"Ibu tadi cantik dan baik banget! Apalagi kasih uang banyak. Alhamdulillah, emang rezeki anak sholeh. Eh, sholehah." gumam seorang gadis tersenyum sendiri membayangkan wanita paruh baya tadi dan berjalan masuk ke pantry.
"Woy, Nia! Senyum-senyum aja loe! Kesambet apa loe? Kayak lagi dapet rezeki nomplok, aja!" tanya Dini mengagetkan Kania yang sedang berjalan ke arahnya yang sedang duduk santai.
"Kok kamu tau sih, Din? Kalau aku lagi dapet rezeki nomplok! Kamu cenayang, ya?" jawab Kania dengan heran dan duduk di depan Dini.
Dini mengernyitkan dahi menatap Kania heran.
"Mana ada gue cenayang! Udah kaya dari dulu gue. Ngomong-ngomong, loe beneran dapet rezeki nomplok? Kapan? Kok gue gak tau?" tanya Dini penasaran.
"Benerlah! Nih buktinya!" jawab Kania sambil mengeluarkan uang dari kantongnya dan menunjukkannya di atas meja.
Dini terbengong melihat uang yang ada di meja depannya. Ia tidak percaya, sahabatnya benar mendapatkan uang. Saat ini, mereka hanya berdua di pantry.
"Loe gak mencuri kan?" selidik Dini memicingkan matanya.
"Sembarangan kamu, Din! Ya gak lah! Aku itu dikasih sama ibu-ibu yang baik banget. Tadi aku liat dompetnya jatuh di depan kantor, terus aku ambil dan aku samperin tuh ibu-ibu yang mau masuk lift, dan aku kasih dompetnya ke ibu-ibu itu." jawab Kania dengan santai.
"Terus loe dikasih uang ini sebagai imbalan gitu?" duga Dini menyimpulkan.
"Anggap aja begitu. Awalnya aku nolak sih! Karena kan, aku emang ikhlas bantuin ibu itu! Tapi dia tetep maksa kasih aku uang. Katanya udah rezeki aku. Jadi ya, aku terima aja!" balas Kania enteng.
"Bener, itu. Bener banget! Emang udah rezeki loe, Nia! Jadi gak baik kalau nolak rezeki." ucap Dini menyetujui perkataan sahabatnya.
"Iya, Din! Oh ya, nanti aku traktir kamu ya habis pulang kerja!" ujar Kania antusias.
"Udah, gak usah Nia! Mending uang ini kamu simpen aja buat kebutuhan kamu!" tolak Dini secara halus.
"Gak pa-pa, Din! Lagian cuma traktir ayam bakar Mang Jali doang. Udah lama kita gak makan di sana. Sesekali boleh, kan?" jawab Kania yang kekeh ingin menraktir sahabatnya.
"Ok deh, kalau loe maksa! Rezeki juga, gak boleh ditolak kan?" balas Dini menggoda, menaikturunkan kedua alisnya.
"Lagian, gak semua aku pegang kok, Din! Sebagian aku kasih ke ibu. Biar buat bantu ibu. Ya, walau gak seberapa. Aku kasian sama ibu, Din! Karena harus tetep jualan keliling buat nyicil utang kami yang masih banyak banget." ujar Kania sendu kala mengingat ibunya.
"Udah, jangan sedih! Pelan-pelan, loe pasti bisa kok, bantu bayar utang ibu loe! Kan di sini gajinya besar. Jadi loe gak usah sedih lagi! Nanti cantik loe hilang!" canda Dini menghibur sahabatnya. Kania yang mendengarnya, jadi terkekeh.
Keduanya tertawa bersama di ruang pantry tersebut. Saling becanda seperti keseharian mereka di rumah. Menjadi tetangga sekaligus sahabat sedari kecil, menjadikan mereka saling mengerti satu sama lain.
"Akhtar gak tau, Mam! Itu bukan urusan Akhtar! Oh ya, Mami makan siang sama Akhtar sekalian ya?" ujar Akhtar mengabaikan pertanyaan ibunya mengenai gadis yang bekerja di kantor.
Akhtar tidak peduli dengan gadis manapun, meski cantik sekalipun. Ia tidak tertarik. Fokusnya saat ini adalah kesembuhan alerginya.
"Ya, sudahlah! Lain kali saja kalau mami ketemu sama dia lagi. Maaf ya, sayang! Mami gak bisa makan siang sama kamu. Karena mami udah janji sama papi, kalau mau makan siang di rumah kakek. Gimana kalau kamu saja yang ikut makan siang bersama kami?" jawab Nyonya Sonya lembut.
"Maaf, Mam! Akhtar gak bisa! Karena setelah makan siang, Akhtar harus memimpin rapat yang tertunda tadi." jelas Akhtar secara halus.
"Apa rapatnya gak bisa ditunda, Bim?" tanya Nyonya Sonya yang beralih menatap Bima.
"Tidak bisa, Mam! Ini rapat penting! Pertemuan antar investor. Ini saja sempat tertunda karena alergi ini." jawab Akhtar cepat sebelum asistennya menjawab.
"Tapi muka kamu masih terlihat memerah begini, sayang! Apa nanti kata para investor itu? Apa gak bisa ditunda lagi, Bim?" balas Nyonya Sonya cemas sambil memegang wajah putranya dan beralih menatap Bima lagi.
"Maaf, Nyonya. Rapat kali ini sangat penting. Para investor juga sudah menunggu tuan Akhtar sedari tadi!" jawab Bima dengan lembut dan sungkan.
"Bukankah Akhtar tetap paling tampan meski begini, Mam?" timpal Akhtar dengan senyum manisnya menatap ibunya.
Michael yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya, menjulurkan lidahnya seolah ingin muntah kala mendengar ucapan Akhtar. Sementara Bima, menahan senyumnya sambil menunduk.
'Oh, Tuhan! Sungguh tingkat percaya diri yang tinggi. Dasar es batu!' umpat Michael dalam hati merutuki tingkah sahabatnya.
"Tentu saja, sayang! Anak mami adalah yang paling tampan di dunia ini! Karena kamu anak mami dan papi." jawab Nyonya Sonya sambil mencubit gemas wajah putranya.
'Sungguh drama yang epik! Anak dan ibu, sama aja!' batin Michael sambil menggelengkan kepalanya.
Akhtar yang melihatnya, hanya menatap Michael dengan senyum smirknya.
"Baiklah, sayang! Bima, tante titip Akhtar ya! Selalu kabari kalau ada apa-apa dengan Akhtar! Halangi setiap gadis yang ingin mendekatinya! Tante tidak mau, Akhtar sampai seperti ini lagi!" balas Nyonya Sonya dengan tegas pada Bima. Ia begitu menyayangi putra semata wayangnya.
"Tentu saja, Nyonya! Saya tidak akan lalai lagi!" jawab Bima dengan tegas dan mantap.
"Oh ya, mami sampai lupa sama Michael! Terima kasih banyak ya, Michael! Udah nolongin Akhtar." ucap Nyonya Sonya lembut beralih menatap Michael. Akhtar hanya menatap datar.
"Sama-sama, tante! Itu udah tugas Michael. Tante gak perlu sungkan!" balas Michael tersenyum lebar.
"Salam untuk mommy dan daddy kamu, ya! Akhtar, Mami pulang dulu, ya! Papi udah nelpon mami, nih!" ucap Nyonya Sonya kepada Michael dan beralih lagi ke Akhtar sambil menunjukkan ponsel yang berdering di tangannya.
"Iya, Mam! Hati-hati, ya! Salam untuk kakek dan nenek!" balas Akhtar lembut dan tersenyum.
"Iya, sayang. Bima, Michael, tante pulang dulu ya! Titip Akhtar!" balas Nyonya Sonya sambil mencium pipi kanan dan kiri sang putri, lalu beralih menatap Michael dan Bima.
"Iya, tante! Nyonya! " jawab Michael dan Bima serentak.
"Mam!" protes Akhtar yang dititipkan seperti anak kecil.
"Bye, semua!" ujar Nyonya Sonya mengabaikan sikap putranya. Lalu berjalan meninggalkan ruangan sang putra.
"Kenapa loe masih di sini?" tanya Akhtar dengan ketus pada Michael yang hendak duduk kembali.
Akhtar menatap datar yang duduk dengan menyilangkan kakinya dan kedua tangannya yang berada di sandaran sofa.
"Bangke emang loe! Gue masih pengen di sini! Kenapa? Gak boleh?" balas Michael dengan sengit yang sudah duduk.
"Gak boleh! Ini kantor gue! Bukan panti sosial!" ucap Akhtar dengan enteng.
"Gue mau ikut makan siang gratis!" balas Michael mengabaikan perkataan Akhtar.
"Udah miskin loe?" ketus Akhtar lagi.
"Iya! Karena ada pasien yang belum bayar dan seenaknya malah ngusir." balas Michael tak kalah sengit.
"Bim! Pesan makanan sekarang! Inget, yang gak bikin tambah alergi!" ujar Akhtar pada Bima yang duduk di depannya.
"Baik, tuan!" jawab Bima.
"Bim, jangan lupa makanan buat gue! Jangan yang pedes!" timpal Michael pada Bima.
Bima hanya mengangguk. Lalu memesan makanan melalui aplikasi di ponselnya.
Akhtar pun sibuk dengan ponselnya guna mengecek email yang masuk. Begitu juga dengan Michael yang sibuk dengan ponselnya kembali.
*
*
DUKUNG TERUS KARYA AUTHOR YA GUYS
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENTARNYA.
TERIMA KASIH DAN SELAMAT MEMBACA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
my love
blom ketemu gregetnya nich... semangat thorr
2023-06-03
0