Bab 4 Kecemasan Seorang Ibu

"Nyonya!" panggil seorang gadis mengejar wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan elegan penampilannya.

"Iya, ada apa?" jawab wanita paruh baya lembut tersebut setelah berhenti dan berbalik menghadap sang gadis yang memanggilnya sambil memperhatikan gadis tersebut.

"Maaf, ini punya Nyonya, bukan? Tadi terjatuh di depan sana!" tanya sang gadis tersebut sambil menyerahkan dompet bermerek kepada wanita di depannya.

"Wah, benar, ini milik saya! Terima kasih, ya!" jawab wanita paruh baya tersebut dengan tersenyum setelah menerima dompet miliknya.

"Sama-sama, Nyonya! Kalau begitu, saya permisi mau lanjut kerja." balas gadis tersebut dan tersenyum manis.

"Tunggu! Ini buat kamu!" panggil wanita paruh baya pada gadis yang hendak berjalan meninggalkannya, sambil menyodorkan 20 lembar warna merah kepada gadis tersebut.

"Tidak perlu, Nyonya! Saya ikhlas. Itu milik Nyonya!" tolak gadis tersebut secara halus.

"Tidak apa. Ini rezeki kamu. Jangan ditolak, ya! Saya mohon!" balas wanita paruh tersebut sambil menyodorkan kembali uang tersebut pada gadis di depannya, menatap dengan harap.

"Baik, saya terima Nyonya. Dan terima kasih banyak! Semoga Nyonya selalu sehat!" balas gadis itu dengan sungkan menerima pemberian wanita itu.

"Amin. Terima kasih doanya!" balas wanita paruh baya itu dan tersenyum.

"Kalau begitu, saya permisi Nyonya! Mari!" ucap gadis tersebut dengan senyum dan segera meninggalkan wanita paruh baya tersebut. Karena harus segera menyelesaikan pekerjaannya lagi.

"Cantik dan baik. Jarang sekali ada orang baik zaman sekarang. Apalagi seorang gadis. Sepertinya dia salah satu petugas kebersihan di sini. Astaga, kenapa lupa tanya namanya! Nanti sajalah, tanya sama Akhtar." gumam wanita paruh baya tersebut. Lalu melanjutkan perjalanannya masuk lift menuju lantai paling atas.

Ting

Wanita paruh baya itu keluar dari lift dan berjalan ke ruangan presiden direktur perusahaan ini.

"Doni, Akhtar ada di ruangannya?" tanya wanita paruh baya itu pada sekretaris di mejanya.

Karena Akhtar alergi terhadap wanita, sehingga sekretarisnya pun harus seorang pria. Doni, pemuda berusia 25 tahun. Yang sudah bekerja sebagai sekretaris Akhtar selama 3 tahun sejak Akhtar menjabat.

"Nyonya Sonya! Ada Nyonya, di dalam. Mari saya antar." jawab Doni dengan hormat.

"Tidak usah, Doni. Biar saya sendiri. Kamu lanjut kerja saja!" balas Nyonya Sonya halus. Lalu berjalan menuju pintu bertuliskan ruang presiden direktur. Tanpa mengetuk pintu dan langsung masuk saja.

"Akhtar!" seru Nyonya Sonya khawatir langsung menghampiri sang anak yang terkejut dan hendak memeluknya.

Akhtar terkejut melihat ibunya tiba-tiba datang ke kantornya. Dia sudah menduga, pasti sang asisten yang telah menghubungi ibunya. Akhtar menatap sekilas ke arah Bima yang terlihat pucat pasi. Tatapan Akhtar yang mengintimidasi sang asisten, membuat Bima menelan ludah dengan susah payah.

Sementara Michael yang hendak keluar dari ruangan tersebut, mengurungkan niatnya dan memperhatikan drama yang akan terjadi setelah ini.

"Mami! Kenapa mami ke sini?" tanya Akhtar langsung menghampiri ibunya dan membalas pelukannya. Lalu mengajak ibunya duduk di sofa panjang.

Ya, hanya ibu dan neneknya sajalah, wanita yang tidak membuat Akhtar alergi. Sehingga Akhtar dengan mudah berdekatan dan bersentuhan dengan mereka.

"Jelas saja mami ke sini! Memangnya Mami gak boleh ke sini? Lihat wajahmu, sayang! Ketampananmu jadi berkurang, Nak! Kasihan sekali anak mami! Pasti sakit ya, Nak! Kita berobat ke rumah sakit saja, ya!" cecar Nyonya Sonya dengan berbagai pertanyaan karena cemas melihat alergi putra semata wayangnya kambuh.

Michael dan Bima yang mendengarnya, menahan tawa melihat ibu sahabatnya yang begitu lebay menurut mereka.

"Gak perlu, Mam! Akhtar udah baik-baik aja. Tadi udah disuntik Michael dan minum obat. Sebentar lagi juga hilang merahnya. Mami gak perlu cemas. Iya kan, Mic?" jawab Akhtar dengan lembut pada ibunya, dan datar pada Michael.

Michael yang mendengarnya, mencebik dan memutar bola jengah pada sahabatnya.

"Mic!" seru Akhtar lagi pada Michael yang tak kunjung dijawab karena kesal Akhtar yang memanggilnya Mic.

"Benar itu Michael?" tanya Nyonya Sonya penuh selidik.

Nyonya Sonya menoleh ke arah Michael untuk mendengar jawabannya. Michael pun menjawab dan menatap Nyonya Sonya.

"Benar, tante! Tapi, saran saya, Akhtar tetap harus dirawat di rumah sakit, tante." jawab Michael sopan. Akhtar yang mendengarnya, melotot pada Michael untuk memperingatinya agar tak menyuruhnya dirawat. Tapi Michael mengabaikannya.

"Karena alergi kali ini, cukup parah. Dan kemerahannya itu butuh dua hari untuk hilang. Jadi bawa saja Akhtar ke rumah sakit, itu lebih baik untuk kesembuhan Akhtar. Apalagi tadi kan Akhtar sempat pingsan, tante!" jawab Michael dengan lugas pada ibunya Akhtar.

Akhtar bertambah kesal pada Michael. Dan melototkan matanya ke arah Michael tanpa sepengetahuan ibunya. Akhtar tahu, Michael membalas sikapnya tadi padanya. Akhtar paling anti ke rumah sakit setelah ia menderita alergi ini. Karena akan bertemu banyak wanita. Apalagi setelah melihat wajah tampan Akhtar, pasti akan berusaha mendekatinya.

Memang tidak semua tahu alergi yang dialami Akhtar. Hanya teman, karyawan di perusahaannya, dan beberapa orang yang berhubungan dengannya atau keluarganya saja. Sehingga membuat Akhtar sebisa mungkin menghindari tempat umum dan keramaian

"Tuh, sayang! Kamu dengar sendiri kan kata Michael. Kamu harus dirawat di rumah sakit. Lihat kemerahannya masih terlihat sekali, Nak! Apalagi tadi kamu pingsan. Jadi Mami tambah khawatir!" ucap Nyonya Sonya lembut dan membelai wajah putranya.

"Mam! Akhtar udah baik-baik aja. Minum obat lagi, pasti hilang kemerahannya. Mami gak usah khawatir lagi, ya! Mami sama siapa ke sini?" balas Akhtar lembut dan mengalihkan pembicaraan.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Akhtar! Mami benar-benar khawatir lho! Kasihan anak mami. Jadi jelek begini." protes Nyonya Sonya menatap putranya dan merajuk.

'Dramanya semakin seru! Hilang sudah wibawamu, bro!' batin Michael menahan senyumnya.

'Kayak tuan Akhtar saja, dibilang jelek saat alergi. Apalagi aku yang sehat ini? Hanya badut mampang!' batin Bima sambil menghela nafas pelan.

Keduanya duduk berhadapan di sofa single. Bima yang dekat sofa sebelah kiri Akhtar, sedang Michael duduk sebelah kanan Nyonya Sonya. Mereka turut duduk setelah Nyonya Sonya dan Akhtar duduk di satu sofa yang sama.

"Akhtar benar-benar udah baik-baik aja, Mami! Akhtar harus menghadiri rapat hari ini. Karena tadi sempat tertunda. Mami tenang aja, ya!" jawab Akhtar lembut sambil menggenggam kedua tangan ibunya.

"Tapi, kalau nanti terjadi apa-apa sama kamu, bagaimana? Pokoknya, nanti kamu harus mau ke rumah sakit setelah rapat! Mami gak mau kalau anak Mami sampai kenapa-napa." ujar Nyonya Sonya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Akhtar gak janji ya, Mam! Tapi Akhtar usahakan. Mami sama siapa ke sini? Papi tau kalau Mami ke sini?" tanya Akhtar mengalihkan pembicaraan.

"Pokoknya harus ke rumah sakit! Mami diantar supir. Tadi mami sudah izin sama Papi di perjalanan. Papi masih di rumah kakek. Tapi mereka belum tau kalau alergi kamu kambuh. Karena mami begitu panik setelah ditelpon Bima." jawab Nyonya Sonya lugas.

Akhtar menoleh ke arah Bima dan menatapnya tajam.

"Jangan salahkan Bima, sayang! Justru kalau Bima gak kasih tau mami, mami akan marah sama kamu! Sekecil apapun sakit yang kamu rasakan, beritahu mami ya! Kamu anak mami dan papi satu-satunya. Permata hati kami." lanjut Nyonya Sonya lembut pada Akhtar yang sedang menatap asistennya tajam.

Tatapan Akhtar pun berubah lembut saat melihat ibunya. Michael dan Bima yang melihatnya, menatap jengah.

'Dasar es batu!' umpat Michael dan Bima bersamaan dalam hati.

"Berani mengumpatku!" sindir Akhtar pada Bima dan Michael.

Michael yang disindir merasa jengah, sedang Bima menundukkan kepalanya.

"Akhtar! Jangan begitu, sayang! Bagaimanapun juga mereka sahabatmu!" tegur Nyonya Sonya pada Akhtar dengan halus dan lembut.

"Oh ya, Akhtar! Tadi ada seorang gadis yang baik hati. Dia mengembalikan dompet Mami yang sempat jatuh. Apalagi gadis itu cantik sekali. Sepertinya dia pekerja baru di kantor ini. Karena mami baru melihatnya." lanjut Nyonya Sonya mengingat gadis yang bertemu dengannya tadi.

Akhtar, Bima, dan Michael mengernyitkan dahi dengan ekspresi herannya mendengar ucapan Nyonya Sonya.

*

*

MOHON DUKUNGANNYA YA GUYS!

LIKE DAN KOMENNYA. BACA TERUS KARYA AUTHOR "TAWANAN MR. PERFECT" YANG SEMAKIN SERU CERITANYA.

TERIMA KASIH DAN SELAMAT MEMBACA

Episodes
1 Bab 1 Hari Pertama
2 Bab 2 Pertemuan
3 Bab 3 Alergi Akhtar
4 Bab 4 Kecemasan Seorang Ibu
5 Bab 5 Obrolan Santai
6 Bab 6 Permintaan Kakek
7 Bab 7 Pencarian Kandidat
8 Bab 8 Tak Terduga
9 Bab 9 Praduga Aneh
10 Bab 10 Keputusan Akhtar
11 Bab 11 Kecemasan Kania
12 Bab 12 Obat Tidur
13 Bab 13 Kambuh Lagi
14 Bab 14 Rencana Akhtar
15 Bab 15 Penawaran
16 Bab 16 Dilema Kania
17 Bab 17 Keputusan Kania
18 Bab 18 Permintaan Kania
19 Bab 19 Pasrah
20 Bab 20 Bertemu Akhtar
21 Bab 21 Kesepakatan
22 Bab 22 Menjelang Sah
23 Bab 23 Pernikahan
24 Bab 24 Ke Rumah Sakit
25 Bab 25 Intrauterine Insemination
26 Bab 26 Rencana Kania
27 Bab 27 Gelisah
28 Bab 28 Tinggal di Apartemen
29 Bab 29 Ajakan Makan Malam
30 Bab 30 Makan Malam Bersama Kakek
31 Bab 31 Gejolak Aneh
32 Bab 32 Mengunjungi Dokter
33 Bab 33 Kissy
34 Bab 34 Penasaran
35 Bab 35 Menghindar
36 Bab 36 Kecanduan
37 Bab 37 Pesta Kecil
38 Bab 38 Insiden Tengah Malam
39 Bab 39 Penjelasan Bima
40 Bab 40 Hukuman dari Akhtar
41 Bab 41 Kekesalan Tiga Sahabat
42 Bab 42 Ucapan Pak Farzan
43 Bab 43 Obrolan Pesta
44 Bab 44 Sekamar Lagi
45 Bab 45 Pagi Bergairah
46 Bab 46 Malu-malu Kucing
47 Bab 47 Drama Tanda Merah
48 Bab 48 Curhatan Kania
49 Bab 49 Buat Jatuh Cinta
50 Bab 50 Menjadi Penguntit
51 Bab 51 Alergi yang kambuh
52 Bab 52 Membatasi Diri
53 Bab 53 Fitting Gaun Pengantin
54 Bab 54 Berita Heboh
55 Bab 55 Kunjungan ke Rumah Kakek Lagi
56 Bab 56 Pesta Pernikahan Akhtar Kania
57 Bab 57 Malam Pesta Pernikahan
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1 Hari Pertama
2
Bab 2 Pertemuan
3
Bab 3 Alergi Akhtar
4
Bab 4 Kecemasan Seorang Ibu
5
Bab 5 Obrolan Santai
6
Bab 6 Permintaan Kakek
7
Bab 7 Pencarian Kandidat
8
Bab 8 Tak Terduga
9
Bab 9 Praduga Aneh
10
Bab 10 Keputusan Akhtar
11
Bab 11 Kecemasan Kania
12
Bab 12 Obat Tidur
13
Bab 13 Kambuh Lagi
14
Bab 14 Rencana Akhtar
15
Bab 15 Penawaran
16
Bab 16 Dilema Kania
17
Bab 17 Keputusan Kania
18
Bab 18 Permintaan Kania
19
Bab 19 Pasrah
20
Bab 20 Bertemu Akhtar
21
Bab 21 Kesepakatan
22
Bab 22 Menjelang Sah
23
Bab 23 Pernikahan
24
Bab 24 Ke Rumah Sakit
25
Bab 25 Intrauterine Insemination
26
Bab 26 Rencana Kania
27
Bab 27 Gelisah
28
Bab 28 Tinggal di Apartemen
29
Bab 29 Ajakan Makan Malam
30
Bab 30 Makan Malam Bersama Kakek
31
Bab 31 Gejolak Aneh
32
Bab 32 Mengunjungi Dokter
33
Bab 33 Kissy
34
Bab 34 Penasaran
35
Bab 35 Menghindar
36
Bab 36 Kecanduan
37
Bab 37 Pesta Kecil
38
Bab 38 Insiden Tengah Malam
39
Bab 39 Penjelasan Bima
40
Bab 40 Hukuman dari Akhtar
41
Bab 41 Kekesalan Tiga Sahabat
42
Bab 42 Ucapan Pak Farzan
43
Bab 43 Obrolan Pesta
44
Bab 44 Sekamar Lagi
45
Bab 45 Pagi Bergairah
46
Bab 46 Malu-malu Kucing
47
Bab 47 Drama Tanda Merah
48
Bab 48 Curhatan Kania
49
Bab 49 Buat Jatuh Cinta
50
Bab 50 Menjadi Penguntit
51
Bab 51 Alergi yang kambuh
52
Bab 52 Membatasi Diri
53
Bab 53 Fitting Gaun Pengantin
54
Bab 54 Berita Heboh
55
Bab 55 Kunjungan ke Rumah Kakek Lagi
56
Bab 56 Pesta Pernikahan Akhtar Kania
57
Bab 57 Malam Pesta Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!