dan sekarang, ketika melihat Tuan Muda itu sudah tumbuh Dewasa, menjadi seorang Pria yang sangat tampan, juga sudah mengatasi ketakutannya, tumbuh seperti sosok yang sekarang, entah kenapa itu terlihat sangat keren dan mengagumkan.
Adelia tidak menyadari, bahwa sejak hari pertemuan mereka, pandangannya diam-diam tidak bisa teralihkan dari Tuan Muda itu.
Perasaan kagum, yang nantinya akan tumbuh menjadi sesuatu yang lain, lebih dari yang dia pikirkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments