Bab 2 Pertemuan

"Ya ginilah, Nia! Pesuruh seperti kita! Mau sarapan aja, mesti ditunda karna kerjaan. Gak tau apa, cacing perut udah pada demo minta diisi. Tuhan, kenapa nasibku begini?" gerutu Dini di sepanjang perjalanan menuju lantai bawah.

"Kita itu mesti bersyukur, Din! Kita bisa bekerja di perusahaan sebesar ini. Gajinya juga kan besar untuk orang seperti kita. Apalagi kamu udah satu tahun kerja di sini. Hidup kamu dan keluargamu juga udah lebih baik, kan? Kita ikhlas aja. Semangat!" ucap Kania menanggapi gerutuan sahabatnya.

"Iya, gue tau Nia sayang! Gue bersyukur dan seneng banget kok kerja di sini! Apalagi sekarang ada loe sama gue. Kan gue jadi ada temennya!" balas Dini santai.

"Temen ghibah maksudnya?" timpal Kania.

"Hahaha... Tau aja loe!" Dini terbahak.

Sebenarnya yang mendapat tugas tambahan dari Bu Reni, adalah Kania bersama petugas cleaning service lainnya. Tapi Dini ingin ikut membantu sahabatnya. Jadilah sekarang Kania bersama Dini. Kania mendapat tugas membersihkan ruangan pertemuan yang berada di lantai lima belas. Karena akan digunakan untuk rapat penting.

Saat sudah tiba di lantai lima belas, mereka terkejut melihat pemandangan di depannya.

Bruk

"Ma...ma..maafkan sa..sa..ya, Tu..tuan!" ucap seorang gadis dengan terbata yang mengenakan seragam seperti Kania, ketika menyadari orang yang ditabraknya. Seketika bersimpuh dan menunduk menahan tangis.

"Beraninya kau! Bima!" pekik pria yang mengenakan kacamata hitam menahan amarah dan memanggil sang asisten tanpa menoleh ke belakang. Sembari melepaskan jas yang ia kenakan dan membuangnya ke sembarang arah.

Kania yang mendengar dan melihatnya tambah terkejut, sementara Dini yang menyadari pria yang berteriak tersebut adalah presiden direktur perusahaan ini, langsung menunduk tanpa berani melihat peristiwa di depannya lagi.

Sedangkan, pria yang dipanggil namanya menghela nafas berat. Dia sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Pecat dia!" lanjut pria tersebut dengan dingin.

Inilah yang terjadi. Sang asisten sudah memperkirakan hal tersebut. Tuannya sama sekali tidak memberi ampun bagi yang melakukan kesalahan. Meski itu hal sekecil apapun.

"Tidak, tuan! Saya mohon! Maafkan saya!" ucap gadis memohon belas kasihan pria berkacamata tersebut.

Tapi pria tersebut hanya mengabaikannya tanpa berminat melihatnya. Kemudian berjalan meninggalkan gadis itu menuju lift khusus petinggi yang berada beberapa meter dari lift karyawan. Melewati dua gadis yang berdiri mematung tak jauh dari lift tanpa menghiraukannya.

"Tinggalkan kantor ini sekarang juga! Jangan pernah kembali ke sini!" ucap tegas sang asisten. Lalu menyusul tuannya yang sudah berteriak memanggil namanya.

Gadis yang sudah dipecat tersebut, hanya terduduk dan tergugu menangisi nasibnya. Ia begitu menyesali kecerobohannya. Karena berjalan tanpa melihat di depannya dan menabrak seseorang. Seember air di tangannya pun ikut tumpah membasahi lantai.

"Kejam banget itu orang! Gak punya hati apa?" gumam Kania melihat kejadian di depan matanya. Setelah kepergian dua pria yang sudah memecat gadis itu.

"Hussstt. Jangan bicara sembarangan! Bisa-bisa kita juga bernasib sama kayak cewek itu. Dia itu pimpinan perusahaan ini." ucap Dini pada sahabatnya.

"Pria kejam itu pimpinan perusahaan ini?" tanya Kania terkejut.

"Iya. Namanya Tuan Akhtar. Tapi wajahnya itu lho! Tampan banget kayak pangeran." jawab Dini sambil senyum-senyum membayangkan pimpinan perusahaan tersebut.

"Tampan sih tampan. Tapi buat apa kalau gak punya hati!" balas Kania sengit dan mencebik melihat perilaku sahabatnya.

"Udah gak usah berkhayal. Kita bantuin dia, yuk! Kasihan!" lanjut Kania mengajak Dini yang masih dengan khayalannya.

Kania berjalan ke arah gadis yang masih setia duduk di lantai dan menangis. Menyadari sahabatnya masih berdiam diri dan berkhayal, Kania memanggil Dini dengan teriakannya. Hingga Dini pun tersadar dan menghampirinya. Sementara petugas kebersihan lain yang mendengar kerusuhan di luar ruang pertemuan, hanya mengintip dari celah pintu tanpa mau membantu.

"Ayo kak, aku bantu berdiri! Jangan menangis di lantai seperti ini!" ucap Kania memegang bahu gadis itu dan membantunya berdiri.

"Ngapain sih loe bantuin dia? Cari perkara aja sih! Gimana kalau ada yang liat? Udah tinggalin aja! Bukan urusan kita, Nia!" bisik Dini yang sudah berada di samping Kania sambil melihat sekitarnya.

"Ya mesti kita bantuin dong, Din! Kita harus saling tolong menolong! Apalagi dia butuhin bantuan kita. Aku gak bisa diem aja!" jawab Kania dengan bisikan pula.

"Kita gak perlu ikut campur urusan orang lain, Nia! Kita fokus kerja aja di sini! Entar yang ada malah kita yang kena masalah. Udah, sekarang kita kerja aja! Ayo, cepetan!" bisik Dini sembari menarik lengan Kania. Kania hanya pasrah mendengar ucapan sahabatnya.

"Maaf ya, kak! Aku harus kerja. Kakak bisa jalan sendiri, kan? Tetap semangat ya, kak!" ujar Kania iba kepada gadis tersebut dan memberinya senyuman.

Gadis itu hanya mengangguk menampilkan senyum tipisnya. Menatap kepergian dua orang yang telah membantunya. Lebih tepatnya hanya satu orang.

'Gadis yang baik dan cantik' batin gadis tersebut menatap punggung Kania.

"Tunggu aku, Din! Cepet banget jalannya! Kan aku yang dapet kerjaan!" ujar Kania menghela nafas karena berjalan cepat masuk ruangan menemui Dini.

"Udah buruan, jangan lelet! Setengah jam lagi mau dipakek nih ruangan. Tuh yang lain udah pada sibuk! Ayo gue bantu! Biar cepet kelar biar kita cepet sarapan. Udah laper banget gue!" gerutu Dini sembari memberikan alat pel kepada Kania.

"Iya-iya, Dini bawel! Tapi makasih ya, udah bantuin gue! Makin sayang sama kamu!" balas Kania tersenyum menggoda sahabatnya yang masih cemberut.

Dini hanya mencebik. Mereka pun segera mengerjakan tugas masing-masing. Saling membagi pekerjaan agar cepat selesai.

"Panggil Michael sekarang juga! Dan bakar semua itu!" perintah Akhtar pada asistennya untuk memanggil dokter pribadinya yang juga merangkap sebagai temannya.

Akhtar sudah berada di ruangannya dan sekarang berdiri sambil berkacak pinggang membelakangi Bima. Akhtar juga langsung meminum obat pereda untuk reaksi alerginya yang senantiasa dibawa oleh sang asisten. Dan Akhtar memang sudah mandi lagi serta mengganti semua yang ia pakai dengan yang baru. Ia tidak mau ambil resiko terhadap reaksi alerginya nanti.

Saat ini saja, tubuh Akhtar sudah menunjukkan reaksi alerginya. Kulitnya mulai memerah dan mulai terasa gatal. Meski sentuhan gadis itu tak mengenai kulit Akhtar secara langsung, namun tetap menimbulkan alerginya.

Bima yang melihat baju dan celana yang tadi dikenakan tuannya, hanya mendesah kasar. Lagi-lagi seperti ini! Untuk ke sekian kalinya, ia harus membakar baju dengan harga jutaan rupiah untuk satu bajunya.

'Sultan memang beda! Dengan gampang bakar uang! Apalah aku yang hanya remahan kentang' batin Bima melihat seonggok baju yang tergeletak di lantai.

Akhtar yang menyadari tidak ada jawaban dan pergerakan dari sang asisten, seketika berbalik dan mendapati sang asisten justru terdiam melamun. Akhtar pun bertambah kesal melihatnya.

"Apa kau sudah bosan bekerja denganku, Bima?" sentak Akhtar membuyarkan lamunan sang asisten.

Bima terkesiap dan sadar dari lamunannya. Ia begitu merutuki kebodohannya. Kenapa sampai melamun karena seonggok baju yang sudah dibuang?

"Ma..maaf, Tuan. Akan segera saya kerjakan!" ucap Bima dengan gugup dan berusaha menetralisir detak jantungnya agar tenang.

Akhtar hanya mengibaskan tangannya sebagai tanda menyuruh asistennya segera mengerjakan perintahnya.

"Dasar brengsek!" umpat Akhtar merasakan alerginya yang kambuh lagi.

Meski telah meminum obat pereda alergi, tetap saja tubuh Akhtar semakin menunjukkan kemerahan dan rasa gatal. Akhtar berusaha untuk tidak menggaruknya. Perlahan nafasnya terasa sesak dan memburu.

"Bima!" teriak Akhtar memanggil sang asisten. Namun tidak ada jawaban dan kemunculan sang asisten. Karena pintu tertutup rapat dan ruangannya kedap suara.

"Bima!" teriak lagi Akhtar dengan suara menggema seluruh ruangan.

*

*

HAI HAI HAI

UDAH MASUK BAB 2 NIH, TAWANAN MR. PERFECT MAKIN SERU CERITANYA.

MOHON DUKUNGANNYA YA GUYS

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENNYA

TERIMAKASIH DAN SELAMAT MEMBACA

Episodes
1 Bab 1 Hari Pertama
2 Bab 2 Pertemuan
3 Bab 3 Alergi Akhtar
4 Bab 4 Kecemasan Seorang Ibu
5 Bab 5 Obrolan Santai
6 Bab 6 Permintaan Kakek
7 Bab 7 Pencarian Kandidat
8 Bab 8 Tak Terduga
9 Bab 9 Praduga Aneh
10 Bab 10 Keputusan Akhtar
11 Bab 11 Kecemasan Kania
12 Bab 12 Obat Tidur
13 Bab 13 Kambuh Lagi
14 Bab 14 Rencana Akhtar
15 Bab 15 Penawaran
16 Bab 16 Dilema Kania
17 Bab 17 Keputusan Kania
18 Bab 18 Permintaan Kania
19 Bab 19 Pasrah
20 Bab 20 Bertemu Akhtar
21 Bab 21 Kesepakatan
22 Bab 22 Menjelang Sah
23 Bab 23 Pernikahan
24 Bab 24 Ke Rumah Sakit
25 Bab 25 Intrauterine Insemination
26 Bab 26 Rencana Kania
27 Bab 27 Gelisah
28 Bab 28 Tinggal di Apartemen
29 Bab 29 Ajakan Makan Malam
30 Bab 30 Makan Malam Bersama Kakek
31 Bab 31 Gejolak Aneh
32 Bab 32 Mengunjungi Dokter
33 Bab 33 Kissy
34 Bab 34 Penasaran
35 Bab 35 Menghindar
36 Bab 36 Kecanduan
37 Bab 37 Pesta Kecil
38 Bab 38 Insiden Tengah Malam
39 Bab 39 Penjelasan Bima
40 Bab 40 Hukuman dari Akhtar
41 Bab 41 Kekesalan Tiga Sahabat
42 Bab 42 Ucapan Pak Farzan
43 Bab 43 Obrolan Pesta
44 Bab 44 Sekamar Lagi
45 Bab 45 Pagi Bergairah
46 Bab 46 Malu-malu Kucing
47 Bab 47 Drama Tanda Merah
48 Bab 48 Curhatan Kania
49 Bab 49 Buat Jatuh Cinta
50 Bab 50 Menjadi Penguntit
51 Bab 51 Alergi yang kambuh
52 Bab 52 Membatasi Diri
53 Bab 53 Fitting Gaun Pengantin
54 Bab 54 Berita Heboh
55 Bab 55 Kunjungan ke Rumah Kakek Lagi
56 Bab 56 Pesta Pernikahan Akhtar Kania
57 Bab 57 Malam Pesta Pernikahan
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1 Hari Pertama
2
Bab 2 Pertemuan
3
Bab 3 Alergi Akhtar
4
Bab 4 Kecemasan Seorang Ibu
5
Bab 5 Obrolan Santai
6
Bab 6 Permintaan Kakek
7
Bab 7 Pencarian Kandidat
8
Bab 8 Tak Terduga
9
Bab 9 Praduga Aneh
10
Bab 10 Keputusan Akhtar
11
Bab 11 Kecemasan Kania
12
Bab 12 Obat Tidur
13
Bab 13 Kambuh Lagi
14
Bab 14 Rencana Akhtar
15
Bab 15 Penawaran
16
Bab 16 Dilema Kania
17
Bab 17 Keputusan Kania
18
Bab 18 Permintaan Kania
19
Bab 19 Pasrah
20
Bab 20 Bertemu Akhtar
21
Bab 21 Kesepakatan
22
Bab 22 Menjelang Sah
23
Bab 23 Pernikahan
24
Bab 24 Ke Rumah Sakit
25
Bab 25 Intrauterine Insemination
26
Bab 26 Rencana Kania
27
Bab 27 Gelisah
28
Bab 28 Tinggal di Apartemen
29
Bab 29 Ajakan Makan Malam
30
Bab 30 Makan Malam Bersama Kakek
31
Bab 31 Gejolak Aneh
32
Bab 32 Mengunjungi Dokter
33
Bab 33 Kissy
34
Bab 34 Penasaran
35
Bab 35 Menghindar
36
Bab 36 Kecanduan
37
Bab 37 Pesta Kecil
38
Bab 38 Insiden Tengah Malam
39
Bab 39 Penjelasan Bima
40
Bab 40 Hukuman dari Akhtar
41
Bab 41 Kekesalan Tiga Sahabat
42
Bab 42 Ucapan Pak Farzan
43
Bab 43 Obrolan Pesta
44
Bab 44 Sekamar Lagi
45
Bab 45 Pagi Bergairah
46
Bab 46 Malu-malu Kucing
47
Bab 47 Drama Tanda Merah
48
Bab 48 Curhatan Kania
49
Bab 49 Buat Jatuh Cinta
50
Bab 50 Menjadi Penguntit
51
Bab 51 Alergi yang kambuh
52
Bab 52 Membatasi Diri
53
Bab 53 Fitting Gaun Pengantin
54
Bab 54 Berita Heboh
55
Bab 55 Kunjungan ke Rumah Kakek Lagi
56
Bab 56 Pesta Pernikahan Akhtar Kania
57
Bab 57 Malam Pesta Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!