Bab 3 Alergi Akhtar

Bima terkejut mendapati tuannya tak sadarkan diri. Bima keluar sebentar untuk melakukan tugas yang diperintahkan tuannya. Bersamaan dengan datangnya Michael, dokter pribadi Akhtar. Lalu mereka membawa Akhtar ke kamar pribadi yang ada di ruang kerjanya, dibantu dengan sekretaris dan seorang office boy.

Akhtar saat ini tengah berbaring di ranjang setelah diperiksa oleh Michael. Akhtar tak sadarkan diri karena alerginya menyerang sistem pernapasannya.

"Gimana Michael? Tuan Akhtar baik-baik aja, kan? Apa ada yang serius?" tanya Bima pada dokter pribadi Akhtar yang setelah membereskan peralatannya.

"Ya, seperti yang loe liat, Bim! Dia masih pingsan. Mungkin karena reaksi alerginya yang menyerang pernapasannya. Udah gue kasih suntikan juga untuk pereda alerginya. Tapi saran gue, entar setelah Akhtar sadar mesti periksa ke rumah sakit. Buat cek kondisinya. Bila perlu perawatan di sana dulu sampai alerginya sembuh untuk saat ini." jelas Michael, dokter sekaligus teman mereka.

"Oh ya, gimana bisa sampai begini? Emang ada cewek yang nyentuh, Akhtar?" tanya Michael penasaran lagi.

Michael dan Bima tengah berdiri di samping ranjang Akhtar memperhatikan sahabatnya yang sedang tak sadarkan diri.

"Tadi sempat ada insiden. Ada petugas cleaning service cewek yang nabrak tuan Akhtar. Gue gak tau sengaja atau gak. Yang jelas waktu gue lagi bahas urusan rapat sama dia, tiba-tiba ada yang nabrak dia. Sebenernya gak nyentuh tuan Akhtar langsung sih! Karena kan terhalang baju tuan Akhtar. Dan gak bersentuhan secara langsung, kan? Tapi, tetep aja kayak gini. Alerginya kambuh lagi." jawab Bima dengan lugas.

"Bukannya karyawan atau pekerja di sini udah pada tau ya, kalau Akhtar gak bisa bersentuhan dengan cewek?" tanya Michael lagi.

"Ya, memang mereka udah pada dikasih tau dari awal mereka bekerja di sini. Tapi entahlah, mungkin karena tuan Akhtar memang lagi apes aja hari ini. Padahal udah lama banget kan, alerginya gak kambuh seperti ini?" jawab Bima sendu menatap kasihan tuan sekaligus sahabatnya.

"Loe bener, Bim! Gara-gara cewek sundal itu, Akhtar harus menderita alergi ini. Kalau dipikir-pikir, aneh juga sih. Karena sakit hatinya Akhtar dulu sama itu cewek sundal, sampai buat Akhtar jadi alergi sama cewek. Sungguh malang nasibmu, kawan!" sahut Michael yang merasa kesal mengingat penyebab sahabatnya menderita alergi.

"Loe kan tau sendiri! Cewek itu cinta pertama tuan Akhtar, bahkan tuan Akhtar cinta banget sama tuh cewek. Sampai kita yang sahabatnya aja, gak dianggap kalau udah sama cewek itu. Tapi beruntung sih, tuan Akhtar udah gak sama dia lagi. Kalau bisa selamanya jangan pernah ketemu lagi tuan Akhtar sama dia. Gedeg banget gue kalau inget perlakuan tuh cewek ke tuan Akhtar!" ucap Bima kesal.

"Sama, gue juga! Oh ya, terus nasib tuh petugas cleaning service gimana?" tanya Michael yang teringat orang yang menabrak Akhtar.

"Loe tau sendirilah jawabannya! Pecat, apalagi?" jawab Bima enteng.

"Kasihan" balas Michael pelan.

Mereka sudah tidak heran dengan perangai sahabatnya itu. Sudah banyak karyawan yang dipecat karena kesalahannya. Apalagi jika harus berurusan langsung dengan Akhtar, tidak akan ada kesempatan untuk bekerja di manapun lagi. Bahkan, para kolega atau pesaing bisnisnya, sampai dibuat bangkrut karena ketahuan curang oleh Akhtar. Kekuasaan dan uanglah, yang melakukannya.

Eeggghhh

"Bima!" lirih Akhtar yang sudah sadarkan diri.

"Iya, Tuan!" sahut Bima senang melihat tuannya telah sadar.

Mereka langsung mendekati Akhtar yang berusaha bangun dari tidurnya. Dibantu Bima menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang.

"Apa yang loe rasa, Tar? Apa ada yang sakit, Tar?" tanya Michael cemas. Bima hanya menahan senyumnya.

"Udah gue bilang, jangan panggil gue Tar! Emang gue kue apa? Seenaknya manggil nama orang!" ketus Akhtar dengan pelan sambil memegangi kepalanya yang masih sedikit pusing.

"Ya kan nama loe Akhtar! Gue panggil Akh juga, loe tambah marah! Terus gue mesti panggil nama loe apa? Farzan?" balas Michael bingung. Akhtar menahan rasa kesalnya.

"Itu nama bokap gue! Udahlah, panggil gue Akhtar. Tanpa harus disingkat." balas Akhtar.

"Kepanjangan Akhtar!" protes Michael.

"Udah, jangan diterusin! Apa tuan Akhtar perlu ke rumah sakit?" potong Bima menyela Michael yang hendak berbicara lagi dan beralih ke Akhtar.

"Tidak perlu! Rawat jalan aja. Aku bukan sakit parah! Minum obat aja udah cukup!" tolak Akhtar tegas.

"Tapi, tuan Akhtar!" sanggah Bima.

"Aku butuh mandi air hangat. Siapkan! Jangan lupa baju yang baru!" ucap Akhtar tanpa bantahan. Lalu membuka kancing bajunya, setelah dirasa pusing dan lemasnya hilang.

Sementara Bima langsung ke kamar mandi menyiapkan air hangat di bathup. Sedangkan Michael masih berdiri memperhatikan keduanya bergantian.

"Apa loe mau liatin gue buka baju dan sekalian ikut mandi?" tanya Akhtar dengan ketus pada Michael yang masih berdiri sambil terus membuka kancing kemejanya.

"Loe pergi sekarang. Gue udah gak butuh!" lanjut Akhtar sebelum Michael membalas ucapannya.

"Loe! Terima kasih kek sama gue! Dasar sahabat gak ada aturan! Nyesel gue bantu loe!" balas Michael dengan kesal.

"Hm." balas Akhtar kemudian pergi ke kamar mandi.

"Dasar es batu! Gak ada akhlak. Gue sumpahin loe gak bisa sembuh! Gak ada cewek yang mau sama loe! Akhtar sialan!" teriak Michael yang kesal dengan perlakuan sahabatnya.

Bima yang sudah keluar dari kamar mandi, hanya menggelengkan kepala sambil menghela nafas melihat keduanya. Akhtar yang mendengar teriakan sahabatnya hanya mengabaikannya.

Akhtar dan Michael jika bertemu bagai dua kucing jantan yang berebut betina. Tidak pernah akur dan selalu berdebat. Bima dan Jonas lah yang sering menengahi perdebatan mereka. Tapi itulah mereka, meski sering berdebat, membuat mereka menjadi sahabat. Saling melengkapi satu sama lain.

"Udah, kita keluar aja sekarang! Mending kita ngopi bareng sambil nunggu tuh Mr.Perfect selesai mandi." ajak Bima pada Michael yang masih mengumpat Akhtar.

"Heran gue! Dari dulu gak pernah berubah tuh orang! Ada ya, manusia kayak es batu gitu! Pantes aja, gak ada cewek yang bisa dideketin sama dia. Lagian mana ada juga sih, cewek yang mau sama dia. Dia itu cuma menang ganteng sama lebih kaya doang dari kita! Tapi tetep kalah kalau urusan cewek! Hahahaha!" gerutu Michael kemudian terbahak sambil ditarik tangannya oleh Bima menuju sofa.

Melihat Michael yang terbahak dengan ocehannya sendiri tentang tuannya, Bima hanya tersenyum. Ia tidak ingin ikut-ikutan mengumpat tuannya. Bima masih sayang dengan pekerjaannya. Biarlah Michael sendiri yang biasa mengumpat sang sahabat.

Bima dan Michael tengah berbincang sambil menikmati kopi yang mereka pesan pada office boy di lantai tersebut. Tanpa mereka sadari, seorang pria yang sedang mereka tunggu, baru saja keluar dari kamar pribadinya. Terlihat segar meski kemerahan di tubuh dan wajahnya masih terlihat. Berjalan sambil memakai jam tangannya.

Bima yang menyadari tuannya telah selesai, segera berdiri. Sedangkan Michael diam memandang ke arah Akhtar sambil membatin.

'Emang pantes dijuluki Mr.Perfect! Meski masih sakit pun, tetep paling tampan nih orang. Daebak!' batin Michael.

"Terpesona sama gue?" sindir Akhtar yang sudah duduk di hadapan Michael, sedang Bima disuruh duduk kembali di tempatnya semula.

"Najis gue! Loe kalau ngomong gak pernah difilter emang! Gue masih normal ya, bro! Cowok tulen gue! Masih doyan cewek seksi dan bohay." sengit Michael.

Bima menahan tawanya dengan melipat bibirnya ke dalam. Akhtar sendiri mencebik ucapan sahabatnya.

"Nama gue Akhtar, bukan bro!" protes Akhtar dengan datar.

"Ngapain loe masih di sini? Nunggu bayaran?" lanjut Akhtar sebelum Michael sempat membalas ucapannya. Michael semakin kesal dengan Akhtar.

"****! Loe emang temen gak ada akhlak! Males gue ke sini lagi!" balas Michael dengan sengit.

"Ya udah, pergi aja!" balas Akhtar enteng.

Bima semakin ingin tertawa, namun berusaha menahannya. Michael pun semakin bertambah kesal.

"Bim, bilangin tuan loe ini! Jangan pernah hubungi gue, kalau alerginya kambuh lagi! Biarin aja sakit sekalian! Kesel gue punya temen satu ini!" balas Michael kesal beralih menatap Bima di sampingnya.

Akhtar hanya menatapnya datar dan menyilangkan kakinya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Michael pun bangkit dengan perasaan kesalnya, hendak menuju pintu untuk keluar. Namun sebelum sampai ke pintu, seseorang telah membukanya terlebih dahulu.

"Akhtar!" ucap seseorang tersebut.

*

*

DUKUNG TERUS KARYA AUTHOR YA GUYS!

JANGAN LUPA BERI LIKE DAN KOMENNYA YA READERS!

SELAMAT MEMBACA! TERIMAKASIH

Episodes
1 Bab 1 Hari Pertama
2 Bab 2 Pertemuan
3 Bab 3 Alergi Akhtar
4 Bab 4 Kecemasan Seorang Ibu
5 Bab 5 Obrolan Santai
6 Bab 6 Permintaan Kakek
7 Bab 7 Pencarian Kandidat
8 Bab 8 Tak Terduga
9 Bab 9 Praduga Aneh
10 Bab 10 Keputusan Akhtar
11 Bab 11 Kecemasan Kania
12 Bab 12 Obat Tidur
13 Bab 13 Kambuh Lagi
14 Bab 14 Rencana Akhtar
15 Bab 15 Penawaran
16 Bab 16 Dilema Kania
17 Bab 17 Keputusan Kania
18 Bab 18 Permintaan Kania
19 Bab 19 Pasrah
20 Bab 20 Bertemu Akhtar
21 Bab 21 Kesepakatan
22 Bab 22 Menjelang Sah
23 Bab 23 Pernikahan
24 Bab 24 Ke Rumah Sakit
25 Bab 25 Intrauterine Insemination
26 Bab 26 Rencana Kania
27 Bab 27 Gelisah
28 Bab 28 Tinggal di Apartemen
29 Bab 29 Ajakan Makan Malam
30 Bab 30 Makan Malam Bersama Kakek
31 Bab 31 Gejolak Aneh
32 Bab 32 Mengunjungi Dokter
33 Bab 33 Kissy
34 Bab 34 Penasaran
35 Bab 35 Menghindar
36 Bab 36 Kecanduan
37 Bab 37 Pesta Kecil
38 Bab 38 Insiden Tengah Malam
39 Bab 39 Penjelasan Bima
40 Bab 40 Hukuman dari Akhtar
41 Bab 41 Kekesalan Tiga Sahabat
42 Bab 42 Ucapan Pak Farzan
43 Bab 43 Obrolan Pesta
44 Bab 44 Sekamar Lagi
45 Bab 45 Pagi Bergairah
46 Bab 46 Malu-malu Kucing
47 Bab 47 Drama Tanda Merah
48 Bab 48 Curhatan Kania
49 Bab 49 Buat Jatuh Cinta
50 Bab 50 Menjadi Penguntit
51 Bab 51 Alergi yang kambuh
52 Bab 52 Membatasi Diri
53 Bab 53 Fitting Gaun Pengantin
54 Bab 54 Berita Heboh
55 Bab 55 Kunjungan ke Rumah Kakek Lagi
56 Bab 56 Pesta Pernikahan Akhtar Kania
57 Bab 57 Malam Pesta Pernikahan
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1 Hari Pertama
2
Bab 2 Pertemuan
3
Bab 3 Alergi Akhtar
4
Bab 4 Kecemasan Seorang Ibu
5
Bab 5 Obrolan Santai
6
Bab 6 Permintaan Kakek
7
Bab 7 Pencarian Kandidat
8
Bab 8 Tak Terduga
9
Bab 9 Praduga Aneh
10
Bab 10 Keputusan Akhtar
11
Bab 11 Kecemasan Kania
12
Bab 12 Obat Tidur
13
Bab 13 Kambuh Lagi
14
Bab 14 Rencana Akhtar
15
Bab 15 Penawaran
16
Bab 16 Dilema Kania
17
Bab 17 Keputusan Kania
18
Bab 18 Permintaan Kania
19
Bab 19 Pasrah
20
Bab 20 Bertemu Akhtar
21
Bab 21 Kesepakatan
22
Bab 22 Menjelang Sah
23
Bab 23 Pernikahan
24
Bab 24 Ke Rumah Sakit
25
Bab 25 Intrauterine Insemination
26
Bab 26 Rencana Kania
27
Bab 27 Gelisah
28
Bab 28 Tinggal di Apartemen
29
Bab 29 Ajakan Makan Malam
30
Bab 30 Makan Malam Bersama Kakek
31
Bab 31 Gejolak Aneh
32
Bab 32 Mengunjungi Dokter
33
Bab 33 Kissy
34
Bab 34 Penasaran
35
Bab 35 Menghindar
36
Bab 36 Kecanduan
37
Bab 37 Pesta Kecil
38
Bab 38 Insiden Tengah Malam
39
Bab 39 Penjelasan Bima
40
Bab 40 Hukuman dari Akhtar
41
Bab 41 Kekesalan Tiga Sahabat
42
Bab 42 Ucapan Pak Farzan
43
Bab 43 Obrolan Pesta
44
Bab 44 Sekamar Lagi
45
Bab 45 Pagi Bergairah
46
Bab 46 Malu-malu Kucing
47
Bab 47 Drama Tanda Merah
48
Bab 48 Curhatan Kania
49
Bab 49 Buat Jatuh Cinta
50
Bab 50 Menjadi Penguntit
51
Bab 51 Alergi yang kambuh
52
Bab 52 Membatasi Diri
53
Bab 53 Fitting Gaun Pengantin
54
Bab 54 Berita Heboh
55
Bab 55 Kunjungan ke Rumah Kakek Lagi
56
Bab 56 Pesta Pernikahan Akhtar Kania
57
Bab 57 Malam Pesta Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!