Tawanan Mr. Perfect

Tawanan Mr. Perfect

Bab 1 Hari Pertama

Kania Indira, gadis cantik yang sudah satu tahun lulus dari pendidikan menengah atas. Namun belum juga mendapatkan pekerjaan. Karena selama ini, Kania membantu ibunya berjualan kue keliling. Kania hanya hidup berdua bersama ibunya. Sedang ayahnya sudah satu tahun yang lalu meninggal dunia karena penyakit jantungnya. Hidup yang pas-pasan, ditambah membiayai pengobatan ayahnya dulu, membuat ibunya terpaksa meminjam uang kepada rentenir. Hingga saat ini, uang yang mereka pinjam menjadi semakin besar.

Beruntungnya, sahabat sekaligus tetangga dekatnya, Dini, menawarkan pekerjaan sebagai cleaning service di tempat Dini bekerja. Kebetulan di perusahaan tersebut sedang membutuhkan tenaga cleaning service untuk satu orang. Jadi Dini merekomendasikan Kania kepada atasannya. Dan ternyata, atasannya menerima Kania setelah melihat CV yang dikirim oleh Kania. Dini sendiri bekerja sebagai office girl di perusahaan itu.

"Gimana pekerjaan loe? Ada kendala gak?" tanya Dini pada Kania yang sudah masuk ke pantry untuk minum.

"Aman kok, Din! Pekerjaannya biasa aku lakukan juga. Kamu sendiri gimana?" balas Kania dengan santai.

"Tuh, masih nunggu air mendidih! Di sini airnya harus direbus dulu. Perintah dari pimpinan. Jadi ya gini!" jawab Dini enteng.

"Kamu selalu aja pakek kata loe gue!" ujar Kania protes kepada sahabatnya.

"Kita kan hidup di kota besar, Nia! Jadi sah-sah aja kalau kita ngikutin gaya bicara orang kota. Biar dikata gaul." jawab Dini santai sambil ngemil roti yang ia beli. Kania hanya mencebik dan menggelengkan kepalanya.

"Loe pasti belum sarapan, kan? Nih roti buat loe! Sengaja gue beli lebih tadi. Lumayan lah buat ganjel perut sementara." lanjut Dini menyodorkan roti kepada Kania. Kania pun menerima roti tersebut. Karena ia juga belum sempat sarapan.

"Makasih banyak ya, Din! Tau aja kalau aku belum sarapan. Oh ya, makasih juga, berkat kamu, aku bisa kerja di perusahaan sebesar ini sekarang." ucap Kania terharu sambil mengunyah rotinya.

"Santai aja kali, Nia! Gue seneng kok bantu loe, kan kita jadi bisa kerja bareng." balas Dini tersenyum.

"Kamu emang sahabatku yang terbaik!" ujar Kania terharu dan memeluk Dini dengan erat.

"Sahabat sih sahabat, Nia. Tapi gak gini juga! Gue kecekek gak bisa nafas." canda Dini menggoda sahabatnya. Dan pura-pura batuk.

"Maaf, maaf, maaf! Aku gak tau, Din! Maafin aku ya! Aku terlalu terharu." ucap Kania sedih dan merasa bersalah melihat sahabatnya kesakitan karena ulahnya.

"Hehehehe... Gue becanda kali. Udah habisin roti loe dulu. Nanti kalau pekerjaan loe udah selesai, kita makan di kantin." ujar Dini terkekeh melihat Kania sedih dengan wajah imutnya. Dini yang perempuan saja merasa gemas dengan wajah Kania, apalagi laki-laki. Klepek-klepek pasti.

Saat ini mereka tengah beristirahat bersama dua orang lainnya di ruangan pantry. Satu divisi, diisi petugas cleaning service dan satu office boy/girl. Kebetulan mereka ditugaskan divisi yang sama. Sambil menunggu para karyawan datang, Kania dan Dini mengisi perut mereka dengan roti yang Dini beli di jalan.

"Habis ini, loe ikut gue ya! Kita ke ruangan nganterin minuman buat para karyawan. Tugas loe udah selesai semua, kan?" ujar Dini yang sudah menghabiskan roti dan kopinya.

"Untuk sementara udah selesai sih! Paling nunggu perintah aja dari Bu Reni." jawab Kania.

"Ok. Gak lama, kok!" sahut Dini.

"O ya, biasanya mereka minum apa?" tanya Kania lagi.

"Beda-beda sih. Ada yang kopi hitam, teh, ada juga kopi racikan. Bergantung mood mereka. Gue cuma buatin aja." jawab Dini santai.

"Oh." balas Kania mengangguk.

Jam masuk kantor pun tiba. Para karyawan sudah memasuki kubikel masing-masing. Dini sibuk membuat minuman, sedang Kania hanya memperhatikan sembari menunggu perintah dari Bu Reni selanjutnya.

"Yuk!" ajak Dini pada Kania yang sedang duduk di meja pantry. Dini mendorong meja roda berisi minuman untuk karyawan. Kania hanya mengangguk.

"Selamat pagi!" sapa Dini yang senantiasa memberi salam setelah masuk ruangan kepada karyawan di ruangan tersebut. Lalu memberikan satu per satu minuman yang biasa diminum oleh setiap karyawannya.

Kania mengikuti dari belakang sambil membantu mendorong meja roda dan memperhatikan Dini. Sesekali Kania memperhatikan satu per satu meja karyawan yang sudah diberi minuman.

"Office girl baru ya, Din? Kenalin dong, Din!" ujar Rangga setelah menerima secangkir kopi dari Dini dan menatap Kania yang ada di belakang Dini.

Dini memutar bola malas menanggapi ucapan Rangga. Salah satu karyawan yang terkenal suka tebar pesona. Tampangnya memang pas-pasan. Tapi tingkat percaya dirinya tinggi. Apalagi melihat gadis cantik seperti Kania. Makin tebar pesona.

"Iya, Pak Rangga. Baru hari ini kerjanya." ucap Dini malas mengiyakan saja dan segera beralih ke meja sampingnya lagi.

"Hai, aku Rangga! Cowok paling tampan dan baik di ruangan ini! Nama kamu siapa? Cantik banget sih! Mau jadi pacar aku gak?" ujar Rangga mengulurkan tangannya kepada Kania. Kania yang melihatnya hanya menatap bingung.

"Si Winda mau dikemanain, Pak? Udah deh, Pak! Setia sama satu perempuan. Yang ini udah punya pacar. Jangan diganggu!" ucap Dini menimpali perkataan Rangga dengan sewot. Winda adalah gadis yang bekerja sebagai pelayan di kafe seberang perusahaan, yang dipacari Rangga selama satu bulan ini.

"Baru pacar juga, Din! Belum suami. Yang udah menikah aja bisa selingkuh. Apalagi baru pacaran!" balas Rangga kekeh yang ingin berkenalan dengan Kania.

"Wajah pas-pasan gak usah nyeleneh selingkuh segala, Pak! Inget peraturan kantor, Pak! Udah ah, kasian yang lain udah pada nunggu! Permisi!" balas Dini dengan cepat dan langsung menarik tangan Kania.

Kania yang mendengar perdebatan mereka hanya menatap bingung. Sedangkan karyawan lain sudah biasa mendengar perdebatan Dini dan Rangga. Meski beberapa karyawan laki-laki lain yang masih single menatap kagum dan penasaran pada sosok Kania.

"Kan cuma kenalan aja, Din! Kamu mah gak asyik!" Rangga mencebik mendengar penuturan Dini yang mengingatkan peraturan kantor. Dini hanya mengabaikan ucapan Rangga dan terus menarik tangan Kania.

Di perusahaan ini ditetapkan peraturan tidak boleh ada hubungan antara karyawannya. Jika ada yang ketahuan menjalin hubungan, entah pacaran atau menikah, maka salah satunya harus siap meninggalkan kantor ini saat itu juga. Tidak ada toleransi sama sekali. Itulah peraturan yang ditetapkan sang pemilik sekaligus pemimpin perusahaan.

Dan jika sampai dipecat dari kantor ini, apalagi dengan tidak terhormat, maka juga akan kehilangan kesempatan bekerja di perusahaan lainnya.

Kania dan Dini pun keluar dari ruangan menuju pantry mereka, sambil berbincang mengenai peraturan kantor yang belum diketahui Kania.

"Emang ada peraturan apa yang belum aku tau, Din?" tanya Kania penasaran.

"Oh iya, sampai lupa gue! Itu, peraturan gak boleh ada yang pacaran atau menikah sesama karyawan. Meskipun itu pekerja seperti kita. Makanya loe harus hati-hati sama karyawan cowok yang deketin loe di sini. Jangan pernah mau digombalin mereka. Bisa-bisa kerjaan loe yang harus jadi taruhannya." jelas Dini lugas.

"Bagus dong, Din! Kan jadi mereka fokus kerja, bukan pacaran." ucap Kania menanggapi dengan santai.

"Iya, bagus. Karena loe gak pernah pacaran sih! Loe kan tau, Nia! Kalau ada cowok yang gue suka di kantor ini! Ya, meski itu mustahil sih, buat gue dapetin!" balas Dini sambil mengingat lelaki yang ia sukai.

"Kan udah ada Bang Zenal, Din! Dia cinta berat lho sama kamu!" goda Kania.

"Idih, ogah gue! Mit amit gue ama dia. Jauh-jauh deh! Mending gue jomblo seumur hidup." balas Dini bergidik membayangkan Bang Zenal.

Kania terkekeh mendengar ucapan sahabatnya.

"Jangan terlalu benci! Awas lho entar kamu malah cinta sama dia!" Kania menimpali terus menggoda sahabatnya.

"Jangan sampai ya, Nia! Iiihhh! Udah ah, gak usah bahas tuh makhluk jadi-jadian! Merinding gue! Mending kita ke kantin, jadi laper perut gue!" ucap Dini mengedikkan bahunya merinding. Kania terbahak mendengar ucapan sahabatnya.

Saat mereka hendak menuju lift menuju kantin di lantai bawah, tetiba Bu Reni memanggil Kania dan Dini. Mereka yang mendengarnya langsung menghampiri sang atasan.

*

*

HAI HAI HAI

INI KARYA NOVEL AKU YANG KEDUA DI NOVELTOON.

SEMOGA SUKA YA SAMA CERITANYA

MOHON DUKUNGANNYA GUYS

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENNYA.

SELAMAT MEMBACA

TERIMAKASIH

Terpopuler

Comments

my love

my love

mampir dulu achh...kali aja ada tempe mendoan Ama cabe rawit beeuuu👍🏻👍🏻

2023-06-03

0

Zyvaraku

Zyvaraku

Terima kasih, semoga suka sama ceritanya

2023-03-27

0

umi Nadira

umi Nadira

aku mampir thorr.... baru bab satu.....

2023-03-27

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Hari Pertama
2 Bab 2 Pertemuan
3 Bab 3 Alergi Akhtar
4 Bab 4 Kecemasan Seorang Ibu
5 Bab 5 Obrolan Santai
6 Bab 6 Permintaan Kakek
7 Bab 7 Pencarian Kandidat
8 Bab 8 Tak Terduga
9 Bab 9 Praduga Aneh
10 Bab 10 Keputusan Akhtar
11 Bab 11 Kecemasan Kania
12 Bab 12 Obat Tidur
13 Bab 13 Kambuh Lagi
14 Bab 14 Rencana Akhtar
15 Bab 15 Penawaran
16 Bab 16 Dilema Kania
17 Bab 17 Keputusan Kania
18 Bab 18 Permintaan Kania
19 Bab 19 Pasrah
20 Bab 20 Bertemu Akhtar
21 Bab 21 Kesepakatan
22 Bab 22 Menjelang Sah
23 Bab 23 Pernikahan
24 Bab 24 Ke Rumah Sakit
25 Bab 25 Intrauterine Insemination
26 Bab 26 Rencana Kania
27 Bab 27 Gelisah
28 Bab 28 Tinggal di Apartemen
29 Bab 29 Ajakan Makan Malam
30 Bab 30 Makan Malam Bersama Kakek
31 Bab 31 Gejolak Aneh
32 Bab 32 Mengunjungi Dokter
33 Bab 33 Kissy
34 Bab 34 Penasaran
35 Bab 35 Menghindar
36 Bab 36 Kecanduan
37 Bab 37 Pesta Kecil
38 Bab 38 Insiden Tengah Malam
39 Bab 39 Penjelasan Bima
40 Bab 40 Hukuman dari Akhtar
41 Bab 41 Kekesalan Tiga Sahabat
42 Bab 42 Ucapan Pak Farzan
43 Bab 43 Obrolan Pesta
44 Bab 44 Sekamar Lagi
45 Bab 45 Pagi Bergairah
46 Bab 46 Malu-malu Kucing
47 Bab 47 Drama Tanda Merah
48 Bab 48 Curhatan Kania
49 Bab 49 Buat Jatuh Cinta
50 Bab 50 Menjadi Penguntit
51 Bab 51 Alergi yang kambuh
52 Bab 52 Membatasi Diri
53 Bab 53 Fitting Gaun Pengantin
54 Bab 54 Berita Heboh
55 Bab 55 Kunjungan ke Rumah Kakek Lagi
56 Bab 56 Pesta Pernikahan Akhtar Kania
57 Bab 57 Malam Pesta Pernikahan
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1 Hari Pertama
2
Bab 2 Pertemuan
3
Bab 3 Alergi Akhtar
4
Bab 4 Kecemasan Seorang Ibu
5
Bab 5 Obrolan Santai
6
Bab 6 Permintaan Kakek
7
Bab 7 Pencarian Kandidat
8
Bab 8 Tak Terduga
9
Bab 9 Praduga Aneh
10
Bab 10 Keputusan Akhtar
11
Bab 11 Kecemasan Kania
12
Bab 12 Obat Tidur
13
Bab 13 Kambuh Lagi
14
Bab 14 Rencana Akhtar
15
Bab 15 Penawaran
16
Bab 16 Dilema Kania
17
Bab 17 Keputusan Kania
18
Bab 18 Permintaan Kania
19
Bab 19 Pasrah
20
Bab 20 Bertemu Akhtar
21
Bab 21 Kesepakatan
22
Bab 22 Menjelang Sah
23
Bab 23 Pernikahan
24
Bab 24 Ke Rumah Sakit
25
Bab 25 Intrauterine Insemination
26
Bab 26 Rencana Kania
27
Bab 27 Gelisah
28
Bab 28 Tinggal di Apartemen
29
Bab 29 Ajakan Makan Malam
30
Bab 30 Makan Malam Bersama Kakek
31
Bab 31 Gejolak Aneh
32
Bab 32 Mengunjungi Dokter
33
Bab 33 Kissy
34
Bab 34 Penasaran
35
Bab 35 Menghindar
36
Bab 36 Kecanduan
37
Bab 37 Pesta Kecil
38
Bab 38 Insiden Tengah Malam
39
Bab 39 Penjelasan Bima
40
Bab 40 Hukuman dari Akhtar
41
Bab 41 Kekesalan Tiga Sahabat
42
Bab 42 Ucapan Pak Farzan
43
Bab 43 Obrolan Pesta
44
Bab 44 Sekamar Lagi
45
Bab 45 Pagi Bergairah
46
Bab 46 Malu-malu Kucing
47
Bab 47 Drama Tanda Merah
48
Bab 48 Curhatan Kania
49
Bab 49 Buat Jatuh Cinta
50
Bab 50 Menjadi Penguntit
51
Bab 51 Alergi yang kambuh
52
Bab 52 Membatasi Diri
53
Bab 53 Fitting Gaun Pengantin
54
Bab 54 Berita Heboh
55
Bab 55 Kunjungan ke Rumah Kakek Lagi
56
Bab 56 Pesta Pernikahan Akhtar Kania
57
Bab 57 Malam Pesta Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!